Menikah itu menurut gue hal yang susah-susah
gampang. Eh, susah doang deh. Gimana nggak, menyatukan dua kepala sekali seumur
hidup, untuk selamanya. Harus banyak banget kompromi, toleransi dan kesamaan
dalam pernikahan. Ya nggak sih?
Pernikahan yang 2 orang di dalamnya banyak
kesamaan aja, banyak sekali konflik. Apa lagi kalau berbeda? Salah satu sahabat
gue yang survive akan perbedaan adalah Ira Alamsyah. Bedanya bukan keyakinan,
hobi atau budaya, melainkan pekerjaan. Ira yang kerja di dunia kreatif alias
advertising agency punya suami yang Angkatan Laut. Nah lho!
Dari image yang ditampilkan aja udah beda banget
kan? Anak agency identic dengan fleksibel, santai, long hours, dkk sementara AL
yang disiplin, tegas, kaku. Bener nggak sih, segitu bedanya dunia mereka? Yuk mari,
ikuti 10 Questions to Ira Alamsyah berikut ini..
Pertanyaan semua orang: gimana bisa istri kerja di
agency yg dunianya kreatif dan santai lalu suami di Angkatan Laut yang identik
dengan disiplin, kaku, dkk itu? Kompakinnya gimana?
Pekerjaan kan ceritanya cuma predikat. Tentara
pake seragam, kerja di agency juga pake ‘seragam’, seragam bebas kayak mau
nge-mall haha….karena pada dasarnya Kita berdua orang yang cukup santai dan banyak ketawa, jadi gak terlalu masalah
juga. Cara kompakinnya yaa, buat urusan rumah “seragam” masing-masing musti dicopot….tentara
dengan kekakuan-nya dan agency yang super santai dan ke-bitchy-an-nya……Yaa rule
of thumb dalam berhubungan sih, masing-masing musti saling adjust. Sounds
cliché….but that’s what we do!
Suami istri yang dunia yang sama aja masih ada
konflik, apalagi ini yang dunianya terkesan berbanding terbalik? Hal apa yang
biasanya rawan konflik?
Yang lebih suka buat onar biasanya gue, dengan
membawa how I behave di kantor ke rumah….karena kalo tentara mah lebih normal.
Di kantor, gue nge-lead team. Gue ngatur, gue ngritik, gue komen, gue
challenge…..nah ini yg suka kejadian, gue lupa kalo saat itu gak deal sama anak
buah hehe
Kerja di agency itu kan keliatan-nya aja santai,
but it requires a high sense of responsibility. Ownership kita sama kerjaan
juga tinggi banget, so we never leave the job unfinished, even saat kita udah
di rumah dan cuti sekalipun, kayaknya ‘kantor’ bakal ikutin kita ke rumah. Nah
hal ini yang suka jadi konflik. Pertanyaan yang selalu ditanya suami adalah:
emangnya kalo kamu gak ada kantor kamu tutup yaa?
(haha, I feel this, Ra!)
So tiba-tiba di saat kerjaan lagi ribet (true
story yang kejadian 2 minggu lalu), suami tiba-tiba wasap-in ini
Terus gak terima di bilang gak bisa manage kerjaan
hehe……buat yang kerja di industri kayak saya, pasti cuma bisa ketawa terus
bilang dalam hati…*sigh duh loe gak ngerti siih……
Tapi selama ini menjalani, yang lo rasain beneran
berbanding terbalik nggak sih dunianya seperti yang disangkain orang lain?
Yaa emang berbeda sih. Kaku vs santai emang impresi
yang paling keliatan. Tentara itu kan punya tatanan hirarki dan juga tata cara
bergaul dan berkomunikasi sama komandan, senior, junior dan bawahan. Mereka diajarin
untuk menjalankan perintah dan menjunjung tinggi esprit de corps. Tapi di
Agency beda banget. Kita di service industri, di mana what we say is something
yang di-valued sama lingkungan, maksudnya kita di-expect untuk beragumentasi
even sama boss sendiri, untuk menghasilkan 1 ide/pemikiran terbaik.
Kalo tentara musti laksanain perintah yg sudah diambil sama kesatuannya. Sedangkan
gue, sangat mungkin banget untuk mempertanyakan perintah…..mmmh kenapa harus
gitu yaaa? Kenapa gak gini aja yaa???
Singkatnya boss sendiri pun akan gue argue sama
hal yg gue anggap bener. Tapi saat ibu komandan bilang ‘A’ gue akan bilang:
siap Bu! Hehe
Kalo disimpulin, cara bepikir kita somehow agak
beda, walaupun tujuannya bisa jadi sama.
Kerja di agency erat dengan jam kerja yang panjang
atau nggak jelas. Gimana cara supaya suami bisa mengerti hal ini?
