Media
sosial lagi ramai karena Ibu Elly Risman. Ibu Elly memang lumayan sering bikin
dunia perorangtuaan gempar karena fakta-fakta yang dipaparkan mengguncang,
menakutkan, bikin orangtua parno. “Nakut-nakutin orangtua”, "Pola asuh konvensional", "Orangtua salah melulu kalo sama Bu Elly, sih", demikian yang
sering gue dengar mengenai Ibu Elly.
Nah, kali ini,
dunia medsos ramai karena twit Ibu Elly berikut:
*palm face* |
Gue kenal
Ibu Elly jauh sebelum beliau populer di media sosial. Tepatnya waktu gue masih
di Astro Oasis. Saat itu, Oasis adalah channel TV muslim yang mengudara lewat
pay TV Astro. Nah, kanal tersebut nggak hanya tentang agama, tapi memang
fokusnya ke keluarga. Kami ada beberapa penasihat untuk konten TV, salah satunya
Ibu Elly, khusus untuk program-program anak. Gue pernah tulis sekilas tentang
ini sih, di Mommies Daily 5 tahun yang lalu waktu gue ngobrol sama Ibu Elly di
salah satu sesi seminar Supermoms Indonesia.
Setelah nggak
bekerja di dunia parenting, gue masih lumayan mengikuti tentang Ibu Elly. Terakhir
gue masih datang ke seminar Ibu Elly, sekitar setahun yang lalu. Gue, lumayan
banyak mengambil pelajaran dari seminar beliau. Tapi apakah gue telan
bulat-bulat ajarannya? Wooh, nggak dong.
Apa kabar
dengan keutamaan Ibu Elly di mana ibu sebaiknya di rumah menemani perkembangan
anak? Sini masih banyak tagihan yang perlu dibayar, sis! Kalo rajin baca blog
gue, tahu lah gimana kerasnya gue sama pihak yang mendiskreditkan ibu bekerja :)
Baca ini juga deh: Seruan Untuk Ibu Bekerja
So, untuk yang
satu ini, gue berada di sisi yang berbeda dengan Ibu Elly lah ya :D
Ada beberapa
poin yang kerap diulang sama Ibu Elly di seminar-seminarnya. Ini yang gue
ingat, ya.
Concern terhadap
gadget
Ibu Elly
adalah salah satu psikolog yang cukup kencang mengibarkan bendera perang
terhadap pemberian gadget pada anak. Kalaupun bukan karena konten yang bisa
didapat anak dari gadget, tapi yang gue tahu waktu gue kenal beliau pertama
kali [sekitar tahun 2007] lebih ke kesehatan mata dan perkembangan otak anak.
Di poin
ini, gue setuju sih. Beberapa psikolog keluarga lain yang pernah gue temuin
juga concern pada hal yang sama. Bahkan Direktur Pendidikan di sekolah Langit
juga cukup ‘kencang’ sama gadget. Kalo pertemuan orangtua murid di sekolah,
pasti beliau menyisipkan pesan “Jauhkan anak dari gadget”.
Kebetulan,
anak gue nggak terlalu attach sama gadget. Pernah gue kasih handphone [bekas
gue], tapi nggak kepake. Akhirnya diambilalih sama nyokap gue, dah. Haha.
Sex education
Kebetulan, pertama
punya anak gue ndilalah seringnya ikut seminar Ibu Elly. Maka gue ketularan
concern berat sama pendidikan seks anak. Dari Ibu Elly pula gue pertama kali
belajar mengenai pendidikan seksual yang SAMA SEKALI NGGAK MUDAH ngejalaninnya.
Mulai dari
menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan, siapa yang boleh menyentuh dan
bagian mana yang tidak boleh disentuh, bagaimana bersikap pada lawan jenis, menjelaskan
tentang berciuman yang suka ada di TV, pacaran, naksir, pernikahan, proses kehamilan,
dan seterusnya. SUSAH, JENDRAL!
Ya zaman
sekarang, apa sih yang nggak bisa kita dapat di internet. Tapi sayangnya kan,
makin ke sini makin macam-macam yang beredar di internet. Harus pintar-pintar
memilah.
