Kapan lagi kau puji diriku
Seperti saat engkau mengejarku
Kapan lagi kau bilang I love you
I love you yang seperti dulu
Yang dari hatimu
Ceile banget, ya. Neneng gitu lah. Tapi serius, deh, menurut gue lagu itu sedih banget. Bukan berarti kita pengennya di-i love u-i love u-in melulu, ya.
Nah, sebagai pasangan yang jarang sekali mengucapkan kalimat ini, gue kemudian tergoda untuk meniru apa yang diceritakan di blog kakak gue, yang judulnya Mendadak I Love You (susah masukin link-nya, haha, tapi rasanya yang baca blog gue pasti udah baca blog dia juga ye :p).
Akhirnya, semalam sebelum tidur, kebetulan Igun belum balik lagi syuting, gue meng-sms suami:
I love you, Gunari Utama...
- kenapa sms? Karena dulu jaman pacaran juga kami sms-an, belum bbm atau watsap
- kenapa pake nama lengkap? Untuk mengantisipasi dibalas dengan "salah kirim, ya?" LOL.
1 menit, 2 menit, 3 menit...
Nyaris gue bbm marah-marah bilang "gue sms lo ituuuuh, dibaca dan bales boleh looooh", hahaha *istri ga sabaran*. Pas banget mata gue mau merem, tiba sms bunyi, Igun balas, jawabannya adalah:
Entah karena efek lagi bertamu bulanan atau memang karena udah lama aja nggak saling mengucapkan ini, gue terharu. Hahaha. Bisa juga, ya?
Agak bingung kali ya, kenapa suami istri malah jarang ngomong seperti ini?
Nah, ini lah kelemahannya dunia rumah tangga, adik-adik *ngunyah sirih*. Kadang-kadang kami terlalu take it for granted satu sama lain. Padahal perlu disadari, yang namanya perasaan seseorang itu (entah cinta, sayang. benci, dsb) mudah sekali berubah. Dalam pernikahan, harusnya selalu ada cinta. Gue ga tau juga, sih, yang namanya perasaan cinta itu seperti apa. Yang gue tau, gue bisa hidup tanpa suami gue, tapi kayanya gue belum mau untuk itu :)
Kenapa gue bilang belum mau, bukannya nggak mau?
Lidah tidak bertulang, eym. Kami pernah berada dalam kondisi terburuk pernikahan kami. Sejauh ini, kami (eh, at least gue) gak mau hal itu terulang lagi.
Makanya pas annual meeting kemarin, gue mengajukan yang namanya Seminar Pernikahan. Kenapa? Karena gue ngerasain sendiri, deh. Yang namanya setelah punya anak, fokus kita biasanya bergeser ke anak. Bukan hal yang salah, tapi harus disadari bahwa kita punya anak dari mana asalnya? Bukannya karena pernikahan? Istilahnya, anak adalah buah cinta, kenapa hanya buahnya aja yang diurus, sementara akarnya enggak? *ceila, lagi lempeng*
Setelah di-approve, jadi, deh, seminar Keys to Happy Marriage tanggal 30 Maret besok. Gue pribadi nggak sabar menunggunya. Mudah-mudahan Igun juga mau ikut *ini sih bener-bener crossing my finger, haha*. Yang mau tau detailnya, silakan ke: mommiesdaily.com/keystohappymarriagehttp://mommiesdaily.com/keystohappymarriage/ yaaaa....
"Yang gue tau, gue bisa hidup tanpa suami gue, tapi kayanya gue belum mau untuk itu"
ReplyDeleteSuka sama kalimat ini Lit, dan emang bener banget yang kamu bilang di tulisan di atas...jangankan ada anak, aku yang baru hamil aja sudah mulai merasakan kalo prioritas itu mulai bergeser ke anak.
Dan pernikahan kan never ending journey ya..kalo kita ga mau terus berusaha terus menerus menjaga hubungan, memupuk rasa cinta ke suami (yang kabarnya jadi berkurang setelah ada anak)ya bahaya juga jadinya..
Taneman aja dibiarin mati, ya ga?! *halah, sok serius gini jadinya hihihi*
Iya banget.
DeleteGue inget banget suami gue pernah ngomong ketika kami abis akad nikah, "pantesan, ya, orang bilang nikah sekali seumur hidup, ribet soalnya!". Hahaha, ya, bagi kami yang ga neko-neko, ngurus kawinan itu ribetnya setengah mati. Mungkin bagi banyak orang juga, ya. Menurut gue, mengingat 'keribetan; itu bisa jadi 'pemicu' kita untuk mengingat kembali apa saja yang sudah kita lakukan demi terlaksananya pernikahan *ciyeeee*
Semoga kehamilannya lancar, yaaaa *hugs*
hi salam kenal ya, memang biasanya sejak punya anak fokus kita bergeser sama anak, padahal nantinya anak2 itu akan meninggalkan kita untuk mempunyai rumah tangga sendiri.. sementara kita akan sama pasangan kita seumur hidup ya?
ReplyDeletekalo ortu yang ga bisa ngerti ini, makanya suka timbul mertua2 yang suka ngerecokin anak mantunya hehehe
Wah, good insight! Iya, betul juga, ya, jadi semacam seumur hidup kita akan fokus pada anak-anak, bahkan ketika anak-anak kita sudah jadi orang tua.
DeleteWalah, mudah2an, kita nggak, ya...
Ciyeeee....jarang-jarang Lita nulis romantis gini. *lempar lejing*
ReplyDeleteIya, Ndah, sesekali lah, pencitraan istri solehah *benerin jilbab*
Delete