Ada banyak hal di dunia ini yang sering bikin gue #gagalpaham. Misalnya, orang yang mau-maunya bermacet ria naik kendaran pribadi (dan ga boleh ditebengin, haha).
Nggak deh, gue ga mau ngomongin hal itu. Hal lain yang bikin gagal paham adalah, warga yang tinggal secara ilegal di tanah milik negara lalu menuntut ganti rugi ketika digusur (atau geser, kalo istilah Jokowi).
Ya, mungkin mereka udah bertahun-tahun tinggal di sana.
Ya, mungkin mereka tinggal di sana secara turun temurun.
Ya, mungkin mereka bayar sewa ke yang bikin lapak. Padahal yang bikin bedeng atau rumah-rumah itu juga bukan pemilik tanah, kan.
Terus, pas digusur, mereka marah. Mereka kecewa sama pemerintah. Mereka melawan aparat. Nggak jarang ada timbul korban.
Yang sering gue baca akhir-akhir ini, setelah Pemprov baru mau memperbanyak RTH adalah, warga menuntut ganti rugi yang layak.
Wait....
Mereka disediakan rumah susun (bahkan lengkap sama isinya!)
Mereka dikasih ganti rugi (awalnya sekian rupiah, tapi warga nawar minta lebih)
Mereka mengeluh lokasi baru aksesnya sulit.
Mereka mengeluh uang ganti rugi dari pemerintah nggak cukup untuk biaya hidup.
Padahal,
Nggak ada yang nyuruh mereka tinggal di lahan milik negara (atau orang lain) tanpa izin.
Lokasi baru (rumah susun) kondisinya lebih manusiawi dibanding bedeng-bedengan. Trust me, walaupun udah lamaaaaa... Tapi gue pernah liputan ke daerah seperti ini. Dan bahkan dulu teman SMP gue ada kok yang tinggal di bantaran kali dengan bangunan semi permanen.
Udah ninggalin lahan punya orang lain, pas digusur dikasih duit, dikasih tempat tinggal baru, eh minta lebih! Bahkan ada yang bersikeras tetap tinggal di situ. Sungguh aku #gagalpaham.
Ini bukan postingan nggak peduli sama rakyat kecil ya. Ah cmon, yang nulis ini orang yang milih naik angkutan umum dibanding bawa mobil sendiri.
Beberapa waktu lalu, baca artikel ada warga yang menyesal karena nggak mau ikut pindah ke rusun baru seperti tetangganya yang lain akibat diiming-imingi sejumlah uang oleh oknum tertentu.
Nah, jadi mau ngebatin, "makanya jangan ikut-ikutan..".
Dalam pengetahuan gue nih, warga yang menduduki lahan secara ilegal mungkin kebanyakan adalah mereka yang datang ke ibukota untuk mengadu nasib. Mencoba peruntungan.
Well, its ok sebenarnya.
Toh hidup memang kadang seperti arena perjudian, ya, di mana kita nggak tau kapan menang kapan kalah.
Tapi kalo elo mencemplungkan diri ke arena perjudian tanpa dipikirkan baik buruknya dulu, itu kemungkinan,'kalah judi'nya lebih besar.
*gue ga bisa dan ga tau peraturan judi, btw*
Kalo kata Koh Ahok, warga yang tinggal di lahan negara secara ilegal ini analoginya "saya kalau udah ga menjabat wagub, tapi nggak mau pindah dari ruangan saya. Sekalinya mau pindah, saya ga mau dri ruangan yang sebelumnya saya tinggali".
Nah, bener apa nggak tuh, kira-kira?
Nggak deh, gue ga mau ngomongin hal itu. Hal lain yang bikin gagal paham adalah, warga yang tinggal secara ilegal di tanah milik negara lalu menuntut ganti rugi ketika digusur (atau geser, kalo istilah Jokowi).
Ya, mungkin mereka udah bertahun-tahun tinggal di sana.
Ya, mungkin mereka tinggal di sana secara turun temurun.
Ya, mungkin mereka bayar sewa ke yang bikin lapak. Padahal yang bikin bedeng atau rumah-rumah itu juga bukan pemilik tanah, kan.
Terus, pas digusur, mereka marah. Mereka kecewa sama pemerintah. Mereka melawan aparat. Nggak jarang ada timbul korban.
