Cerita sedikit tenta ng latar belakang kepergian gue ke
Cirebon akhir tahun kemari,ya. Jadi awalnya sih memang untuk isi liburan
sekolah aja, bukan untuk liburan tahun baru. Makanya perginya pun sama #GankJemputan dan ibu-ibunya. Karena tanggal 25 gue udah
ada staycation di KC sama keluarga, maka baru bisa jalan setelahnya. Dipilih deh,
tanggal 28 sampai 30.
Tadinya sih mau ke Bandung aja. Tapi mikir macetnya. Kalo
naik kereta, kok sayang, ya, naik kereta cuma sampe Bandung? Cirebon, it
is.
Sebelum berangkat, browsing dulu dong, mau ngapain aja di
sana? Karena terkait sama itinerary, sewa mobil, dan pengemasan baju yang
dibawa. Hahaha.
Nah, ini lokasi wisata tujuan kami selama kemarin di
Cirebon.
Kraton Kasepuhan
Letaknya di tengah kota. Dari tempat kami nginep di Swiss
Bell yang ada Jalan Cipto, hanya sekitar 3km. Dari hotel, kami naik becak
beriringan biayanya 20 ribu saja.
Biaya masuk kraton per orang dewasa 15ribu, anak sekolah
10ribu.
Sengaja kami pake guide, supaya perjalanan mengelilingi
kraton nggak sia-sia. Dan ternyata mengunjungi lokasi wisata sejarah pake guide
itu menyenangkan! Kita dapet cerita lebih dalam mengenai lokasi yang kita
kunjungi, nggak sekadar foto-foto dan membaca keterangan yang ada.
Gue rekomendasiin deh, pake guide. Bapak Guide-nya, yang
saya lupa namanya itu, baik banget. Cara dia bercerita juga seru, cukup
detail dan nggak membosankan. Anak-anak gimana? Surprisingly, mereka terlihat
menikmati dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Mungkin karena udah kelas 4,
ya, jadi udah biasa belajar. Kalo yang lebih kecil, orangtua harus ikut
mendampingi dan kasih penjelasan kali ya. Tapi kemarin kami ibu-ibunya juga
mendengarkan penjelasan dengan seksama, kok. Sambil foto-foto colongan :D
Luas Kraton Kasepuhan ini sekitar 2-3 hektar. Kita nggak
akan keliling seluruhnya, sih. Karena ada area-area yang memang tidak dibuka
untuk umum. Selain itu, ada juga area-area di mana kita harus bayar lagi untuk
masuk. Misalnya, setelah gerbang depan itu persis seberang langgar yang usianya
udah ratusan tahun ada bangunan baru museum benda bersejarah. Di dalamnya ada
kereta kencana yang bentuknya totally different dengan kereta kencana pada
umumnya. Harga masuk museum tersebut 25 ribu per kepala. Tentu saja kami nggak
masuk, karena: dikalikan 8 kepala, berapa ratus ribu tuh? *UUD*
Kami mengelilingi kraton sekitar 1 jam. Setelah itu balik
lagi ke hotel dengan menggunakan becak yang kami gunakan pas berangkat ke
kraton. Mereka nawarin buat nunggu dan harganya jadi bundling PP 50 ribu.
Mungkin ada yang bilang kemahalan, tapi kami mikir yang
gampangnya aja, ya sudahlah ya. Lumayan kan nggak harus nego becak dari awal,
cari-cari becak, dan seterusnya.
Oiya, jangan lupa kasih tips untuk bapak guide-nya, ya. Karena
kami clueless perkara pemberian tips untuk guide, akhirnya kemarin kami kasih
100 ribu.
Gua Sunyaragi
Hari kedua di Cirebon, kami sewa mobil untuk seharian. Jadwalnya
pagi ini adalah mengunjungi Gua Sunyaragi yang lokasinya juga nggak jauh dari
hotel.
Harga tiket masuk ke sini per kepala adalah 10 ribu saja. Berdasarkan
kesuksesan menggunakan guide kemarin di kraton, di sini kami juga menggunakan
jasa guide. Awalnya sempat underestimate, karena kayanya Gua Sunyaragi ini
hanya sebuah lapangan dengan ada bangunan-bangunan terhampar di sana sini aja.
Eh, emang ya manusia itu nggak boleh underestimate sesuatu.
Ketika masuk kita bakal ketemu sama semacam amphitheater. Rupanya
memang di area ini sering diadakan pagelaran budaya. Bahkan terakhir acara festival
kraton seluruh Indonesia, diadakan di sini.
Jadi Gua Sunyaragi ini dulunya adalah Taman Sari, tempat
permandian, peristirahatan, dan semedi para awak kerajaan. Bangunan-bangunan
menyerupai rumahnya sih, biasa aja. Yang luar biasa tentunya bangunan dari
karang yang menyerupai gua. Dibangun dengan tangan, disatukan dengan TELOR! Gila,
berapa banyak ayam yang kehilangan calon anaknya untuk membangun bangunan ini?