Gue beruntung sih punya suami yang support banget,
yang ikut bangga sama achievement gue sampe saat ini. Jadi pengertian dia sama
balik malem sangat besar. Sesekali pulang pagi gara-gara kerjaan or pitching
sih dia paham. Cuma yaa kalau dalam seminggu lebih dari 3 hari berturut-turut
gue balik terlalu larut yaa pasti dia ngomel.
Kayak wasap yg gue attach di atas……bentuk protes
kalo udah kebangetan hehe..
Kalau agency punya jam kerja yang gak jelas, Tentara
punya tugas yang tak terbantahkan. Yang tiba-tiba harus dinas tanpa deadline yang
jelas sampai kapan, lebaran gak bisa bareng or harus skip acara-acara penting
karena yaa ada urusan dinas. Nah di sini sih pengertian gue yang dituntut…..yaa
buat kita intinya sama-sama ngerti.
Tapi ada hal yang lebih penting buat ditanya,
kalian ketemunya di mana sih kok bisa anak agency sama TNI?
Nah sebenernya kurang seru jawaban gue. Karena
kita udah ketemu sebelum gue kerja di agency. Kita ketemu di pameran
kemerdekaan RI di Istora Senayan. Waktu itu gue lagi jadi penerjemah di pameran
buat pengunjung asing dan dia lagi ngurusin stand TNI AL.
Kalo ibu-ibu TNI kan ada kegiatannya juga tuh, lo
ikutan nggak?
Gue gak aktif ikutan kegiatan Ibu-ibu TNI. Kalau
di Angkatan Laut, wadah perkumpulan ibu-ibu-nya disebut Jalasenastri.
Kebetulan, mereka sangat mengerti dengan konpdisi banyak ibu bekerja sekarang.
Jadi kita diizinkan untuk absen dari kegiatan rutin. Sampai suami kita
menempati jabatan tertentu yang membuat istrinya harus jadi ketua ranting
(kelompok kesatuan paling kecil). Tapi kalau ada acara yang mandatory alias
bersifat wajib, yaa pastinya harus izin kantor untuk hadir.
Masalah pola asuh ke anak, ada perbedaan nggak sih
dengan latar belakang karir kalian ini?
Sama sekali engga sih. Sebut aja masalah disiplin.
Tentara gak perlu di-question kalo soal yang satu ini. Tapi kerja di agency
juga perlu disiplin tinggi or semua deadline bisa meleset…..intinya kita akan
mengambil approach terbaik yang kita berdua ngerasa nyaman.
Ada keuntungan tertentu nggak bersuamikan yang
latar belakangnya berbeda ini?
Kalau buat gue, punya suami tentara itu seperti
penyeimbang buat gue secara pribadi. Plus unggah-ungguh jadi istri tentara
sangat berguna loh untuk dealing sama client-client tertentu. Anak-anak di
kantor suka heran ngeliat gue dari yang super tegas sama 1 client tiba-tiba
bisa jadi a la ibu-ibu arisan sama client yang lain J
Sebutin top 3 hal yang suka jadi salah paham/
masalah di antara kalian terus gimana mengatasinya?
Yang paling sering sih….dia kalo ngomong tuh keras
dan super tegas….nah gue selalu GR itu dia lagi marahin gue….haha biasanya itu
jadi pangkal masalah kalo ketemu AE kondang yang tuntutan pekerjaan yang bikin
kita yang penting nge-gass dulu haha
Ada kiat atau trik tertentu yang bisa dibagi nggak
buat pasangan-pasangan di luar sana yang latar belakang pekerjaannya berbeda?
At the end, pasti kan ada 1 point kecocokan yg
bikin kita milih pasangan kita, yang pas pacaran dulu bikin muka loe merah
padam pas ketemuan ma dia. Nah let’s hold on to that point, karena itu kesamaan
yang musti dipupuk lebih kuat. Nah sisa-nya adalah all the differences yang
musti saling dingertiin, ditolerir. Still sih it takes two to tango…..won’t
work kalo cuma 1 pihak yang berusaha.
---
Ahay! See, ternyata perbedaan nggak selalu buruk
kok. Gue pribadi banyak belajar sih dari jawaban-jawabannya Ira. Mungkin juga
karena gue kenal Ira dan suaminya, ya, jadi cukup tau bagaimana mereka berdua
berinteraksi. Ternyata yang tentara nggak selamanya kaku, dan yang orang agency
nggak selamanya woles (malah kadang Ira ini jadi Mom-zilla di antara gue dan ibu-ibu
lain di geng ibu sekolahan, haha! Piss, Ra!)
Thanks Ra, atas insight-nya. Salam hormat buat
Bapak Meyer!
Seru bacanya Mbak Lita. Saya tadi pas baca di awal juga heran kok bisa orang agency sama tentara. Hihihihi. Etapi jadi belajar banyak tentang gimana penyesuaian pola masing masing di kehidupan rumah tangganya. Makasih Mbak Lita. :D
ReplyDeleteIyaaa... kadang kita bisa belajar banyak justru dari orang-orang sekitar kita, kaaan :)
Delete