Jodoh Itu Jorok

Ingeeeet banget sama kalimat diatas yang diungkapkan sama salah satu sahabat gue beberapa tahun yang lalu saat masih asyik melanglang buana dari satu hati ke hati yang lain *wuhuuuuy*

Kok jodoh jorok sih? Aneh-aneh aja :D
Maksudnya adalah, jodoh itu nggak kenal tempat dan waktu. Dia cerita, dulu tantenya ada yang pernah berjodoh sama tukang daging di pasar. Bayangin, ketemunya kurang malesin apa, pasar yang becek, tukang daging pulak, pasti penuh bercak-bercak darah hasil potong daging. Kaga kece bener pan? Eh, ya, namanya jodoh, entah gimana akhirnya malah kewong. Oh iya, ternyata si pria bukan sungguhan tukang daging, dia anaknya juragan daging yang kebetulan lagi bantuin babenya di kios.

Kalo di film-film juga gitu, kan, jatuh cinta sama orang yang berebutan taksi (Back Up Plan), sama headhunter (Friends with Benefits), cewe manis sama ketua geng anak bandel (Grease!), cewe populer sama cowo nerd (AADC) dan banyak lagi yang menceritakan perkara jatuh cinta bisa kapan saja dan dimana saja, kepada siapa saja.

Flash back dikit, gue sama Igun juga cukup lucu, sih. Singkat ceritanya adalah, Igun adalah salah satu pelamar kerja di kantor gue dimana gue yang milih CV-nya diantara tumpukan CV untuk diproses :D bener-bener milih capcipcup. Lah ya, kalo tangan gue ga ngambil CV-nya dia saat itu untuk diproses sama bos gue, mungkin Langit nggak ada saat ini.

Tetiba teringat surat An Nur ayat 26 yang bilang, " Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Kalau dibaca selintas, lha, kasihan amat yang nggak baik masa dapet jodohnya yang nggak baik juga?
Mungkin yang perlu ditelaah adalah tolok ukur seseorang dikatakan baik atau tidak baik seperti apa, ya. Kalau gue sih, ngeliatnya, manusia nggak ada yang nggak baik. Baik semua, asalkan mereka mau mengubah diri mereka sendiri ke arah yang lebih baik.

Nah, baik itu di mata siapa? Tuhan? Keluarga? Pasangan? Lingkungan? Menurut gue lagi nih (iya dong, ini kan blog gue, jadi suka-suka gue yak), balik lagi ke diri kita masing-masing. Mau dilihat baik dimata siapa? Maunya dimata Tuhan aja, tapi lingkungan nggak, ya terserah. Tapi catet, hablumminannas itu juga perlu, lho :)

Atau sebaliknya, mau baik dimata lingkungan aja, Tuhan nggak usah. Ya terserah juga, kepercayaan terhadap Tuhan itu kan hal yang pribadi. Yang pasti, gue percaya orang yang baik sama orang lain/ lingkungan itu, insyaallah hatinya bersih :)

Nah, gue suka memperhatikan sekeliling gitu, kadang-kadang hidup bersama dengan seseorang bisa membuat diri kita jadi mirip dengan orang itu.
Misalnya, yang suaminya suka pamer status, jabatan atau apalah yang bisa dipamerin, eh istrinya setali tiga uang. Mungkin caranya beda, tapi maksudnya sama. Atau ada juga yang istrinya aktif di kegiatan sosial, peduli sesama, dsb, eh suaminya juga walaupun ga aktif di kegiatan sosial, ternyata sering menyumbangkan sesuatu untuk panti asuhan.

Atau kaya kakak gue, yang ndilalahnya dapet suami yang setipe gitu, doyan ngobrol dan pandai membawa diri. Padahal dia bilang, dia dan suaminya tipe yang berbeda, tapi toh, ternyata ada penilaian yang justru dilihat oleh orang lain, kan? *dadah-dadah ke @irrasistible*

Tentu hal diatas hanya ilustrasi, ya. Banyak juga di dunia nyata yang gue temuin, suaminya doyan 'minum', istrinya rajin sholat, atau suaminya workaholic, istrinya doyan belanja (eh, kalo yang ini mah berarti saling melengkapi ya? Suami cari uang, istri yang ngabisin :p ).

Setelah mengalami proses yang cukup unik sama Igun, gue percaya jadinya sama kalimat Jodoh Itu Jorok. Padahal duluuu, punya cita-cita sendiri mau suami yang seperti a-b-c-d-e, dst. Tapi ternyata, kalimat jodoh, maut dan rejeki adalah rahasia Tuhan itu benar adanya :)

Nah sekarang, apakah gue termasuk wanita baik mendapatkan yang baik, atau si buruk mendapatkan yang buruk? Wallahualam :)

*oh iya, bawa-bawa ayat Quran bukan maksud sotoy, ya, tapi emang tetiba keinget aja dan pas untuk masuk ke dalam post ini
** ngapain juga gue bikn disclaimer, ya?
*** lha biarin, suka-suka, daripada ntar ada yang bilang sotoy/ sok suci?
**** kalo ada yang bilang gitu, ya biarin aja, kan ini blog gue, weeek :p

#abaikan #makinmalammakinerror


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

4 comments:

  1. nah, gw kmaren jg ngobras sama Ira di twitter soal laki-bini baek Lit... dan bikin gw merana, berarti klo gw tukang komen, laki gw tk komen juga dong... betapa berisiknya rumah kami nanti :(
    tapi ya, gw sama kaya elo, percaya bahwa setiap manusia itu punya kebaikan; ya kebaikan yang tergantung gitu deh :P
    jadi masih ada harapan lah ya gw...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tjep, kali aja ntar laki lo kesamaannya adalah doyan makan, justru bukan di tukang komennya, ya kan? Ya kan? Ya kan? Enak malah, memuaskan hobi dan bakat lo mengejar makanan sampai ke ujung dunia :D

      Delete
  2. Mbak, saya kebetulan nyasar ke blog ini..
    eh pas baca jadi smangat kembali, curcol abis patah hati :)...walaupun saya punya keyakinan yang berbeda dengan Mbak, saya setuju banget dengan pendapat Mbak!
    Terima kasih dan balik ah baca2 lagi :)
    Ina

    ReplyDelete