:D
Keren banget sih, emang. Setiap sudutnya fotogenik. Saran gue
nih, kalo ke sini bawa teman yang jago motret, deh. Seharian di sini buat
foto-foto juga bisa. Modal handphone aja, kemarin gue ada kali memotret lebih
dari 80 frame. Krezi lah. Stok foto Instagram setahun dengan baju yang nggak
ganti-ganti :D
Yang menyenangkan, guide di sini ditemani sama anak SMK
magang yang dengan sukarela memotretin gerak gerik kita. Udah gitu, nih anak
motretnya lumayan bagus!
Kalau di kraton sejam itu, sekitar 20 menitnya berhenti buat
foto, maka di sini dari sejam maka 45 menitnya kami foto-foto. Haha.
Trusmi
Nah, kalo ini mah wisata belanja. Haha.
Karena memang kami nggak niat belanja, maka ke sini murni
memang hanya sekadar wajib datang aja. Kalau akhirnya beli kain, itu lebih
karena sayang-udah-ke-sini-nggak-beli-apa-apa doang.
Trusmi itu kan memang 1 area yang isinya toko plus pengrajin
batik semua. Jadi lo tinggal pilih, sih, mau mampir ke yang mana. Mau lihat
proses pembuatannya juga di beberapa spot, bisa kok. Tapi kemarin, karena
memang hanya sekadar mampir, maka langsung ke toko namanya Nofa, sekitar sejam
di situ, terus berangkat lagi, deh.
Belanja nggak, Lit?
Belanja dong! Cuma beli kain 1 samaan dengan Langit, dan 1
lagi beli yang batik tulis khas Cirebon yang warnanya cerah. Padahal nggak tahu
mau buat apa, tapi beli aja dulu. Warnanya bagus banget!
*Wah, nggak ada foto sama sekali di sini, terlalu lelah lihat batik yang cantik-cantik!
Museum Linggarjati
Nah, lokasi yang satu ini letaknya paling jauh: masuk ke
area Kuningan. Sekitar 1 jam dari hotel. Ya kalo di Jakarta, 1 jam dari lokasi kit
amah, dekat, ya. Tapi di luar kota, jadi jauh. Hehe.
Tiket masuk ke museum ini 2 ribu rupiah saja per kepala.
Kalo di 2 tempat sebelumnya kami menggunakan jasa guide-nya
seperti private tour, maka di sini guide-nya lebih open. Jadi di luar rombongan
kami juga bisa ikut nebeng.
Museum Linggarjati ini dulunya hotel. Terus dijadikan lokasi
pertemuan antara pihak Belanda dan Indonesia karena mensos Indonesia waktu itu
orang asli Kuningan, dan menurut beliau hotel dan lokasi ini cocok untuk
berunding secara serius tapi santai. Soalnya cuacanya adem :D
Tapi ya, gue sendiri suka banget sama bangunan lama kaya
Museum Linggarjati ini. Terasnya lebaaar, rumahnya tinggi, jadi kalau ke
halaman harus melalui tangga gitu. Pohonnya gede-gede, adem! Terus ngayal deh,
sama Langit,”Kalo kita tinggal di daerah kaya gini enak juga ya”. Langit mah,
iya-iya aja. Padahal gue udah bilang, di sini nggak ada mall. Haha.
asik kan sore-sore duduk manis di teras sambil ngopi dan ngobrol cantik :) |
Ke mana lagi ya?
Udah, sih kami ke situ doang. Sebenarnya ada 1 tempat lagi
yang katanya bisa dikunjungi, Taman Air Ade Irma. Lokasinya sebenernya dekat
hotel. Tapi karena bentuknya waterpark modelan Waterbom, Snowbay, dkk, jadi
kami putuskan untuk nggak ke sana.
Masa 3 hari 2 malam begitu doang? Iya. Sungguh! Haha. Sisanya
ke tempat makan aja. Itu pun bukan tempat makan yang heboh-heboh amat, di
postingan berikutnya akan gue ceritain tentang wisata kulinernya, ya.
Btw, di postingan pertama ini mungkin bisa disimpulkan bahwa
jalan-jalan ke Cirebon sesungguhnya 2 hari 1 malam saja sudah cukup untuk
berwisata. Malah kayanya banyak orang yang pada PP deh, ke Cirebon. Nah yang
belakangan ini mungkin untuk kulineran atau ke Trusmi doang, ya?
Seenggaknya daku nggak penasaran lagi deh, jalan-jalan ke
Cirebon. Next mau ke mana lagi, enaknya nih?
No comments:
Post a Comment