Beberapa waktu
lalu di kantor yang kebetulan isinya anak-anak mudo itu pada sibuk berdebat
mengenai:
Pacaran atau
Komitmen?
Nah, seru
nih. Mumpung juga masih hangat sama situasi hari kasih sayang :D
Gue pribadi,
adalah penganut hubungan tanpa status. Yahelah apose, maksudnya dulu. Haha.
Makanya jumlah
mantan gue sedikit #ehgimana
Gue inget dulu beberapa pria yang pernah dekat sama gue *sok laku* ngajakin pacaran, kan, terus gue nggak mau. Jawaban gue selalu sama, “Macam anak SMP aja lau pake nembak-nembakan”. Ciyan ya. Kebanyakan dari pria-pria ini heran. Biasanya cewek yang suka ribet sama status.
Gue inget dulu beberapa pria yang pernah dekat sama gue *sok laku* ngajakin pacaran, kan, terus gue nggak mau. Jawaban gue selalu sama, “Macam anak SMP aja lau pake nembak-nembakan”. Ciyan ya. Kebanyakan dari pria-pria ini heran. Biasanya cewek yang suka ribet sama status.
Buat gue,
status hanyalah sebuah status. Nggak ada hubungannya sama komitmen seseorang
untuk setia or whatsoever.
Tapi,
pacaran itu harus komitmen! Iyes, betul. Apakah komitmen harus pacaran?
Ini perbedaannya
versi gue:
Status adalah,
lo-jadi-pacar-gue-gue-jadi-pacar-lo. Syarat
dan ketentuannya missal harus setia, harus mau antar jemput [emang bus
sekolah?], saling mengabari setiap hari, dan seterusnya menyusul. Yang penting
adalah momen. Yang penting di Facebook statusnya nggak ‘single’ lagi.
Komitmen adalah
keterikatan antara kita dan orang lain berdasarkan keinginan dalam diri sendiri.
Istilahnya nih, entah kapan dimulainya tau-tau lo dan si dia [bahasa gue kaya
majalah Gadis ya?] mulai saling mengabari setiap hari, tau-tau dia adalah orang
yang hubungi kalau lo lagi resah dan gelisah, tau-tau dari elo gue berubah
menjadi aku-kamu. AISH!
Tentunya ada
untung rugi dari masing-masing, ya. Ada yang bilang, kalau nggak pake status
pacaran yang rugi pasti yang cewek. Eh, nggak juga, sis. Memang yang selingkuh hanya
laki-laki doang? Lagian, memang lo ngapain sih sampe ada yang dirugikan saat
berpacaran atau berkomitmen ini?
Menurut gue
lagi nih, ya, saat berhubungan dengan lawan jenis harusnya saling menguntungkan
atau saling membahagiakan lah. Gue yakin kalian mau berhubungan dengan lawan
jenis karena konsepnya mau bahagia kan? Konsepnya pengin happy gitu, bukan mau
menderita. Jadi, kalau memang menderita dalam suatu hubungan atau salah satu
merasa berkorban lebih banyak dari yang lain, ya nggak jalan sih, namanya. Konsep
berhubungan kalian mau itu pake status atau nggak, ya nggak jalan aja.
Nah, satu
lagi nih, kadang kita merasa berlebihan dengan adanya status tersebut. Gini deh,
contoh karyawan tetap versus karyawan kontrak/ freelance. Ketika memiliki
status karyawan tetap, maka akan ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan/
didapat. Karyawan bisa menuntut lebih dari perusahaan, dan perusahaan karena
merasa ‘memiliki’ si karyawan, maka akan membatasi hal-hal tertentu dari si
karyawan. Masalah gajian, mau kerja atau nggak/ performa baik atau buruk,
karyawan tetap gajian.
Sementara kalau
karyawan freelance/ kontrak, karena ketidakterikatannya tapi dia merasa harus
terus berkomitmen meningkatkan performa
dalam bekerja, menepati deadline, dan seterusnya. Supaya apa? Ya supaya jasanya
dipakai. Kalau jasanya terus dipakai, maka bayaran lancar dan pihak pemberi
kerja juga merasa puas karena adanya komitmen dari si freelancer.
Kok bisa
sih, gue membandingkan hubungan dengan kerja?
Mungkin karena
gue senang kerja. Haha.
Dan ini gue
terapkan zaman gue belum punya anak, ya. Bukan sekarang :D
Jadi kalian
pilih yang mana?
*Lengkapnya tentang pandangan gue tentang dunia perpacaran ada di buku Survival Guide for Girl: Love and Dating #promodong
Status mah bisa diganti2, tp kl uda komit n nyaman, itu baru aku dan kamu.. #apasih😜😜😜
ReplyDeleteAishedaaaaap 👍
DeleteCuma mau komen, tulisan ini sepertinya saya versi laki.. ^^
ReplyDeleteMasaaaa...? :p
Delete