Memilih sistem
pendidikan
Dari seminar-seminar
Ibu Elly yang banyak ngajarin tentang sistem penerimaan informasi di otak, gue menyimpulkan
bahwa “Saat hati gembira, otak menyerap lebih mudah”. Hal ini yang gue jadiin
pegangan waktu cari sekolah buat Langit. Sistem pengajaran harus menyenangkan
dan yang pasti sevisi pola asuhnya dengan gue. Alhamdulillah, dapet.
Walaupun, kalo
mau ngikutin plek-plek kata Ibu Elly mah cari sekolah yang waktu belajarnya
nggak lebih dari jam 12 siang. Hare geneeee… ibuuuu… cari di mana?
Peran penting
ayah
Ibu Elly
juga yang bolak balik mengingatkan tentang pentingnya peran ayah pada seorang
anak. Bukan hanya sebagai pencari nafkah, tapi anak juga butuh sosok ayah dalam
kehidupan mereka.
Lihat gambar
ini deh, kira-kira ngerti lah ya, gimana peran ayah buat anak-anak :)
Dari beberapa
hal yang gue inget di atas, harusnya bisa terbaca [harusnya lho, ya] bahwa
walaupun gue tahu apa yang Ibu Elly ajarkan, nggak berarti plek-plek harus gue
terapkan semua. Karena pola asuh bukan kaya manual book-nya handphone/ TV yang
keluaran pabrik. Pola asuh ada terms and condition-nya, perlu disesuaikan
dengan kenyamanan masing-masing. Pola asuh adalah hal yang personal. Ya nggak,
sih?
Balik lagi
ke reaksi Ibu Elly mengenai SNSD. Gue kaget juga, kok. Sedikit sedih, ya, pasti. Bukan sedih karena omongan orang ke Bu Elly, ya, tapi lebih ke sedih kenapa orang seperti Ibu Elly yang kerap di-look up to sama orangtua-orangtua yang masih belajar jadi orangtua mengeluarkan statement tanpa mengecek fakta lebih dulu. Kecewa juga pasti ada. Kecewa sama Ibu Elly yang terlalu reaktif, kecewa sama reaksi para orangtua di media sosial mengenai hal ini.
Kemudian, gue
nyadar bahwa bukankah reaksi beliau seperti layaknya ibu-ibu zaman sekarang
yang saat membaca/ mendapat forward berita heboh langsung kita sebarkan tanpa sempat membuka link berita/ artikel tersebut? Padahal banyak banget artikel yang seringkali judul dan isinya nggak berhubungan satu sama lain. Ini kan trik dari sebuah digital media, supaya orang-orang mengklik berita tersebut, bu.
Bedanya,
Ibu Elly psikolog yang suka memberikan seminar parenting makanya jadi heboh. Kalau kita, hanya
buibu receh aktivis media sosial dan whatsapp group aja :D
Tapi ya,
untuk kali ini, repot juga Ibu Elly harus berhadapan dengan Kpopers yang dikenal #gariskeras dalam membela idolanya. Yang
gue bingung, bagaimana reaksi ibu-ibu penggemar Kpop yang juga pengikut Bu
Elly, ya?
