Pertengahan
Mei tahun lalu, gue kembali ke Nias. Ini adalah kali kedua gue ke Pulau Kecil nan
rupawan ini. Seperti sebelumnya, Nias selalu menyuguhkan pesona yang mampu
membius gue. Nias mungkin tak seindah Bali, Belitung, Raja Ampat dan lain
sebagainya. Fasilitas di Nias juga tak selengkap lokasi-lokasi wisata lainnya.
Apalagi pascagempa dan tsunami beberapa tahun lalu. Ya, walaupun bencana itu
sudah lama berlalu, tapi nampaknya Nias cenderung lebih lambat ‘mendandani’
dirinya sendiri.
Ini 5 hal
yang bisa gue share tentang Nias:
1. How to
get there?
Dengan
pesawat dari Jakarta, kita harus transit di Bandara Udara Polonia, Medan. Dari
Medan, baru kita meneruskan penerbangan menggunakan pesawat kecil ke Bandara
Udara Binaka, Gunung Sitoli, Nias.
Ada 2
maskapai yang terbang ke Nias, yaitu Wings Air dan Sriwijaya Air. Kalau gue
pribadi, memilih Wings Air, karena armadanya relatif lebih terawat. Mungkin ini
subyektif, ya, tapi mengingat rute penerbangan ke Nias yang cukup menantang
(landing di antara pegunungan x_x), gue
pribadi butuh pesawat yang (setidaknya) tampilannya meyakinkan.
Satu lagi
cara menuju ke Nias adalah lewat jalan darat. Dari pulau Sumatera, kita harus
ke pelabuhan Sibolga lalu naik kapal ke pelabuhan Gunung Sitoli.
Di Gunung
Sitoli, Nias, ada beberapa penginapan tersebar. Tapi gue merekomendasikan Wisma
Soliga yang terletak sekitar 20 menit dari Bandara Binaka. Walaupun hotel ini
merupakan salah satu yang terbesar dan paling bagus di sana, tapi jangan harap
bak hotel di daerah wisata lainnya, ya.
Harga di
hotel ini mulai dari 300 ribuan. Fasilitas di kamarnya standar hotel, seperti
handuk, air panas/ dingin, sandal kamar dan televisi. Bagi travelers
yang doyan backpacking atau suka traveling yang tidak biasa,
Wisma Soliga bisa dikategorikan sangat nyaman.
3. What to
do?
Nias
terkenal dengan pantainya yang indah. Salah satu pantainya, Sorake, menjadi
surga bagi para surfer. Konon ombaknya mampu menyaingi ombak di pantai
Hawaii. Gue sempat mampir ke Sorake. Guengnya waktu itu ada beberapa bibir
pantai yang sedang surut air lautnya. Tapi hal ini nggak mengurangi keindahan
pantainya. Walaupun demikian, beberapa bagiannya masih bisa digunakan untuk
surfing, terbukti gue bertemu beberapa surfer yang asik berkejaran
dengan ombak.
Sorake
terletak di Teluk Dalam, sekitar 3 jam perjalanan darat dari Gunung Sitoli.
Teluk Dalam menjadi lokasi favorit wisatawan karena di sana terletak Desa
Bawomataluo. Desa inilah pusat kegiatan Lompat Batu. Tradisi khas Pulau Nias
yang mendunia. Jika kegiatan akan berada di sekitar sini, sebaiknya
mencari penginapan di daerah Teluk Dalam.
Selain
Sorake, pantai yang gue sempat kunjungi adalah Fofola yang terletak di Nias
Utara atau sekitar 1 jam dari Gunung Sitoli. Pantai ini cukup ramai di akhir
pekan. Fasilitasnya cukup baik, ada saung-saung untuk kita melepas lelah atau
menikmati kelapa muda. Toiletnya juga cukup bersih dan terawat.
