Udah banyak nih, yang pada koar-koar di sosmed kebosanannya akan perihal copras capres. Apa gue bosan? Nggak sih, haha. Gue hanya bosan sama omongan-omongan yang berbau fitnah. Baik dihembuskan dari kubu 01 atau 02. Buat orang Islam, udah pada tau lah, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Iya kan?
Nah, kalau di sosial media udah bosen, gimana kalau pindah ke off line? *LOL tambah
ngeri*.
Banyak yang bilang, “Ah, gue males debat sama dia, udah
keburu kesel”, “Yah,males ah, kaya timses aja. Kalo di sosmed kan tinggal
retweet doang”, dan seterusnya.
Nih ya, gue kasih tau, debat emang bikin males, sih, ya. Apalagi
kalo sama orang yang hubungannya baik-baik aja. Tapi menurut gue, justru di
sini kita belajar untuk berdebat yang baik. Berdebat yang bermartabat. Saat debat
tunjuk-tunjukan, setelah selesai, ngebakso barengan :D
Semenjak pilpres diumumkan calonnya cuma ada 2 pasang, kan
makin keliatan tuh, yang mana pilih siapa atau ada juga yang (ngakunya) swing
voters. Apalagi, ya, konon di kalangan grass root itu udah banyak beredar
berita-berita yang mencekam seputar pilpres ini. Kalau kalian satu suara sama
saya alias #salam2jari, yuk kita ‘gerilya’ secara pintar.
Dari yang dekat-dekat aja dulu. Mbak di rumah, keluarganya
di kampung, sopir, baby sitter, tukang ojek langganan, sopir taksi, dan
seterusnya. Cek, mereka pilih siapa. Kalau pilih 01, tanyain kenapa pilih dia? Kalau
jawabannya 02, ya udah aman. Simpan energi untuk cari yang beda :D
Apa yang harus dipersiapkan saat mau memulai cari downline?
- Mental
Ini penting nih. Kalo
gue, mental sok akrab aja dulu. Sok selow, apalagi kalo sama sopir taksi yang
suka berpolitik :D kalau sama teman atau orang yang kita kenal, tanyanya sambil
lalu aja. Misalnya, “Milih sapa lo pilpres besok? Eh, ikut kan pemilu?”. Setelah
dia jawab, ya udah. Diem aja dulu. Lihat reaksinya. Kalo dia diem juga, baru
lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Beberapa kali gue lakuin ini, seringnya sih
setelah lawan bicara jawab, dia akan tanya balik, “Elo pilih siapa?”. Biasanya lho,
ya..
- Riset
Iya dong, ibarat kata elo ikutan MLM, mau cari downline. Masa
yang lo omongin ke calon downline lo hanya sebatas dari brosur? Ya minimal itu
produk lo udah coba kan, biar makin mantep jelasinnya. Sama juga dengan ini.
Modal scroll timeline fb atau Twitter boleh. Tapi coba cari lebih jauh.
Misalnya
nih, beredar berita tentang kader PDIP dikirim ke Tiongkok untuk belajar
komunis. Coba lo googling beberapa partai lainnya, eh, ternyata PKS pun belajar
hal yang sama, lho!
Jangan hanya baca berita yang pro sama Jokowi, baca yang
kontra juga. Setelah baca yang kontra, kita bisa siapin materi yang bisa mematahkan
berita tersebut. Nah, kalau udah punya bahan, lawan bicara mau ngomong apa juga
bisa kita balikin kan.
-
- Jangan jadi yang duluan menyerah
Maksudnya, jangan jadi pihak yang ngomong, “Ah males lah ngomong
sama elo, nggak level”, or something like that. Iya, emang kadang nalarnya
beda. Kan level pendidikan dan seterusnya juga beda.
Makanya, kita harus paham dulu latar belakang orang yang
kita ajak ngobrol ini gimana. Memilih 01 atas alasan apa. Kalau atas alasan
agama, ga mungkin kita bisa masuk dari isu ekonomi kreatif. Kalau atas dasar
tegas, agak sulit kalau kita masuknya dari isu penerapan e-government. Harus bisa
memilih isu apa yang hot di tiap-tiap lingkaran masyarakat.
Plus cara penyampaiannya juga beda, sih. Ada yang masuk pake
cara preaching ala di masjid-masjid, ada yang pake cara ngobrol, ada yang pake
cara debat, ada yang pake cara “Ya udahlah bro, saling riset aja mumpung masih
ada waktu”, dan seterusnya. Kalo ini sih, harus pinter-pinter baca karakter
orang, ya.
Terus, apalagi ya?
Humm, jangan malu ah nunjukin kalau kita berpihak. Eh, gue
sih nggak malu ya. Wong yang gue pilih jelas, kok. Mengikuti kata Pak Anies
Baswedan, “Nggak ada beban moral saat menentukan pilihan”.
Ya kalau buat gue yang emang udah tau akan pilih Jokowi
sejak beberapa tahun yang lalu saat fitnah ke dia belum ada, ya nggak akan
goyah sih untuk berpihak ke Jokowi (Se-nggak-akan-goyah-nya Fahri Hamzah mau
tutup KPK #eh ). Kecuali kalau suatu hari beliau terbukti terlibat kasus
korupsi, pelanggaran HAM, KKN, dan seterusnya, ya, itu lain cerita. Mendukung bukan
berarti membabi buta yang salah jadi benar, yang pendosa jadi suci, mendukung
berarti membantu dan mengawasi. Mengawasi kalau-kalau dia salah jalan, salah
pilih, dan salah-salah lainnya, kita-kita ini lah yang berfungsi.
Orba yang 32 tahun berkuasa dan didukung cuma sama kroni-kroninya bisa
diruntuhkan kok sama mahasiswa, apalagi ini, yang jelas didukung rakyat?
No comments:
Post a Comment