50+ Hari Bersama Covid - part 1

Kalo ada yang follow Instagram gue, mungkin ngeh bahwa gue dan Langit beberapa waktu lalu sempat kena Covid19. Untuk kronologisnya secara garis besar udah diceritain sama kakak gue di blognya.



Terus ngapain nulis lagi? Haha.


Karena kemarin sempat ada yang tanya-tanya soal Covid. Walaupun gue selalu menyarankan buat KONSULTASI sama dokter, deh. Hari gini lewat online juga gampil.


Long story short, gue tested positive di awal November. Hari itu buka email jam 8 pagi, langsung mencerna dan muter otak harus gimana. Bahkan nggak sempet sedih, karena gue mikirin Langit harus swab juga. Sebagai distraksi dari kegalauan hati, jam 9.30 gue udah duduk depan laptop buat miting.


Besoknya Langit dan mbak di rumah swab. Langit positif dan si mbak negatif. Sempat watir, kalo Langit negatif dan si mbak positif, ANAK GUE SURUH TIDUR DI MANA?! Secara kakak gue sekeluarga positif, kan. Wkwk. Makanya agak ironis kalo dibilang lega pas tau status kami sama, at least isomannya barengan. Akhirnya si mbak yang diungsikan, sewain kamar kost karena rumah yang ditempati saat ini mungil. 


Di hari pertama itu gue kebanjiran anjuran. Ke dokter. Rontgen. 2nd opinion. Isoman jangan di rumah. Tenang aja. Istirahat. Nggak usah kerja. Jangan kasih tau siapa-siapa. Dst. Dsb. Dkk.


Mumet aku, coy!


Yang gue lakukan kemudian adalah konsultasi sama sahabat gue kebetulan dokter dan penyintas Covid juga. Kalau lo nggak punya sahabat dokter, atuhlah jangan gaptek. Konsul lewat Halodoc. Konsul pertama gratis, kalo mau konsul lagi bayar harganya start dari 25rb. Jangan ngadi-ngadi alecan, deh. Lo bisa baca blog/ buka facebook, mestinya Halodoc juga bisa #kokmarah.


Gue ceritain kondisi fisik yang gue alami apa aja (kronologi kebetulan dia udah tahu, secara dia yang menganjurkan gue untuk swab di H+7 setelah demam/gejala pertama dirasakan). Sama Pak Dokter gue diresepin obat. Well, bukan obat, hanya vitamin dan antibiotik. 


Setelah itu apa?


Ya, isoman. Berduaan sama Langit. Gue tetap kerja, Langit tetap sekolah. Malah kami lebih aktif pas isoman, karena pekerjaan rumah kami kerjain berdua. Ya nyuci, bebenah, nyapu, ngepel, nyuci piring. Kayaknya itu doang. Makan alhamdulillah ada sepupu dan tante yang kirim makanan, ada beberapa teman dan sahabat yang berbaik hati juga kirimin makanan. Untuk urusan makan, gue emang nggak mau ambil pusing. Istilahnya nih, makanan bisa gue delivery, nah kalo bebersih rumah (hal yang sangat diperlukan saat ini), nggak ada yang bisa ngelakuin kan, secara isoman nggak boleh ada orang masuk/ keluar rumah juga.



Setelah 10 hari baru mikirin mau PCR swab ke-2 di mana, kapan, dsb. Kemudian kakak ipar gue dapet berita bahwa rekomendasi WHO dan Kemenkes terbaru, OTG atau pasien dengan gejala ringan PLUS nggak ada keluhan selama isoman, itu nggak perlu PCR swab lagi. Setelah isoman 10+3 hari, mereka bisa dinyatakan sembuh, karena basically virus sudah tidak menular lagi setelah 5 hari. Browsing deh, pake keyword "PASIEN COVID SEMBUH TANPA SWAB" itu aja pasti keluar berita dari situs2 yang reliable seperti contohnya ini atau ini


Oiya mengenai gejala, kalo gue pribadi sempat demam nggak tau suhunya berapa, tapi yang pasti di hari Minggu dinihari itu gue kedinginan nggak bisa tidur. Hari Seninnya gue merasa kayak mau flu banget, tapi gue kira sinus gue kumat. Kebetulan lagi fase perubahan cuaca kan, biasanya sinus gue kambuh di musim kayak gini. Dua hari kemudian gue anosmia alias kehilangan indera penciuman dan perasa. Sementara Langit, cuma sempat diare [pasien Covid biasanya ada diare/ sembelit/ mual] aja sekitar 2-3 hari. Tapi pas isoman, kami sama sekali nggak ada keluhan apa-apa, alhamdulillah.


Kemudian, gue tetap PCR swab di hari ke-15. Hasilnya? Positif. Ehe. Zuzur, emang anjuran nggak usah swab itu bener, dah, karena membaca hasil positif yang ke-2 itu bikin mental down. Soalnya kan mikir, "Gila, gue 2 minggu kemarin udah ngejalanin hal yang dianjurkan lho, im being good, kok masih positif?!". Kesel beut.


Jadi? Kembali ke 0 lagi? Isoman lagi atau gimana? Het, nyambung yak di blog berikutnya.

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

1 comment:

  1. wah kak ira dan kak lita kena covid heuks, friends circle ku pun beberapa kena, cepat sembuh untuk covid survivor ..

    ReplyDelete