Waktu nonton
Warkop, gue sempat lihat trailernya Athirah. Dalam hatiku berkata, “Wah, ini
film pasti keren banget!”. Gimana nggak ngebatin demikian, yang produksi Miles,
sutradara, DOP, penulis naskah, dan kru lain-lainnya punya track record yang
baik di perfilman Indonesia.
Mengenai pemain,
gue percaya Miles deh. Nggak perlu pake artis populer kekinian, mereka yang
namanya nggak dikenal aja bisa bikin sebuah film mendunia (inget Laskar
Pelangi? Gue sih nggak hapal nama-nama pemeran anak-anaknya ya. Tapi film
tersebut kan oke punya! AADC pertama emang ada yang kenal Nicolas Saputra? Sekarang
kaya apa tuh!). Intinya, fix bagus!
Jumat minggu
lalu, bersama perkumpulan ibu-ibu #GankJemputan yang butuh me time di Jumat
malam, kami janjian nonton Athirah di Plaza Senayan.
Intinya,
film ini terinspirasi dari kisahnya Ibunda Jusuf Kalla, yang bernama Athirah. Bagaimana
perjuangan Athirah menghidupi anak-anaknya, bagaimana pergolakan hati Athirah
saat tau suaminya menikah lagi, bagaimana keinginan Athirah ingin mendirikan
sekolah, bagaimana Athirah menyimpan harta hasil bisnisnya, bagaimana hubungan
Athirah dengan bundanya, dan seterusnya.
Menarik!
Gambarnya baguuuuus
banget! Penuh simbol dan makna. Pokoknya mata kita bakal dimanjakan oleh
gambar-gambar indah. Kalo anak instagram, udah nggak tahan deh pengin ikutin sudut
pengambilan gambarnya :D
Ini lihat trailernya:
Kisahnya bagus,
kru produksi oke, gambar cakep, pemain nggak usah dipertanyakan. Tapi kenapa
gue masih ada ganjel ya setelah nonton Athirah?
Apa mungkin
karena durasinya yang singkat sehingga setiap problem yang dihadapi Athirah
nggak dikupas secara tuntas?
Gue pikir
pas Athirah bilang mau mendirikan sekolah, jalan cerita akan pindah ke proses
tersebut. Eh ternyata nggak.
Atau kemarahan
Ucu kepada Athirah kurang dieksplor gitu, rasanya. Pun dengan kemarahan Athirah ke suaminya. Ya emang nggak berharap bakal kaya sinetron Indonesia yang nangis kokosehan atau dengan memicingkan mata "dasar kau laki-laki pengkhianat!", kemudian di-zoom in zoom out. Nggak kaya gitu lah. Kalo gue menghadapi persoalan yang sama dengan Athirah mungkin reaksi gue sama kok. Cool, memendam emosi tapi diam-diam sesenggukan.
Yang pasti di akhir film kami berempat tertegun dan merasa, “Lah kok udah habis? KAN BELUM NANGIS”
Yang pasti di akhir film kami berempat tertegun dan merasa, “Lah kok udah habis? KAN BELUM NANGIS”
Iya, mungkin kami
tertegun lebih karena sudah memiliki ekpektasi yang tinggi terhadap film ini. Terutama,
kami para ibu-ibu ini sudah siap menangis selama film! Ya iyalah, gimana nggak
siap mewek secara tau kisah yang diangkat bagaimana à kisah pria beristri dua kan biasanya
menguras emosi perempuan, sis.
Eh tapi
bukan berarti ini film nggak perlu ditonton, ya. Overall, bagus. Ya baguslah,
setelah tayang di Indonesia film ini bakal dibawa ke Vancouver
International Film Festival, kemudian lanjut ke Busan International Film
Festival dan terakhir di Tokyo International Film Festiva. Masih bilang jelek? Jitak!
Tapi ya
mungkin karena kami berempat hidupnya udah penuh drama yang melebihi film, maka
problema di film ini kok tampak terlihat ringan *bingung pasang emot apa*
hahaha!
Mungkin buat kami, di film ini justru bukan perkara pernikahan yang bikin badai hati #eaa tapi malah kalo gue pribadi sih, yang menyentuh adalah saat Athirah ngomong ke Ucu (panggilan Pak JK), "Bakal jadi orang besar kamu nanti Ucu" *teary eyes*, doa orang tua ya sis, jangan diremehkan.
Sempet kepikiran
juga sih, apa karena film ini ada cerita tentang Pak JK yang notabene pemimpin
Indonesia maka ceritanya ada dimodifikasi? Untuk itu sepertinya harus nanya ke
yang nulis sih *lirik @ginasnoer, tolong tanyain Pak Suami dong :D *
baca novelnya juga saya kurang ngena mbak :D
ReplyDeleteAku belum baca, jadi penasaran. Biasanya penulis novelnya kalo nulis bagus lho :)
DeleteTrus ikutan mimbik2 baca kata2 "jadi orang besar ya kamu nak.. "
ReplyDeleteAmin..amiin..amiin, tiap hari akan kasi tau anak gitu. "Jadi orang yang berdampak besar yang berjiwa besar dan berhati besar yang membesarkan banyak orang ya,nak"
IYAA.. itu 'deg' banget deh. Apalagi mungkin kalo melihat saat ini anak yang beliau doakan itu kaya mana sekarang ya, huaaah...
Delete((nangis kokosehan)) hahaha
ReplyDeleteaku udah penasaran nonton sejak lama tp belum juga beranjak nonton. semoga sempet sebelum turun bioskopp
Hayo cus berangkat ke bioskop!
DeleteKalo aku nonton ini, mewek loh!
ReplyDeleteDan ngerasa content aja sampai ke endingnya. Ngerasa kalo memang seperti inilah Athirah menghadapi hidupnya yang memang dimadu ini. No drama, no big deal. Jadi semacam terinspirasi kalo menjalani hidup ini jangan lebay dan drama duluan, duh malu bingit sama Ibu Athirah (sama jangan belanja terus, inget nabung dana darurat pake emas, hahaha)
PS. Menu masak2nya bikin ngiler ga siii? Cabcus cari ikan bakar! :)))
Omaygat iyaaaa... Masakannya itu juara yaaa bikin lapaaaar!
DeleteBener banget itu punya duit belanjain emas kak!