Aku berusaha mengambil dayung cadangan, agar bisa mengarahkan sampan itu kembali kejalurnya
---
Tak ada yang istimewa saat aku memutuskan untuk memilih sampan yang ini.
Dikala sampan lainnya menawarkan kenyamanan, kemewahan atau bahkan hadiah-hadiah menarik, aku malah tertarik pada yang satu ini.
Pendayung sampan yang kupilih ini hanyalah seorang pria sederhana. Tapi sinar matanya menyorotkan kekuatan dan kejujuran. Dua hal yang kupercaya bisa mengantarku ke pulau kebahagiaan.
Diawal perjalanan, aku dan pendayung sampan kerap bertukar cerita. Tentang kehidupan kami di daratan, cita-cita dan harapan. Badai-badai kecil selama perjalanan, bisa dilalui berkat kekuatan dan kejujuran sang pendayung sampan.
Lautan yang tenang menghampar di sepanjang jalan kami. Lama kelamaan, aku pun terkadang bosan dengan perjalanan diatas sampan ini. Aku tau, si pendayung sampan juga mengalami kebosanan serupa. Kami pun kehabisan kata. Pendayung sampan berkata aku terlalu penuntut, ingin perjalanan ini serba enak. Aku mengatakan, pendayung sampan tidak memerhatikan kesejahteraan penumpangnya. Sampan kami mulai sering bergoyang, bahkan jika hanya tertiup angin sepoi sekalipun.
Hingga suatu malam, sampan kami bocor! Air mulai masuk sedikit demi sedikit. Aku berusaha sekuat tenaga menutupi kebocoran itu dan mengeluarkan air dari dalam sampan kami. Terus, terus, dan terus..
Tapi sang pendayung sampan hanya berdiam diri.
Menyaksikan usahaku dengan sorot mata yang kutau bukan miliknya. "Aku menyerah. Aku tak bisa membawamu menuju pulau kebahagiaan. Jika kau mau meneruskan jalanmu, teruskanlah. Tanpa aku.."
Aku mencoba bertahan. Malam berganti pagi, pagi berselang senja, kuterus mendayung sampan yang sudah tak bertuan ini. Siapa tau si pendayung sampan ini berubah pikiran melihat semangatku. Siapa tau dengan mengingat segala impian yang pernah kami saling ceritakan, ia mau kembali beriringan bersamaku menuju pulau kebahagiaan.
Ternyata tidak.
Ia hanya bergeming di tempatnya diujung sampan ini.
Dan aku menyadari, semuanya sia-sia.
Perlahan, sampan berhenti. Aku pun harus menyudahi ceritaku dengan pendayung sampan ini.
Sambil menutup mata, kupeluk erat dayung darinya, sebagai tanda mata.
#edisiomprengan :)
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®
ada makna tersembunyi gak Lit? :)
ReplyDeleteperlu pelampung? makan duren yuk...
Brebes mili bacanya *peluukkk*
ReplyDelete*pelukkkkkkk*
ReplyDelete@tjepi, yiuk dureeennn! :D
ReplyDelete@mbak ira&dina, sini berpelukan seperti Teletubbies :)
mbak litaa.. dirimu sekali lagi membuat ku terdiam.. sediiihhh... T_T
ReplyDelete@Ilmi, aku baca blog-mu, loh kok galau yaaaa? Menggalau lewat tulisan aja, mariii :)
ReplyDeletewah mbak litaa.. makasih dah mampir ke blog ku yang aneh n gak jelas juntrungannya.. hehe.. :D
ReplyDelete