Mudah-mudahan nggak panjang deh, keributan ini. Biar gimana, gue pernah belajar dan mengambil pelajaran dari seminar beliau yang pernah gue datengin. Kok kalau ikut ngejelekin karena hal di atas, rasanya kaya ngeludahin sumur di rumah sendiri:D
Btw, satu lagi deh. masalah nakut-nakutin orangtua menurut gue tinggal kita mau gimana aja sih. Mau anggap membesarkan anak adalah hal yang menakutkan atau menyenangkan? Gue pribadi, tentu punya rasa takut. Takut ini itu, gimana Langit di masa depan, dkk dsb dst. Tapi sejauh ini, gue milih untuk menganggap bahwa membesarkan anak adalah hal yang menyenangkan. Karena nggak semua orang diberikan privilege untuk membesarkan anak :)
Btw, satu lagi deh. masalah nakut-nakutin orangtua menurut gue tinggal kita mau gimana aja sih. Mau anggap membesarkan anak adalah hal yang menakutkan atau menyenangkan? Gue pribadi, tentu punya rasa takut. Takut ini itu, gimana Langit di masa depan, dkk dsb dst. Tapi sejauh ini, gue milih untuk menganggap bahwa membesarkan anak adalah hal yang menyenangkan. Karena nggak semua orang diberikan privilege untuk membesarkan anak :)
Dari kemarin cuma merhatiin yang bersliweran di timeline, dan menyayangkan sekali. seharusnya reaksinya tidak perlu "sekaget" itu :|
ReplyDeletedan setuju mbak lita;
"gue milih untuk menganggap bahwa membesarkan anak adalah hal yang menyenangkan. Karena nggak semua orang diberikan privilege untuk membesarkan anak :)"
Wajar sih, ya, kagetnya sampai begitu. Karena biar gimana Bu Elly selama ini walaupun fakta yang ditampilkan suka 'menakutkan' sedikit banyak bisa memengaruhi kita sebagai orangtua yang kerap parnoan :D
Deleteaq kaget waktu lihat berita ini di ig gosip, dan sampe skrg keinget terus sm miminnya bilang "bagaimana reaksi para ibu-ibu yang sudah di terjerumuskan dengan ajaran parentingnya" krn menaggapi reaksi ibu elly risman begitu keras terhadap girl band korea tersebut. di bales dg reaksi yang keras juga, membuat tambah keruh berita.
ReplyDeletesemoga tidak berlarut masalahnya, krn aq sm seperti mbak juga, menggambil ilmu dari para pakar parenting yang cocok dengan aq dan suka bgt sama kata-kata mbak :
"gue milih untuk menganggap bahwa membesarkan anak adalah hal yang menyenangkan. Karena nggak semua orang diberikan privilege untuk membesarkan anak :)"
Mungkin heboh karena masuk IG Gosip :)))
Delete#GenerasiLambeTurah :p
yang aku sayangkan memang kayaknya ibu Elly ga ngecek lagi portal berita yang dituliskan oleh beliau. Sebagai pemerhati Kpop juga, berita yang ditulis itukan sebenernya bukan beritanya SNSD.
ReplyDeleteterus yang bikin sedih emang reaksi netizennya juga yang sama sama reaktif plus komennya ga disaring :'(
semoga ga berlarut larut deh masalanya.
Pelajaran juga buat kita, supaya ngecek sumber2 berita sebelum nge-share di sosmed :)
DeleteEmang bikin kaget pas baca twitter bu Elly, tapi lebih kaget lagi sama semua reply-annya. Harusnya ga sekasar itu sih ke orang tua. Tapiiiii aku sangat menyayangkan sikap bu Elly sendiri, ya harusnya bisa klarifikasi sih atau minta maaf?
ReplyDeleteSemoga ga sampai berlarut-larut, soalnya setauku fans korea garis keras suka ga main-main kalo nge-report sesuatu ke rumah produksi di Korea hehe. Dulu sinetron mba NikWil juga diboikot karena fans-fans di Indo rame-rame ngereport ke KSB, cmiiw.
Samaaa aku juga menanti permintaan maaf dari Ibu, nih. Dan yes, yang aku dengar fans Korea itu garis keras, nggak main2 kalo ada yang macam2 sama idola mereka. Mudah2an nggak berbuntut panjang ke mana-mana deh yaaa...
DeleteSaya juga beberapa kali ikuti seminar ibu Elly. Pemaparannya memang sering keras dan tajam, ya. Kadang saya suka terkaget-kaget sendiri. Tapi tetep gak mau plek ketiplek ikut saran ahli parenting manapun. Serap ilmunya aja, tapi yang prakteknya sesuaikan dengan sikon masing-masing.
ReplyDeleteUntuk yang kasus ini saya gak ngikutin tweetnya. Cuma memang kalau dari TL beberapa orang yang share, semuanya emosional. Bu Elly emosi, KPop-ers pun emosi. Semoga ada penyelesaian terbaik, lah
Iyaaaa.. kalo mau ngikutin plek ketiplek, kita malah kaya ortu berkacamata kuda :D
Deleteudah minta maaf Ibu Elly di twitter-nya tuuuh
karena teori is a teori while practice issss soo hard haghag... setuju dengan no gadget for kids ya and sexual education thing..
