Beberapa bulan
belakangan ini berat badan gue turun. Kebetulan, walaupun suka olahraga dan sebisa
mungkin makannya dijaga, tapi tujuan gue emang bukan turunin berat badan. Serius
ini mah, bukan pencitraan.
Sejak tau berat
badan turun, gue mulai makan sembarangan dan jauh berkurang frekuensi
olahraganya. Minggu lalu, abis nge-gym, gue iseng nimbang. JRENG! Berat gue
naik. Kayanya harus segera balik sarapan oatmeal atau paleo diet ala @kenyangsenangnih :D
Ada request
dari kakak @moeldjanee nan romantis supaya gue nulis tentang motivasi hidup sehat. Udah lama
sih request-nya, tapi baru kepikiran sekarang karena gue tau motivasi gue
olahraga, selain pengin sehat adalah hidup hemat!
Bener deh,
kalo dipikir-pikir, hidup hemat itu pangkal sehat. Ini ya, gue jabarin..
Biaya nge-gym
itu mahal, dan olahraga sendiri itu belum tentu dilakukan.
Seperti gue
ceritakan di sini, sampai saat ini gue masih terdaftar di Fitness First. Kemarin
saat malas olahraga, gue seperti ‘buang duit’ atau menyumbang ke Fitness First
sejumlah uang setiap bulannya. Dengan biaya per bulan sekitar 500 ribu, kalau
gue datang hanya sebulan 1-2 kali, berarti kan per datang gue bayar 250 ribuan.
Padahal gue bisa aja datang tiap hari. Kan rugi besar?
Nah, secara
#IbuBijak, mulai awal September saat kadar kepelitan gue meningkat, gue rajin
menyambangi Fitness First. Minimal seminggu 2 kali, total sebulan 8 kali. Jadi per
datang biayanya hanya 60 ribuan. Lumayan kan? Kalo olahraga di studio/ tempat
olahraga yang biayanya per datang aja biasanya minimal 100 ribu. Gue hemat 40
ribu!
Olahraga sendiridi rumah memang jauh lebih hemat. Ada aplikasi NTC atau berbagai aplikasi lain
yang bisa membantu kita olahraga ASAL NIAT DAN DISIPLIN.
Tapi sayangnya,
banyak dari kita (atau mungkin gue doang) yang akhirnya malas melakukannya. Yah,
ada juga sih yang rajin. Tapi sayangnya gue kurang disiplin. Hehe.
Makan di
restoran itu mahal.
Kemarin-kemarin,
gue banyak makan di luar. Kalo dihitung-hitung, sekali makan itu bisa habis
minimal 50 ribuan. Kalo setiap hari dalam seminggu aja udah habis 250 ribu,
sebulan sejuta. Itu minimal.
Masak sendiri
bisa jadi pilihan. Kalo gue kan nggak bisa masak, ya udah pasti Si Mbak yang
masak atau nyokap. Hehe. Makan masakan rumah itu jauh lebih hemat dan porsinya
bisa kita tentukan sendiri. Iya dong, kalo makan di resto kan biasanya kita
akan menghabiskan porsi yang datang. Eh atau ini gue doang ya, yang suka merasa
terlalu bertanggungjawab untuk menghabiskan makanan yang disajikan?
Selain itu,
makan makanan sendiri yang dimasak di rumah, kita juga jadi tau kualitas yang
digunakan, proses masaknya, dan seterusnya. Karena kalo dipikir-pikir, makanan
sehat itu sebenarnya nggak harus mahal. Tinggal kita memilih menunya aja yang
gimana.
Kalau berdasarkan
diet paleo seperti si @kenyangsenang, sebenarnya bisa kok dimasak sendiri. Anyway,
kalau mau catering sehat, enak, dan harga terjangkau cobain lah @kenyangsenang.
Menurut gue (dan beberapa teman yang udah langganan) masakannya dia enak dan
harganya jauh lebih murah dibandingkan catering sehat lain yang bisa di
atas 1 juta harga per langganannya.
Kalau mau tanya-tanya
ke @kenyangsenang, bisa langsung ya tanya@kenyangsenang.com.
Beli baju
baru itu mahal.
dress jeans ini zaman SMP. Entah gue yang nggak gede-gede atau terlalu pelit dan gagal move on sama baju? :D |
Gue seneng
belanja baju. Tapi gue juga seneng bongkarin pakaian gue zaman dulu yang masih
muat secara ya, fashion itu berputar lagi, jadi banyak baju yang let’s say 10
tahun lalu tren dan gue punya, eh sekarang hits lagi. Nggak usah beli baru,
tinggal bongkar aja yang lama. Kalau bentuk tubuh kita berubah, kan kudu beli
baru menyesuaikan ukuran saat ini. Kalau ukuran tubuh nggak berubah kan lebih
hemat :D
Nggak usah
10 tahun yang lalu deh, minimal ukuran jeans nggak berubah aja dalam kurun
waktu 5 tahun pasti udah happy kan?
Naik Trans
Jakarta, 3500 sepuasnya!
Sebulanan terakhir
ini, gue doyan naik Trans Jakarta. Apalagi sekarang trayeknya udah ke
mana-mana. Memudahkan hidup banget!
Memang sih,
masalah transportasi saat ini kita udah banyak kebantu sama Gojek atau Uber
yang nggak kalah murah. Gue juga masih pelanggan setia mereka kok.
Tapi berhubung
rumah sini kan Antar Kota Antar Provinsi, jadi kalo tiap hari naik Gojek
pinggang pegel juga cin. Coba-coba Trans Jakarta, ih kok menyenangkan! Gue naik
ini kalau berangkat atau pulang dalam kondisi santai. Soalnya memang
membutuhkan banyak kesabaran terutama kalau harus pindah koridor dan nunggu bus
yang tak kunjung datang itu.
Perkara
pindah koridor, ini blessing in disguise menurut gue. Pegel banget, tapi
setidaknya menambahkan jumlah langkah yang berdasarkan berbagai studi itu disarankan
10.000 langkah per harinya. Coba kalau naik Gojek, Uber atau bawa kendaraan
sendiri, langkah kita paling hanya dari depan gedung kantor/ parkiran sampai
kubikel aja, kan?
Nah itu 4
kehematan gue yang mendukung hidup sehat. Gimana menurut lo, ada kiat hemat
lain yang bisa membantu hidup sehat nggak?
aku pun kalau olahraga lebih milih olahraga berbayar daripada olahraga sendiri di rumah Mbak Lita. Lebih kerasa jadi disiplin karena ogah rugi :))))
ReplyDeleteNah, iya kaaan!? Tos sesama anak hemat :))
Delete