Sepenggal Kisah #HandInHand

Bulan Mei lalu waktu ke Nias, ada sebuah cerita yang awalnya enggan gue bagi. Kenapa? Takut dikira riya atau pamer. Kenapa gue merasa begitu? Karena memang sudah ada yang bicara demikian (gue pernah post judulnya Show Off).

Tapi berhubung udah kejadian juga campaign-nya (thanks to Yuna dan tim dari Tango), jadi kayanya gue akan cerita lagi deh. Sebenernya udah gue ceritain juga di Mommies Daily yang judulnya Merindukan Yang Terlupakan.

Pas diajak lagi ke Nias, hal pertama yang gue pikir adalah "bawa apa ya ke sana?". Mungkin gue beruntung, bisa kepikiran kaya gitu karena gue udah pernah ke sana. Waktu ke Nias pertama kali, ga tau medan seperti apa. Alhasil hanya bisa berempati dengan kondisi di sana. Tapi, alhamdulillah berangkat sama teman-teman media yang berinisiatif tinggi. Salah 1 dari kami mengusulkan untuk patungan ala kadarnya untuk kemudian dititipkan lewat OBI bantu dikit-dikit untuk anak-anak di sana.

Kenapa sampe begitu?

Kondisi di sana sangat menyedihkan. Terlalu kompleks. Mengenai kesehatan dan gizi, ya sudahlah. Ada Tango Peduli Gizi yang mengurus. Tapi masalah lainnya, seperti pakaian yang layak, pendidikan sampai mainan, gimana?

Kembali ke perjalanan ke dua.
Gue sempat bbm Fera (child fruit-nya Yuna), kalo mau bawa sesuatu, boleh nggak? Boleh, katanya. Apa? Apa ya, gue juga nggak tau.

Sampai H-1 udah banyak pengennya. Bawa ina itu, tapi gue pendam sendiri. Gue nggak mau jadinya ribet, banyak yang omongin, dst dsb.

Lalu pas packing, gue lihat Langit lagi main. Ah, enaknya Langit. Mainan banyak, rumah nyaman, baju bagus-bagus, makan pun nggak usah mikir.

Oke, gue bawa mainan. Kenapa? Pertama, mainan Langit banyak yang udah nggak dipake. Umurnya baru 5th, berarti mainannya juga baru berumur lebih sedikit dari dia. Artinya, masih layak, insyaallah. Kedua, anak dan main nggak bisa dipisahkan. Dengan atau tanpa barang, pasti mereka akan main. Kalau di sini banyak barang nggak dipakai (yang masih layak), kenapa nggak dikasih ke orang yang memang butuh? Supaya nilainya lebih.

Alhamdulillah lagi, boleh sama yang punya :')
Benar-benar seadanya, gue bawa sekardus. Kata mbaknya Langit, "kaya mau mudik bawa kardus". Hehe, ya kalo dipikir gengsi, iya juga mosok bawa-bawa kardus. Tapi ya sudahlah.

Sampe di bandara, langsung serahterimakan pada Fera. Udah selesai tugas gue, itu yang gue pikir.
Sampai di Nias, Fera ngingetin mau kasih mainannya kapan? Gue bilang, terserah. Udah gue serahkan ke Fera seutuhnya. Jadi gue benar2 nggak tau keberadaan kardus tersebut.

Di lokasi pertama, nggak taunya Fera bawa. Rumah itu luasnya cuma 2x3, dihuni 1 keluarga yang anaknya 5! Can you imagine? Sama Fera dikasih mainan-mainan itu, dan langsung mereka peluk erat, seakan nggak mau dipisahkan.

rumahnya ya segitu-gitunya :(

Gue masih cuek. Pas lokasi berikutnya, baru hati gue bergetar (ciyeh). Ketika Fera bagiin mainan, ada 1 anak yang gue perhatiin sangat sumringah. Anak perempuan itu berbaju lusuh. Boneka kodok yang bahkan dari pertama Langit miliki nggak digubris, dipeluk, dipamerin ke semua orang dan dicium terus menerus :')
Gue merasakan suatu perasaan yang luar biasa waktu melihatnya. Gue pengen bagi perasaan gue. Sempat dia gue foto candid, lalu gue share di instagram.

:')

-setelahnya gue ngerasa, pamer ga ya, gue?-
Tapi ternyata foto itu banyak mengundang komentar. Adis komplen, kok ga dikasih tau kalo bawa mainan2 ke sana? Dan banyak lagi yang bilang mau ikutan kasih mainan kalo ada kesempatan.

Sepulangnya dari lokasi itu, gue jalan beriringan sama Yuna. Gue tunjukin foto si anak, terus kami terharu berdua. Obrol-obrol, kenapa kita nggak bikin sesuatu? Sesuatu yang bisa bikin orang-orang terdekat kita merasakan perasaan yang kami rasakan. Perasaan magis yang muncul saat kita memberi. The miracle of giving..

Sejak Mei lalu ke Juni, bolak balik, jadi nggak bikin sesuatu sama Yuna. Sampe titik Yuna bilang, bikin apa yuk di Hari Anak Nasional. Gue tetap ingin ada misi untuk anak-anak Nias, gayung bersambut. Let's do it!

Kenapa sih, Nias? Di Jakarta juga banyak anak-anak begitu.

Ya, betul. Tapiii, Jakarta dekat kan? Tinggal buka jendela mobil, pasti lihat anak jalanan. Tinggal melongok kampung belakang perumahan kita, pasti ada. Makanya dekat dan mudah dijangkau. Setiap hari, kita bisa kasih sesuatu ke mereka.

Ke Nias, karena di sana nggak ada yang mikirin itu. LSM atau perusahaan besar, menitikberatkan pada gizi, itu pasti.

Nah, urusan remeh temeh macam mainan, buku cerita atau baju, kenapa nggak kita yang mikirin? Mumpung ada 'kendaraan' ke sana, yaitu Tango Peduli Gizi. Kita bisa menitipkan tanda sayang kita ke anak-anak di sana lewat mereka. Kenapa enggak? Kenapa nanya? :D

Jadi, yang kemarin ketinggalan acara buka puasa bersama di fCone yang sekalian meluncurkan campaign #HandInHand, masih bisa lho nitipin mainan/ buku cerita/ pakaian layak guna untuk anak-anak kita di Nias. Boleh dititip ke kantor Female Daily di Jl. Kemang Raya no 2 atau ke kantor OT (Tango) di Cengkareng.

Harus banyak barangnya? Enggaklah. Buat apa banyak-banyak kalo nggak ikhlas? 1 saja tapi kalau niatnya suci dan penuh keihlasan, insyaallah berkah :)

Jadi, yuk berbagi selama kita masih bisa :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

2 comments:

  1. Titip loe aja boleh.
    Lebih dekat kan. heu heu heu...

    Ajak Al Galaxyah yuk, Lit. Pasti pada mau deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh, Ndah.

      O, iye belum diumumin di Al Galaxiyah nih. Sip!

      Delete