ReplyDeleteYup! Praktik kan dunia nyata yang kondisinya pasti beda ketika teori diciptakan :D
Deletepertama gw suka banget sama kaliat akhirnya postingan ini
ReplyDelete" Karena nggak semua orang diberikan privilege untuk membesarkan anak :) "
Kedua.. gw juga sama kaya elo lit.. ngga plek plek an ngikutin gaya parentingnya ibu elly, di sharing sesuai term n condition ajah seperti yg lo bilang..
ketiga.. untuk kasus bu elly sama SNSD ini emang gw ngga merhatiin banget, tapi sempet lihat di twitter.. menurut gw pribadi ya..reaksi ibu elly wajar kaya begitu karena beliau memang sudah lama banget kan berjuang untuk memerangi pornografi dan jujur gw sendiri serem lihat kejahatan2 akibat pornografi.. Jadi ya mungkin beliau pikir.. Ya Allah, apa artinya gw berjuang selama ini klo ternyata begini... makanya mungkin dia emosional..
Memang terlalu "pedes" kata kata yg di tulis di twitternnya,mungkin akibat dia emosional tadi.. itu patut di sayangkan juga, dan yang lebih di sayangkan lagi reaksi netizennya.. sediih gw bacanya.. semoga segera ada penyelesaian nya deh untuk masalah ini.
Ibu Elly udah minta maaf sih di Twitter-nya. Cuma khas netizen kan, permintaan maaf akan membawa gunjingan baru lagi :D
DeleteAku biasanya skip baca tulisan blog ini begitu baca nama Elly Risman, hahahahaha... (And yes, I've read her book and attended her events, so it's not a benci-buta) :D tapi untuk tulisan yang ini aku setuju banget Mbak Lita. Verifikasi sebelum dibagi ya.
ReplyDeleteRespon netizen juga sama sekali nggak ada empatinya ya. Mungkin netizen selama ini melihat bu Elly sebagai sosok yang sempurna, makanya seperti Mario Teguh kali ya begitu sekali ada cacat langsung end. Dan itu juga bukan salah netizen sepenuhnya, soalnya bu Elly memang 'menggurui' banget dan mengesankan kalau she has her shit together (truth is, nobody really has his/her shit together). She pretty much has this 'holier than thou' persona sih ya, makanya mungkin orang gemes banget.
Aku sendiri termasuk yang nggak komen tentang salah statement nya bu Elly, karena maklum banget itu pasti si ibu belum riset, why state the obvious then?
Point of my rants: aku suka tulisan dan cara pandang Mbak Lita (ujung-ujungya yeee).
HAHA!
DeleteTenang aja, aku [insyaallah] tipe yang kalau menyukai atau membenci sesuatu nggak sampai segitunya kok. Kalau di tulisanku beberapa kali menulis nama Bu Elly sebagai rujukan, hanya karena pas di omongan itu sesuai dengan visi sebagai orangtua. Yang nggak setuju sama beliau juga banyak, termasuk urusan ibu bekerja. Tapi kenapa nggak ditulis di blogpost tentang ibu bekerja bahwa gue nggak setuju sama perkatannya? Karena gue nggak mau menjelekkan orang/ tempat di mana gue pernah mendapatkan keuntungan dari mereka. Contoh: tempat kerja, mau kaya gimana pun nggak akan gue jelekin di muka umum, karena pernah dapet nafkah dari sana :D
*kok panjang?*
Kalo dipikir-pikir, ya, nggak usahlah pakar parenting/ motivator kaya Mario Teguh, selebgram aja kerap dilihat sebagai sosok sempurna, kan? Padahal, sebelum ada instagram, MEREKA SIAPAAAA? :)))
Anyway, terimakasih pujiannya!
Aku mak-emak yang suka kpop..hahaha
ReplyDeleteAku menyayangkan banget sih tweet ibu elly kemarin tanpa mengetahui dulu SNSD itu siapa, bagaimana kebudayaannya disana,etc etc..
