Tahun 2018 kemarin diwarnai sama satu pengalaman baru gue
yaitu Langit dirawat di RS. Sudah pernah gue tulis juga, sih, di sini.
Nah, yang belum gue ceritain adalah sekitar 2 minggu keluar
RS itu, kami balik lagi ke RS yang sama. Alasannya sederhana: Langit mengeluh
sakit saat buang air besar.
Kedengarannya lebay, ya, cuma sakit pas BAB aja sampe ke RS.
Kalo 2 minggu sebelumnya nggak dirawat, sih, gue juga mungkin nggak akan bawa
ke RS, ya. Tapi gue ngeri aja ada apa-apa yang terhubung dengan sakitnya kemarin
itu.
Singkat cerita, alhamdulillah nggak kenapa-kenapa. Walaupun
sudah sangat menguras emosi dan kesabaran serta finansial. Haha. Ya gimana
enggak, karena sampe harus semacam di-rontgen untuk dilihat pencernaan bagian
dalamnya bekerja dengan baik apa enggak. Lumayan lah, kalo gue becandanya
“Perkara BAB aja sampe ngabisin jutaan” hiks. Demi anak, yekaaaan..
Anyway, gue akhirnya mencoba menelaah kenapa Langit parno
sama rasa sakitnya saat BAB kemarin.
Selama ini Langit dan urusan nomor 2 itu alias BAB, nggak
pernah bermasalah. Dia cenderung lancar ke belakang, nggak pernah sembelit,
lah. Karena memang anak gue ini kan doyan banget segala macam makanan yang
berserat dan membantu melancarkan pencernaan, ya, macam sayur, buah, yoghurt. Kalo mau somse, kebutuhan serat anak gue aman! Ya masa ada anak SD bekal ke
sekolahnya buat snack itu sayur asem? Atau makan aneka sayur cuma direbus doang
juga lahap. Intinya sih, pencernaan anak gue ini alhamdulillah nggak pernah ada masalah.
Makanya mungkin, pas kemarin rada butuh perjuangan buat BAB,
dia kemudian jadi parno.
Banyak yang suka komentarin makannya Langit, kok enak
banget, apa aja mau?
Gambar dari sini |
Tahun 2012 apa 2013 gitu gue pernah baca buku French KidsEat Everything yang intinya sih, sharing hal apa aja yang dilakukan orangtua di
Perancis sehingga anak-anaknya mau makan apa aja. Dari sekitar 10 hal yang
dibagikan di buku tersebut, ternyata gue sudah menerapkan sebagian buat Langit.
Misalnya:
Anak makan apa yang orang dewasa makan
Langit makan table food sejak usia 1 tahun. Pokoknya begitu
diklaim aman untuk makan table food, cus langsung! Tentunya disesuikan juga,
nggak ujug-ujug di rumah masak ayam balado terus Langit ikut makan itu, yaa..
Jadi di awal-awal itu masaknya sop, sayur lodeh, oyong, bayam, dkk. Kalo lagi
masak sayurnya yang ditumis, ya Langit makan sayur yang sama tapi versi kukus.
Misalnya bikin tumis buncis, maka Langit makannya buncis kukus. Bikin brokoli
saus tiram, Langit makan brokoli kukus. Dan seterusnya. Itu sayur, kalo protein
ya sama aja. Bikin ayam balado, maka Langit makan ayam goreng. Bikin rendang,
Langit makan empal. Dan seterusnya.
Anak nggak perlu suka, tapi harus mencoba.
Gue nggak maksain Langit untuk suka sama semua makanan yang
gue suka. Karena ternyata, ada juga makanan yang dia kurang suka. Misalnya hati
ayam/ sapi, itu dia nggak suka. Tapi tentunya dia bilang nggak suka setelah
mencoba. Waktu di bawah setahun, pernah gue bikin bubur saring pake hati ayam.
Dia nggak suka. Kemudian di atas setahun, gue cobain lagi makan hati ayam, dia
nggak suka. Usia balita, gue cobain lagi ternyata masih nggak suka. Bahkan
sampai sekarang masih suka gue suruh coba, dimakan dulu sih sama Langit, tapi
endingnya nggak suka.
Nggak apa-apa juga. Seenggaknya anak bukan yang bilang nggak
suka sesuatu yang dia belum coba. Dengan begini, dia udah punya preferensi rasa
karena pernah coba.
Langit akhirnya selalu jadi penasaran sama menu yang gue pesan |
Makanan bukan hadiah atau hukuman, bahkan sogokan
Dari dulu kayanya gue bukan yang tipe “Rapor kamu bagus, ayo
makan enak”, atau “Ini ultah kamu, ayo makan enak”. Kapanpun mau makan enak,
mau makan di tempat yang agak mahal, [selama ada duitnya dan promonya, maklum
#ibubijak] dsb, ya makan aja. Lebih kaya, yang penting makan dengan siapanya
bukan di mananya.
Tapi ada satu yang gue kurang setuju dari buku ini, yaitu
nggak ada snack time. Waaaw, kalo nggak ngemil rasanya bukan orang Indonesia!
Gue selalu sedia camilan di rumah. Tapi, karena kami pecinta
buah, maka snack yang ada berkisar antara buah, susu, puding, yogurt. Udah itu
aja. Bukannya sok sehat, tapi nyata adanya.
Lagian camilan-camilan itu kan gampang banget disajikannya.
Buah, tinggal caplok. Susu, tinggal tuang. Puding, ya bikin sendiri dan Langit
mah puding standar banget, dikasih nata de coco aja udah bahagia. Nah kalo
yogurt, ini seriusan selalu nyetok. Baik yang minuman ataupun yang biasa.
Jatah Langit itu selalu ada Yo! Tahu kan Yo? Itu lho,
Heavenly Blush Yo! Yogurt. Kalo biasanya yoghurt identik buat orang dewasa yang
mau minuman sehat/ diet, Yo! Yogurt for kids ini diciptakan untuk anak-anak yang
biasanya susah makan buah atau sayur. Lah, kok, sayur? Iya, Yo! Yoghurt,
pertama dan satu-satunya di Indonesia ini mengandung serat buah dan sayuran
yang enak dan disukai anak. Ada banana berries broccoli, mango carrot, lychee
spinach, dan raspberry pumpkin. Kan selama ini pasti kenalnya yoghurt rasa
buah, nah, Yo! Yoghurt campuran antara buah dan sayuran. Kebutuhan serat sayur buah sekaligus bisa didapat dalam 1 kemasan. Praktis banget, apalagi buat buibu yang anak-anaknya kurang suka/ pemilih untuk makan buah atau sayur.
Jangan mikir rasanya
aneh karena campuran sayurnya, ya, karena seriusan ini enak banget!
No comments:
Post a Comment