rasanya ingin pasang iklan baris di Poskota |
Yah, kaya di atas itu lah! -eh, amit-amit naudzubillahi min dzalik!
Gue pernah berada dalam kondisi yang bener-bener nggak punya
duit, padahal harus bayaran anak sekolah, bayar bulanan mbak di rumah, dan
pengeluaran sehari-hari. It was the most terrifying moment in my life. Lebay,
ya?
Gue cerita singkat lah, ya.
Jadi di suatu hari
yang cerah, tiba-tiba aja kantor tempat gue bekerja nggak ngegaji karyawannya. Nggak
ada pemberitahuan, nggak ada apa-apa, pokoknya di tanggal yang semestinya kami
gajian, saldo kami nggak nambah. Sampai beberapa hari, minggu, bulan…
Alhamdulillah gue punya sedikit tabungan yang bisa buat
bertahan. Beberapa bulan di awal, gue masih bisa bayar mbak, bayar sekolah, kondisi
harian juga masih biasa aja walau harus agak sedikit lebih hemat dibandingkan
biasanya.
Tapi ya, namanya duit nggak ditambah tapi berkurang terus
kan pasti habis. Sampai akhirnya gue ngomong ke mbak di rumah, “Nih, duit gue
tinggal XX. Kalo buat bayar lo, habis deh, nih duit gue. Kita bagi dua dulu, ya”.
Duh, sedih deh mengingat masa-masa itu.
Gue baru berani cerita setelah bertahun-tahun berlalu. Beberapa hal yang gue pelajari dari hal ini adalah:
Punya dana darurat itu penting!
Saat itu kondisi keuangan gue memang lagi ‘membangun’ dana
darurat. Lah, dana daruratnya belum ada, kok udah mengalami kesialan finansial?!
Haha.
Kalo berdasarkan teori-teori, dana darurat itu besarnya
beda-beda di setiap orang, tergantung sudah berkeluarga/ punya anak atau belum.
Ada yang 9-12 kali pengeluaran bulanan. LUMAYAN KAN, YAAA?
Alhasil, setelah kejadian itu, gue harus membangun ulang
dana darurat gue. Dan, karena jumlahnya lumayan ya, sementara di sela-sela
pembangunan ada biaya lain-lain yang harus dibayar, yaaah progress-nya slow dah
:D
Nyimpen emas, ada gunanya
Duluuuu zaman belum paham investasi, boro-boro saham,
reksadana aja belum kenal. Gue pernah beli LM. Punya beberapa keping yang beratnya
nggak gede-gede amat, tapi lumayan buat menopang hidup sementara waktu deh.
Jadi si LM ini akhirnya gue ‘sekolahin’ ke Pegadaian. Ada yang
pernah nyekolahin perhiasan atau LM-nya di Pegadaian? Ternyata semudah itu, dan
semurah itu, ya. Alhamdulillah beberapa saat setelahnya ada rezeki, jadi nggak
sampe jatuh tempo langsung gue tebus. Walaupun katanya invest LM naiknya lama
banget, tapi saying gitu rasanya kalo dijual. Btw, tentang LM naiknya lama, bener
banget sih, ini. Beli udah bertahun-tahun yang lalu, sampe saat ini kenaikan
harganya hanya sekian persen. Jauh lebih cepat kalau invest di saham.
Tapi di momen-momen begini, kepake bangeeeet ternyata!
Siap-siap menyesuaikan diri!
Yaa, nggak harus sampe kaya di atas sih, ya.
Jujur, di bulan pertama nggak
gajian gaya hidup gue masih biasa aja. Karena gue pikir hanya telat sebulan
kok. Santai, lah. Masih aman terkendali. Lah nggak tahunya, kooook??! Haha,
kicep! Yang ada di bulan-bulan berikutnya baru meratapi hal-hal yang tak
berguna yang telah kubeli di waktu-waktu dulu. Hahaha.
Seperti biasa, namanya blog kudu ada pelajaran yang harus
bisa dipetik oleh pembacanya [tsahelah]. Kita nggak pernah tahu kapan tahu-tahu
keran rezeki kita dihentikan. Tapi kita juga nggak pernah tahu kapan keran
tersebut dilancarkan.
Sedia payung sebelum hujan, is a must. Makanya sejak
kejadian di atas, gue lebih ekstra hati-hati masalah keuangan, beli asuransi
jiwa [ngeri banget gue kenapa-kenapa dan gimana biaya Langit sekolah?], jadi
parno kalo saldo di ATM gue menyentuh angka tertentu, dan kalo lagi punya ada
rezeki lebih langsung buru-buru diinvestasikan. Biarin receh-receh aja, yang
penting ada simpanan kalau-kalau dibutuhkan.
Intinya mah, gue jadi ngebenahin keuangan. Bingung mulainya dari mana dong? Nah, coba baca buku gue Survival Guide Book for Girls: Saving versus Shopping, langsung di Tokopedia, ya!
Walaupun percaya dan berserah sama Yang di Atas, tapi bukan
berarti kita duduk manis dan menunggu saja tanpa batas. Karena...
No comments:
Post a Comment