Mumpung masih hangat isu memilih sekolah, gue mau cerita ah,
soal memilih sekolah terutama Sekolah Dasar buat ibu-ibu. Setahun yang lalu,
gue mengalami kegalauan yang sama dengan banyak ibu-ibu saat ini. Sekolah yang
dipilih, cocok nggak ya? Sekolah yang bagus seperti apa sih? Bilang sekolah itu
cocok kaya gimana ya?
Apalagi lihat sekolah zaman sekarang kan pilihannya banyak
banget. Mulai dari yang harga terjangkau sampai harga selangit. Mulai dari yang
jaraknya cuma 2 kali koprol sampai yang kudu bayar jemputan atau nyediain
infrastruktur khusus buat operasional anak sekolah (baca sewa ojek, sopir/
jemputan).
Sekolah Langit yang tagline-nya "Sekolahku, Rumahku" |
Lalu, apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
sekolah anak, khususnya Sekolah Dasar?
Yang pertama adalah jarak.
Gue sejak Langit sekolah memang selalu memetakan sekolah
yang masih di area komplek rumah. Naik ojek maksimal 10 ribu! Bukan, bukan
masalah biaya ojeknya. Tapi gue mikir, saat anak lulus TK, berarti usianya
paling tua berapa sih? Enam tahun kan? Lalu, masuk SD itu paling siang jam
berapa? 7.30, taro lah ya. Kan nggak mungkin si anak baru bangun jam 7. Paling
nggak, dia harus bangun sejam sebelum jam berangkat. Kalo jarak tempuh ke
sekolah di bawah 30 menit, berarti anak harus bangun jam 6. Buat beberapa anak,
jam segini cukup pagi, lho. (apa buat anak gue doang, ya?)
Kebayang nggak kalo jarak tempuh ke sekolah di atas 30
menit, ditambah dengan macetnya jalanan saat ini? Mereka harus bangun jam
berapa coba?
Gue inget ada yang pernah cerita, teman rumahnya di Bintaro
anak tetangganya sekolah di daerah Kebayoran Baru dan naik jemputan. Setiap
hari si anak dijemput jam 5 pagi! Gila, dia harus bangun jam berapa?
Atau ada juga cerita yang tiap pagi anaknya diangkat ke
kamar mandi, pake baju, dsb lalu sarapan di mobil dalam kondisi masih ngantuk.
Gue kebayangnya, si anak nggak bakal menikmati ritual pagi pas mau berangkat
sekolah kalo kaya gini.
Kita aja yang udah dewasa, kalo bangun pagi karena harus
bangun pagi, rasanya suka capek banget kan? (sekali lagi, apa gue doang?)
apalagi anak-anak yang kondisinya harus serba menyenangkan? Ingat kata Ibu Elly
Risman, otak yang bahagia menyerap lebih banyak. Kalau dari pagi dibangunin
dalam kondisi ‘dipaksa’ di mana sisi menyenangkannya?
Selanjutnya adalah harga
Bukan, bukan berarti gue pelit sama pendidikan anak. Cuma
menurut gue, sekolah bagus nggak harus mahal kok.
At least, biaya sekolah seharusnya masih dalam range wajar
pengeluaran kita. Ada sekolah yang UP-nya di atas 50 juta. Buat gue dan Igun,
ini udah pasti nggak masuk akal. Ya mungkin emang bukan kelasnya kami aja sih
kalo ini, haha. Balik lagi sih, ke keluarga masing-masing. Jangan sampe biaya
sekolah anak jadi hal yang dikeluhkan di kemudian hari aja.
Kalo gue berpendapat, UP alias uang pangkal masih boleh lah
cukup mahal. Di sekolah Langit sekarang, UP-nya kemarin di atas 20juta ( cc
@tweet_riya. LOL). Nggak bukan mau riya, ini mahal lho buat gue dan Igun, nggak
kebayang bisa nyekolahin anak dengan UP segitu. Asli!