Yang sering gue baca akhir-akhir ini, setelah Pemprov baru mau memperbanyak RTH adalah, warga menuntut ganti rugi yang layak.
Wait....
Mereka disediakan rumah susun (bahkan lengkap sama isinya!)
Mereka dikasih ganti rugi (awalnya sekian rupiah, tapi warga nawar minta lebih)
Mereka mengeluh lokasi baru aksesnya sulit.
Mereka mengeluh uang ganti rugi dari pemerintah nggak cukup untuk biaya hidup.
Padahal,
Nggak ada yang nyuruh mereka tinggal di lahan milik negara (atau orang lain) tanpa izin.
Lokasi baru (rumah susun) kondisinya lebih manusiawi dibanding bedeng-bedengan. Trust me, walaupun udah lamaaaaa... Tapi gue pernah liputan ke daerah seperti ini. Dan bahkan dulu teman SMP gue ada kok yang tinggal di bantaran kali dengan bangunan semi permanen.
Udah ninggalin lahan punya orang lain, pas digusur dikasih duit, dikasih tempat tinggal baru, eh minta lebih! Bahkan ada yang bersikeras tetap tinggal di situ. Sungguh aku #gagalpaham.
Ini bukan postingan nggak peduli sama rakyat kecil ya. Ah cmon, yang nulis ini orang yang milih naik angkutan umum dibanding bawa mobil sendiri.
Beberapa waktu lalu, baca artikel ada warga yang menyesal karena nggak mau ikut pindah ke rusun baru seperti tetangganya yang lain akibat diiming-imingi sejumlah uang oleh oknum tertentu.
Nah, jadi mau ngebatin, "makanya jangan ikut-ikutan..".
Dalam pengetahuan gue nih, warga yang menduduki lahan secara ilegal mungkin kebanyakan adalah mereka yang datang ke ibukota untuk mengadu nasib. Mencoba peruntungan.
Well, its ok sebenarnya.
Toh hidup memang kadang seperti arena perjudian, ya, di mana kita nggak tau kapan menang kapan kalah.
Tapi kalo elo mencemplungkan diri ke arena perjudian tanpa dipikirkan baik buruknya dulu, itu kemungkinan,'kalah judi'nya lebih besar.
*gue ga bisa dan ga tau peraturan judi, btw*
Kalo kata Koh Ahok, warga yang tinggal di lahan negara secara ilegal ini analoginya "saya kalau udah ga menjabat wagub, tapi nggak mau pindah dari ruangan saya. Sekalinya mau pindah, saya ga mau dri ruangan yang sebelumnya saya tinggali".
Nah, bener apa nggak tuh, kira-kira?
Dan herannya kalo digusur, ada pihak tertentu yang (mengaku) berjuang demi membela hak rakyat kecil dan melawan penindasan.
ReplyDeletePadahal yang mana sih hak nya ? Besok-besok kalo gw nuntut hak gw di Menteng didukung gak yaaa ?
Emang politik itu absurd. Gak jelas mana yang hak, mana yang ditindas.
*lakban mulut*
Betul banget, Ndah. Ada aja pihak yang memanfaatkan momen ini. Yang jadi korban, ya orang2 yg ga tau apa2, diiming2i kompensasi tertentu, kelar.. kesian :(
Deletesetuju mbak...asli heran banget biarpun dipindah rusun yang lebih manusiawi kok ya masih pada protes mlulu...saya juga jadi sering gagal paham
ReplyDeletemakanya banyak yang milih jadi pengemis daripada kerja tukang kebun atau PRT
oh ya salam kenal saya silent followernya blog mba :)
Salam kenal juga!
DeleteIya betul, kadang heran ya. Cari ART, sopir, dkk itu katanya susah, padahal banyak yang 'berkeliaran' nggak jelas katanya cari kerja susah :|
saya milih pake kendaraan pribadi tapi boleh koook kalo mau ditebengin. Hihihi.
ReplyDeleteNaaaah. Bener banget emang Mba Lita. Bisa-bisanya nyalahin orang dan menuntut haknya yang mana dari awal mereka gak ada hak di situ. Andaikan aja mereka mau sedikit usaha ya, gak ngakuin sesuatu yang bukan hak mereka. Ah tapi entahlah..
Terpujilah orang2 yang bawa kendaraan sendiri tapi rajin memberikan tebengan! God bless you, haha!
Delete