Beristri Dua

Beberapa waktu lalu, gue mengunjungi seorang kerabat di rumah sakit. Saat sampai di sana, cuma ada anaknya yang kebetulan lagi melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Karena masih di ICU, maka yang boleh masuk pun maksimal 2 orang bergantian.

Gue sama suami masuk, meninggalkan Langit di luar sama si kerabat. Ga tenang, gue nggak lama di dalam. Pas keluar, gue lihat si anak kerabat ini lagi ngobrol kaku sama seorang perempuan muda gendong bayi.

"Ini istri muda ayah, kak. What do you think?", katanya sambil berbisik kencang (berbisik tapi kencang?) ke gue. Dari raut mukanya gue tau dia KZLBGT.

Gue jadi inget di salah satu sesi pengajian Galaxyah, kami lebih sering diskusi sih dibanding dengerin ceramah. Suatu hari, diskusi sampai ke topik poligami.

Gue kenceng banget lah urusan ini. Secara pribadi, nggak tau kenapa gue nggak suka banget sama poligami. Dan gue bakal subyektif abis-abisan sama orang yang poligami.

Mau dari sekelas Aa Gym sampe sodara sendiri, buat gue ketika mereka melakukan poligami itu udah nggak adil buat pasangannya. Apalagi kalo  agama dijadikan alasan. Padahal di Quran, ayatnya nggak cuma sampai "nikahilah 1,2,3,4" aja kan. Ada sambungannya lagi, yang hemat gue itu menjadi syarat kalau laki-laki mau poligami. Syaratnya apa lagi kalau bukan berlaku adil?



Nah, menurut Mbak Nana (pemberi materi kajian), jika kita beriman pada Islam, maka kita harus percaya pada Quran sebagai kitab. Percaya pada Quran, berarti percaya pada isinya. Intinya gue harus percaya pada poligami.

Tapi Mbak Nana juga yang menjelaskan, bahwa poligami memang tertera di Quran cuma nggak berarti semua bisa melakukannya. Kan ada syaratnya.. Nah, sampai di sini gue bisa deh menerima :)

*menerima penjelasan ya, bukan secara gelap mata menerima poligami*

Lingkungan gue akrab sama yang namanya poligami. Tapi ya bukan yang secara terang-terangan. Makanya mungkin karena para lelakinya menyembunyikan istri ke-2 gue jadi simpati sama si istri pertama. Apalagi setelah jadi istri, ya. Kebayang banget perasaannya dibohongi terus-terusan. Bilang business trip, ga taunya bobo di rumah istri baru. Bilangnya lembur, ga taunya ngelembur di rumah yang lain. Akhir pekan bilang ada kerjaan, ga taunya family day sama keluarga baru. Ga cuma si istri pertama yang sakit, kan, tapi gimana anak-anaknya juga?

Lain halnya dengan yang menikah lagi atas seizin istri pertama. Salut lah gue sama istri yang memberi izin. Teh Ninih yang agamanya jauh di atas gue aja, dan udah kasih izin ketika suaminya mau menikah lagi (sama perempuan cantik), bisa minta cerai kok.

Artinya apa? Mungkin ada ketidakadilan yang dirasakan oleh istri pertama kan? Padahal udah sekelas beliau lho, ustad yang ceramahnya ke mana-mana.. Apalagi sekelas kita, yang manusia biasa, ilmu agama masih dangkal, bahkan mungkin salat bolong-bolong..

Satu lagi, menurut gue beristri dua, apalagi yang tanpa sepengetahuan pihak pertama, itu tindakan pengecut sih. Kalo gentle, kalo jantan, bukan ditunjukan dengan cara menikahi, memacari banyak perempuan. Tapi justru bagaimana kalian, para lelaki, memperlakukan perempuan. Itu baru gentle.

Jadi ya, buat para lelaki kalo mau poligami (atau bahkan yang cuma pacar-pacaran padahal udah nikah), pikirin baik-baik deh. Apa untung ruginya, ga buat kalian, tapi buat istri dan anak-anak. Kalo emang alasannya udah nggak nyaman sama istri pertama, cerai lah. Repot amat. Selesaikan dulu dengan yang satu sebelum melangkah hidup baru.

Atau ya, ke laut aja lo!
*emosi*

Btw, gimana akhirnya kisah sang kerabat?
Jadi lah malam itu gue dan suami bantu cari hotel untuk si istri muda menginap. Secara datang ke Jakarta cuma berduaan sama bayinya usia 6 bulan bok, manalah mungkin diajak tidur di RS?
Sementara anak si kerabat disuruh pulang dan ga usah urus bapaknya oleh ibunya alias istri pertama si kerabat. Nah, bingung kan?

*melipir pulang*

Jadi ya, beristri dua ga selalu enak. Makanya punya istri satu aja, tapi kalo Pilpres sih tetap pilih yang nomor dua! #ujungujungnyakampanye

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

7 comments:

  1. Kita memang harus menerima poligami, karena ini memang perintah Allah, tapi nggak serta merta dijadikan alasan untuk melaksanakan sunah rasul :). Seperti yang Neng Lita sampaikan, syaratnya amat berat. Plus, banyak yang nggak tahu juga, bahwa semua khulafurasyidin tidak ada yang mempoligami istri pertamanya :D, bahkan Ustman bin Affan baru berpoligami setelah istri keduanya meninggal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu dia...
      Kadang orang ngambil cuma setengah ayat aja, ya. Plus nggak cari tau dulu bagaimana di balik poligami itu. Nafsu yang lebih banyak bicara, terus cari pembenaran lewat agama *sigh*

      Delete
  2. Iya euy, kalo mau dalih sunah rasul maaah, masih banyak sunah rasul lainnya yang bisa dapat pahala tanpa menyakiti pihak lain yak :D. Sholat sunah aja banyaaaak, puasa sunah juga banyaaak.
    Cuma, yah emang harus menerima poligami kok, apapun alasannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, bener banget! Masih banyak yang bisa diamalkan kalo mau bicara atas nama ibadah ya...

      Delete
  3. bener, Rosul kan dulu poligami sama janda yg ditinggal suaminya perang daan usianya ga muda lagi bukan poligami sama yg lebih muda , cantik..

    ReplyDelete