Tapi gw ga suka juga sama kpopers yang alay, komennya tsadist, gimana pun blio kan orang tua ya..
SNSD ini kan korean darling banget..jadi gw bisa paham kenapa banyak yg tersinggung idolanya di samakan dengan simbol s*x, dann..yg lebih gimana gitu adalah masuk portal koreaboo dengan judul "Indonesian Politicians Outraged Over Girls Generation's Upcoming Visit" hehehe..
Kalo aku sendiri, yg paling kusayangkan adalah kenapa orang yang notabene psikolog kok menilai orang secara sangat dangkal. Itu aja sih.
(Aku bukan Sone (fansnya SNSD), cuma itu deh pandanganku..hehe)
Iyes! Setuju banget sama komenmu mbak. Aku juga kecewa kok, dengan tidak mericek fakta dan ya, dapet tambahan baru, karena bisa menilai sedangkal itu x_x
Delete"Kemudian, gue nyadar bahwa bukankah reaksi beliau seperti layaknya ibu-ibu zaman sekarang yang saat membaca/ mendapat forward berita heboh langsung kita sebarkan tanpa sempat membuka link berita/ artikel tersebut?" ----> Ah iya ih baru sadar, si ibu bereaksi selayaknya nenek-nenek seusianya!
ReplyDeleteAlias sama banget sama ibu saya (dan teman-teman ibu saya juga tentunya), yang dikit-dikit terima bc di whatsapp langsung heboh sendiri dan ikut terhasut padahal mah bc nya hoax (doh!).
Tapi,tapi...ibu saya mah bukan psikolog apalagi ahli parenting ternama, kan? Ibu saya biar kata salah ngomong, atau ikut ngomel-ngomel ngebahas berita yang belum tentu bener, palingan mah di protes sama anak-anaknya doang. Dan lalu biasanya saya luruskan dengan mengirim berita link yang benar dan terpercaya.
Nah, si Ibu kan termasuk public figure, apalagi panutan banyak orang tua ya, saya sih sangat menyayangkan twitnya yang sangat reaktif dengan nada tinggi, namun tanpa berdasar riset mendalam. Seharusnya beliau bisa lebih bijak sebelum mengeluarkan statement-statement yang sensitif.
Oh well, setidaknya menunjukan bahwa si Ibu juga manusia biasa, walaupun punya 'holier than thou' pesona yang disebut mba Lita di atas. Mudah-mudahan jadi pelajaran buat semua, nggak hanya si Ibu aja :)
Iyaaaa, betul! Generasi di atas kita [tapi sayangnya banyak juga generasi kita sih] yang sering percaya sama berita di internet begitu aja.
DeleteDan yes, semoga jadi pelajaran buat kita semua sih, ya :)
Waduh bacanya telat nih"kasus"nya bahkan sudah selesai hehe. Mungkin Bu elly hanya perlu sedikit menambah pengetahuan tentang trend dan apa yang lagi "digilai" anak-anak jaman sekarang ini. Bukan hanya dari aspek parentingnya tapi dari aspek "childing"nya juga. Secara sepengetahuan saya, artis kpop aplgi snsd kan dari tarining (yang bahkan ada yang mengikuti sekolah jd idola dari umur 6 tahun loh) sangat keras dan disiplin pendidikannya, ga cuma bekal jadi artis ataupun idol, bahkan etika dan sopan santun pun sangat dini ditanamkn ke idol-idol ini. Harusnya juga, ibu elly ini lebih "melek rasa", coba bayangkan kalau member snsd ini yang cewe semua atupun ibu-ibunya snsd ini baca komentar beliau yang kurang etis dan tidak benar kan saru banget..
ReplyDeleteAdududu, ini reply-nya juga telat :)))
DeleteIya betul, karena di era digital gini, segala hal bisa berubah dan berkembang dengan begitu cepatnya. Contoh, sebelum bobok buka IG nggak ada apa-apa, besokannya tau-tau ada fitur polling :)))
Jadi, kita sebagai buibu emang nggak boleh lengah dalam mengikut perkembangan zaman. Jangan sampai 'kalah' pinter sama anak-anak deh :)
*nyambung nggak sih*