Tapi, UP menurut gue harusnya sudah bisa disiapkan jauh-jauh
hari. Makanya, dana pendidikan itu penting banget dikumpulin bukan pas anaknya
usia sekolah. Justru dari anak udah lahir. Malah kalau perlu (dan kalau
kebayang anaknya mau sekolah di mana) kumpulin sejak masih hamil atau setelah
menikah. Ujung-ujungnya kan orangtua kerja nyari duit pasti untuk memenuhi
kebutuhan utama anak, yaitu pendidikan (dan kehidupan yang nyaman), kan?
Justru yang harus jadi pertimbangan adalah uang SPP alias
bulanan. Kenapa ini penting dipertimbangkan? Karena uang ini yang bakal kita
keluarin tiap bulan. Kalau SPP mahal atau memakan porsi cukup besar dari
pengeluaran bulanan, bisa mengganggu cash flow.
Idealnya, buat gue, ya, pengeluaran SPP ini nggak lebih dari
10% pendapatan salah satu orangtua (kalau dua-duanya bekerja). Kenapa? Kita
nggak pernah tau rezeki orang sampai mana. Hal ini mencegah misalnya salah satu
pemberi kerja terpaksa berhenti kerja, jadi cash flow bulanan masih bisa aman.
Lagian, dengan menentukan batas ini, kita juga bisa lebih leluasa mengatur
pengeluaran lainnya. Nggak mepet-mepet amat gitu. Namanya hidup kebutuhan kan
masih ada yang lain.
Terakhir kesepahaman visi
Ini poin terakhir tapi penting banget buat gue. Waktu
memilih SD Langit yang sekarang ini, gue langsung merasa sepaham dengan pola
pendidikan yang diterapkan oleh sekolah ke anak yaitu akhlak. Awal ketemu
dengan pihak sekolah, gue bahkan lupa nanyain apa sekolah ini SDIT atau bukan.
Gue terlalu fokus sama gimana cara belajar di sekolah ini, bagaimana mereka
nge-treat murid-muridnya, dan seterusnya.
Banyak banget poin yang sepaham antara visi kami dan
sekolah. Igun nggak suka banget sama sekolah yang menerapkan tes calistung buat
murid-muridnya, terus juga kami bukan yang kepengin banget anak khatam Quran
sekian kali saat ia lulus SD, dsb (Rasulullah aja khatam Quran hanya sekali, lho).
Bukannya ini jelek, nggak, buat kami, buat apa khatam Quran atau hapal ratusan
ayat tapi nggak paham maknanya? Nggak menjalankan ibadahnya? Atau, menjalankan
ibadahnya, tapi sekedar menjalankan bukan karena keinginan dan berperangai
buruk terhadap sesama?
With her bff sebelum berangkat Jambore yang seru! |
Dengan segala hormat buat orangtua yang menginginkan hal di
atas, gue nggak mengecilkan kalian. Namapun poinnnya sepaham dengan visi
keluarga, kan? Kebetulan yang begitu nggak sepaham dengan visi kami. Gue punya
visi, anak gue nggak hanya hablumminallah tapi juga hablumminannas. Gue pengin
anak gue punya kepribadian yang kuat. Makanya sekolah ini jadi pilihan, karena
mereka menekankan pada akhlak di usia anak SD (7-12).
Penting banget? Iya. Karena masa SD ini kan paling panjang.
Mana SD adalah saat otak anak berkembang semaksimal mungkin, pendidikan formal
pertama yang mereka dapatkan dan sangat
berpengaruh buat masa depannya. Kalo nggak sevisi sama kita di rumah, apa kabar
pola asuh?
Gue punya kenalan yang sangat sekuler. Karena ketidaktahuan
(atau ketidakpedulian?), dia sekolahin anaknya di SDIT. Apa yang terjadi? Kalo
ibunya marah (yang kadang suka sampe teriak-teriak nggak karuan) sama anaknya
dibacain ayat, bok. Si ibu nggak tahan dengan kondisi ini. Akhirnya anaknya
dipindah sekolahnya ke sekolah internasional.
