Susahnya Belajar Ikhlas



Udah lama juga nggak curcol di sini.

Pernah nggak kalian merasa seperti berada dalam titik terendah dalam hidup? Mungkin itu yang gue rasain belakangan ini. Gue tau sih, bahwa saat dalam kondisi seperti ini, caranya hanya satu: balik ke Yang Di Atas.

Kemarin gue syuting sama salah satu Ustaz di kantor. Mungkin bukan  ustaz  ya, tapi lebih ke motivator. Yeah I know, kadang motivator itu suka bikin pikiran kita denial “Ah, situ enak ngemeng doang. Kan lo nggak dalam kondisi yang gue jalanin”.




Tapi ada satu yang nyantol di kepala gue yaitu mengenai kembali ke titik nol alias ikhlas.

Dari semua hal yang ada dalam kehidupan, menurut gue ikhlas adalah hal yang paling sulit. Kita sebagai manusia, kadang suka rempong untuk mengikhlaskan segala sesuatu. Terlalu banyak  pikiran dan pertimbangan dalam melakukan suatu hal.

Bahkan menjadi ibu pun kita kadang suka ada perasaan nggak ikhlasnya. Anak yang suka rewel, anak nangis tengah malam minta nyusu, terpaksa berhenti melakukan hal yang kita suka karena status menjadi ibu, dan seterusnya. Kalo nggak ikhlas menjalani semua itu, gimana bisa jadi ibu yang baik? Bukankah jadi ibu adalah ibadah? Nah, ibadah harus dilakukan dengan ikhlas kan? Tanpa tekanan dari mana pun. Gue pribadi sering bilang, bahwa menjadi ibu itu kuncinya hanya satu: ikhlas. Itu sih gue ngomong bukan berarti karena gue orang yang ikhlas sepanjang masa, tapi lebih sebagai pengingat buat diri gue sendiri.

Gue masih jauh, jauuuuuh banget dari pribadi yang ikhlas. Ada aja hal yang memberatkan diri gue dalam melakukan hal itu. Walaupun kalau mau sombong, selama ini gue merasa menjalani hidup gue dengan lebih ikhlas. Mencoba untuk nggak mikirin macam-macam. Mencoba untuk menjalani hidup sebagaimana mestinya. Mencoba menjalani hidup dengan nothing to loose. Mencoba untuk mengabaikan perasaan atau omongan negatif yang suka muncul. Lempeng aja. Rasanya memang lebih ringan, lebih enteng dalam menjalani hidup.

Tapi ada satu dua kali, seperti saat ini di mana keikhlasan gue terasa direnggut. Rasanya apa yang gue lakukan salah mulu, rasanya keikhlasan gue dalam menjalankan suatu hal itu nggak ada artinya. 

Gue sadar sih, kalo kata guru ngaji gue dulu, ini berarti kondisi keimanan kita lagi drop. Mungkin ini kita lagi diuji. Harus dijalani. Nggak boleh kalah.Gue malu sama Ambar, gue malu sama Uwi. Gue malu sama teman-teman di luar sana yang mungkin masalahnya lebih berat daripada gue. Gue malu sama mereka yang tetap kuat dan tersenyum meski mungkin rasanya pengin nangis dan membiarkan seluruh dunia tau sama penderitaannya.

Adakah dari kalian yang sedang mengalami perasaan seperti gue saat ini? Mari berpelukaaaaaan dan jangan lupa kembali Ke Yang Di Atas, karena Dia nggak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan manusia :)


Bukanlah kesabaran jika masih memiliki batas. Dan bukan keikhlasan jika masih merasakan sakit


nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

16 comments:

  1. Makasih Mbak Lita diingatkan. Semangat Mbak! InsyaAllah semha akan baik-baik saja. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin.. makasih Mas Dani, semangat juga buatmuu!

      Delete
  2. ikhlas... kata sederhana yg gak sederhana dalam prakteknya ya mbak...

    ReplyDelete
  3. Tetap semangat mbak Litaaa \m/

    ReplyDelete
  4. Lagi belajar ikhlas juga. Dan ternyata lebih tenang :)

    ReplyDelete
  5. surat al ikhlas aja ga ada kata ikhlasnya mba lita, jadi katanya kalo ikhlas itu ga disebut2, pe er banget yak :D

    ReplyDelete
  6. Iya setuju.. aku juga lagi belajar ikhlas bahwa apapun yang terjadi adalah karna kehendak-Nya, lama kelamaan jadi lebih tenang deh.

    ReplyDelete