Fanatisme, suka jadi lucu, bagi gue. Misalnya, fans klub bola A yang marah gara-gara fans klub bola B ngejek-ngejek si klub bola A pas bertanding sama klub bola C. Atau beberapa waktu lalu ada artis yang diserang die hard fans artis muda, gara-gara si artis ini ngomentari via akun twitternya seorang artis muda yang (kebetulan) emang nggak jelas fungsi, maksud dan tujuannya apa dalam sebuah tayangan televisi. Die hard fans si ABG ini sampe sumpah serapah dan ngata-ngatain si artis ini. Aselik kocak :))
Fanatisme, bisa jadi serius, bagi gue. Misalnya, saat fanatik pada tokoh politik tertentu. Apapun yang dilakukan, pasti benar. Contoh, banyak orang-orang yang fanatik sama Bung Karno, misalnya. Saking ngefans-nya, mereka beranggapan apa yang dilakukan BK selalu benar (gue belum hidup di jamannya, sih, ya) sampe-sampe ke-flamboyanan sang BK dengan beberapa orang istri juga dianggap normal.
Fanatisme, bisa jadi sangat serius, bagi gue. Contoh, fanatik pada agama atau ajaran tertentu. Gue muslim, for sure. Setidaknya apa yang ada dalam Rukun Islam gue jalani.
Mungkin memang cetek, cetek banget pengetahuan Islam gue. Tapi alhamdulillah semua hal nggak gue telan bulat-bulat. Misalnya nih, ayat quran yang memperbolehkan lelaki menikah 3-4 kali, kalo ditelan bulat-bulat, maka perempuan yang jadi istri ketiga, empat, dst banyak banget. Poligami merajalela, dengan alasan berdasarkan Quran.
Saring deh, sama akal sehat. Ayat tersebut ga berhenti sampai disitu, ada lanjutannya, kalau tidak salah "jika kamu merasa adil". Nah, ada nggak manusia yang adil?
Atau tentang jihad. Ada aja yang anggap bom bunuh diri sebagai jihad, masuk surga. Apa mereka ga tau, bunuh diri itu dosa?
Tentang kesehatan, ga ada yang salah sama pengobatan jaman Nabi. Selama, landasan dalil/ quran atau hadist-nya kuat DAN masuk akal. Tahnik sebagai pengganti imunisasi? Madu sebagai obat? Bekam bisa menghilangkan penyakit tertentu? Silakan. SELAMA masuk akal.
Jaman sudah semakin canggih, butuh info apapun, just a click away di google atau send tweet ke twitter. Pendapat orang lain yang TERPERCAYA terkadang penting, walaupun end up-nya hati yang bicara.
Eh, ngelantur.
Jadi, intinya menurut gue, fanatisme bisa bikin seseorang gelap mata dalam melakukan apapun. Fanatisme, menurut gue sangat bisa bikin orang egois setengah mampus.
Misal, orangtua fanatik sama Liverpool, anaknya nggak boleh ngefans sama MU/ Chelsea. Orangtua fanatik dengan dokter tertentu, anaknya mau dijejelin antibiotik setiap hari juga hayuk. Orangtua fanatik sama universitas tertentu yang almamaternya, anaknya dipaksa, ditekan, supaya samaan almamaternya. Kita fanatik sama musik tertentu, setel lagu kencang-kencang, padahal teman kerja seruangan nggak suka. Kita fanatik sama tokoh politik A, semua teman yang ga ikutan milih dia, dimusuhin. Dan banyak lagi.
Oh plus, seperti kata wikipedia, fanatisme bisa menimbulkan perseteruan dan konflik serius. Bener banget, nih. Ga usah perkara imunisasi/ RUM, sekolah anak atau sebutan bagi seorang ibu (working mom, stay at home mom, etc etc) itu aja bisa jadi twitwar.
Jadi, kalo dilihat-lihat, manfaatnya agak kurang ya, si fanatisme ini. Banyakan mudharat-nya :)
Nah, gue, si manusia lempeng dengan otak yang suka loncat-loncatan ini, merasanya sih ga punya fanatisme terhadap apapun. Suka musik, ya gitu aja. Olahraga suka, ya standar aja. Film, baju, make up, buku, semuanya biasa aja. Masih dalam taraf suka.
Oh iya, kalau fanatik sama anak, suami atau bahkan diri sendiri, gimana? Ada nggak, ya?
Senyum aja deh, gue :)
Night all!
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®
No comments:
Post a Comment