Gue sempat bilang sama kakak gue yang lagi galau masalah
sekolah. Ada 2 sisi yang bisa diambil dari cerita di atas, kitanya jadi belajar
untuk ke arah yang lebih baik atau kita nggak tahan dan memindahkan sekolah
anak. Yang mana yang terakhir ini, bakal keluar duit lagi ya booook....
Buat beberapa orang, mungkin masalah memilih sekolah ya
hanya sekedar memilih sekolah. Tapi buat gue sih, lebih dari itu. Kita kan
menitipkan pendidikan anak kita ke orang lain, kalo kita menitipkan ke pihak
yang salah, apa jadinya?
Lalu gimana masalah lain macam kondisi bangunan, fasilitas,
dan seterusnya? Duh, buat gue itu nomor sekian. Satu yang gue pegang, selama
anak-anak belajar dalam suasana yang menyenangkan, mereka bakal menyerap lebih
banyak kok.
Gue nggak bilang sekolah pilihan gue saat ini yang terbaik,
tapi buat gue sekolah Langit selama setahun ini adalah yang paling cocok dengan
keluarga kami. Buat ibu-ibu yang sudah mendaftar sekolah, mudah-mudahan paling
cocok buat keluarga ya. Dan buat yang belum daftar karena masih galau,
mudah-mudahan segera ketemu ‘jodohnya’. Buat yang masih jauh mendaftar ke SD,
nah banyak-banyak cari informasi plus memahami dulu, visi kalian ke depan ingin
anak jadi seperti apa sih?
Hope that helps!
duu mahal gila harga masuk SD skrg huhu... harus cpet2 kumpulin uang ekstra lg dri skrg :D visi nentuinnya tu penting bgt,, bs dampak ke anak jg kan klo qta salah pilih sekolah buat anak *amit2*... btw salah kenal ya,, izin masukin blognya ke list blog saya :)
ReplyDeleteBangeeeeet.. Sebenernya sekolah mahal, murah, swasta, negeri, internasional, SDIT, semuanya balik lagi ke visi kita sih ha. Mau dibawa ke mana anak kita. menurut akuu...
DeleteSalam kenal juga, yaaaa
Sip deh bu, bener2 bermanfaat ni buat persiapan saya :)
ReplyDeleteamiin, semoga bermanfaat :)
Deletepastinya kita sebagai ortu sangat menginginkan sekali anak-anak kita bisa bersekolah ditempat yang aman dan nyaman baik pendidikan maupun fasilitas ya bu, lama tdk berkunjung kemari :)
ReplyDeleteBetuuuul :)
DeleteHaloha, apa kabar? :)
Mba lita aku kok fokusnya bagian yang lagi ngomel dibacain ayat ya..berasa lagi ngusir hantu hahahhahahha #maap, kalau aku jadi ibunya alih" tambah marah malah jadi ngakak deh pasti hihihi
ReplyDeleteHahaha, iya ya? Beberapa teman komen di fb hal yang sama :p
Deletelita, gw barusan aja komen di blognya ira tentang sekola. hehe karena sekarang lagi mumet2nya mau masukin darin. kalo gw, yang utama justru visi, penting banget, apalagi kalau memang ada special case misalnya anak berkebutuhan khusus, atau agama, atau apapunlah. dari 11 sekolaan yg gw survey, 4 gw daftarin karena sevisi, 2 ga lolos, 1 diterima tapi jauh, 1 lagi masih proses. gw lagi ngarep sama yg satu ini. semoga keterima, udah mah sreg, deket pula ke rumah. doain yaaa :D
ReplyDeleteWow, 11 sekolaaaah? *tepok tangan* iya, sebenernya visi emang paling penting tp apa daya kalo budget terbatas. Hahaha.
DeleteSemoga hasil pengumumannya positif yaaaa.. Amin!
ReplyDeleteBagus artikelnya, Bagi bapak / ibu yang sedang mencari guru Les Privat di Pamulang dan guru Les Privat di Bintaro SD, SMP, SMA bisa hubungi kami.
Salam kenal Mba Lita...
ReplyDeleteBoleh tau nama sekolahnya Langit kah?
Kali aja ga jauh dari tempat tinggal saya.
Sepertinya oke sistemnya.
Terima kasih