Yang tak
terlupakan dari pantai ini adalah pasirnya yang halus dan tak ada kerang atau
batu karang. Kalau kata teman gue, berenang di pantai ini seperti di kolam
renang, saking bersihnya! O, iya, di salah satu area ada juga pertemuan antara
sungai dan laut, sehingga airnya tawar. Nah, di sini biasanya jadi lokasi untuk
bilas badan setelah bermain air di laut
4. Makan apa
di sana?
Seafood!
Seperti layaknya daerah pantai, seafood merupakan makanan jagoan di Nias.
Tampilan resto-resto di Nias tak secantik di Bali (Bali lagi, ya? Haha). Lebih
mirip resto seafood ruko-ruko di Jakarta. Tapi soal rasa, jangan ditanya. Luar
biasa sedap!
Yang khas
dari seafood di Nias terletak di sambalnya. Sambal ini padahal hanya racikan
cabai, bawang, tomat, kecap asin, jeruk nipis. Isinya sama, kan, dengan sambal
pada umumnya? Lo harus coba sendiri, deh, baru bisa paham di mana
bedanya.
5. Bahasa
Walaupun
Nias masuk dalam wilayah Sumatera Utara, tapi bahasanya jauh berbeda dengan
bahasa orang Medan atau Melayu. Tapi jangan khawatir, masyarakat Nias mengerti
bahasa Indonesia, kok. Untuk mengakrabkan diri dengan penduduk sekitar, nggak
ada salahnya juga kita menguasai beberapa kata kunci, ya? Ini beberapa di
antaranya:
- Ya’ahowu: Salam. Kata ini mungkin seperti kata ‘horas’ atau ‘halo’. Lazim diucapkan setiap kita bertemu orang, bisa sambil bersalaman atau melambaikan tangan.
- Ma’iki: Senyum. Kebetulan gue hobi fotografi, anak-anak adalah objek yang selalu menarik perhatian gue. Kata ini tentu harus gue kuasai untuk meminta anak-anak tersenyum. Secara, kebanyakan yang menguasai bahasa Indonesia adalah mereka yang sudah merasakan bangku sekolahan.
- Sauha Gola: Terimakasih. Sebagai pendatang, nggak ada salahnya kita sering-sering mengucapkan kalimat ini, kan? Penduduk asli juga pasti akan lebih menghargai jika kita mengucapkannya dengan bahasa mereka.
Selama gue
berkunjung ke Nias, kebanyakan yang gue temui adalah wisatawan nekat alias backpacker.
Jadi, jika Anda termasuk yang nekat, Nias adalah lokasi yang wajib dikunjungi!
Artikel ini pernah dimuat di Trevalersdaily.com
Waaah makasih ya Mba Lita informasinya. Kalo baca-baca yang pernah ke Nias mereka juga merekomendasikan sebagai alternatif jalan-jalan selain tujuan yang sudah mainstream itu.
ReplyDeleteAyo ke Niaaas, sayang banget sih, mereka lama memperbaiki lokasi2 wisatanya :( padahal baguuuus banget!
Deleteah kangen backpacker-an...terakhir ke....err... Bromo -___-
ReplyDeletemungkin kalo anakku udh segede Langit bisa ditinggal lagi.
nice info mbak Lita :)
eh ke Krakatau ding, dan itu gak tau kalo udah hamil 2 mingguan :p hehehe
ReplyDeleteUwooo.. lagi hamil ke Krakatau? Ih serunya *loh*
DeleteKalo dah gedean, either ditinggal atau diajak, pasti seru!
Mba..bs tau no telp wisma sibolga? Apa bs sewa motor jg? Tau info? Krn sy Mau keliling 20hr dinias. Trims....salam.
DeleteWaduh, nggak catat nomor teleponnya mbak. Sewa motor kalo nggak salah ada,mobil juga banyak di kotanya (Gunung Sitoli). Wisma Sibolga gampang kok lokasinya, ikuti jalan besar aja dari bandara ke arah kota. Good luck ya! Salam buat Pantai Sorake :)
Delete