Dengan makin maraknya dunia digital dan berbagai kanal media
sosial, jadi terkenal bukan lagi hal yang sulit. Kalo dulu kan ya, mau tenar
se-RT aja susahnya khan maen. Kudu aktif Karang Taruna lah atau minimal pacaran
sama anak Pak RT.
Mau masuk TV yang notabene dicap arteis apalagi! Sampe bela-belain jadi penonton bayaran dulu supaya masuk TV dan jadi batu loncatan menuju keartisan :D
Tapi sekarang, nggak usah se-RT, sejagad dunia maya yang
notabene bisa mendunia mah gampil. Jadi selebgram? Bisa. Blogger yang
terpercaya dengan pageview jutaan per bulan? Bisa. Youtuber dengan jumlah
viewers fantastis? Bisa. Tinggal pilih.
Kita bisa jadi seleb di dunia yang kita ciptakan.
Pencitraan
Ada yang bilang pencitraan itu penting. Kalo
seminar-seminar, workshop blogger atau artikel luar negeri tentang dunia maya
itu pasti bilangnya branding. Gimana lo mau menampilkan diri lo ke publik?
Mamah yang rajin bikin bekal buat anak? Masak sendiri di
rumah? Mamah muda nan jelita rajin merawat kecantikan? Mamah terpelajar yang
sering ikut seminar sana sini? Mamah soleha nan aktif pengajian sana sini dan menyebarkan
ayat suci Al Quran? Mamah nan romantis? Mamah yang suka galau? Atau apa?
Walaupun nama kerennya branding, tapi sebenarnya ya sama aja
kaya citra. Kalo dibilang pencitraan kan kesannya nyinyir ya, padahal kan
secara bahasa bener bok.
Konon, dengan konsisten menampilkan citra yang tepat maka
kita punya pembaca/ pengikut/ pemirsa yang loyal. Iya dong, kalo konsisten
posting resep atau bekal, maka pengikutnya juga akan jelas yaitu mereka yang
doyan resep atau cari ide tentang bekal.
Nah kalau kaya gue yang suka posting galau slash kopi slash
anak slash beauty slash olahraga slash apaan lagi itu kan nggak konsisten ya,
yang doyan kopi kalo follow gue lha kok isinya banyak dunia emak-emak? Yang
emak-emak romantis follow gue, lha kok banyak galaunya? Yang galau follow gue,
lha kok ada lipstik? Serba nggak jelas.
Pencitraan dong, Lit.
Nah itu dia. Gue suka foto bagus. Jadi gue akan post apapun
yang penting fotonya bagus. Haha. Ya kan page IG-lo bisa dibikin bagus semua fotonya, jadi kalo dibuka profilnya bagusnya rata. Nah, sulit juga, karena masih suka upload foto dengan pencahayaan seadanya karena momen :D
Jual beli follower
Haram hukumnya! Ya kalo yang kaya gue gini, yang nggak
diseriusin bakal bilang begitu, "Buat apa sih follower banyak?"
Coba tanya sama dedek-dedek gemes yang entah siapa namanya
atau asal muasalnya gimana, kok tau-tau followernya ratusan ribu? Hahaha
Jadi gini, beberapa bidang bisnis bakal menggunakan jasa
tambah follower di awal. Istilahnya kalau di orang-orang digital marketing itu,
"main kotor". Kenapa? Gini, kalo lo tau ada OLS yang kece barangnya
tapi follower belum sampe 100 gimana menurut lo?
"Terpercaya nggak ya? Kok follower dikit amat"
Itu kan yang ada dalam benak lo? Nah. Untuk ngakalinnya
gimana, beli follower. Kalau follower udah banyak, sebuah brand atau dalam
kasus ini OLS akan tampak terpercaya dong. "Followernya banyak, sis!"
Selain itu banyak dari kita yang akan mem-follow sebuah akun
jika followers-nya udah lumayan banyak. Ya nggak sih? Atau gue aja? :D
Ada anak kantor dulu nanya, "Kak, kok followernya banyak sih? Beli ya?". Etdah, kebetulan saya mah cukup pelit, ya. Jadi walaupun kalo suka stalking akun jual beli ini harganya murah, ogah juga beli follower. Hahaha.
Haters gonna hate
Salah satu akun gossip di Instagram pernah bikin post artis yang
paling dibenci di medsos. Yang gue inget masuk di situ adalah Mulan Jameela dan
Ayu Tingting.
Tapi, dengan mereka masuk di kategori tersebut, apakah
follower mereka berkurang? Apa popularitas mereka menurun?
Nggak tuh. Masih banyak tampil sana sini. Masih ada aja endorsement di medsosnya.
Menurut pengamatan gue, banyak follower itu bukan berarti
banyak yang ngefans atau kau inspiring, sis. Bisa jadi karena banyak orang yang
kepo akan kehidupanmu dan kebutuhan screencapture untuk kemudian disebarkan di
jaringan Whatsapp Group :D
Tapi kata Mbak Taylor Swift, “haters gonna hate”. Jadi, ya,
kalo menurut lo itu nggak ganggu hidup, silakan aja. Jangan sampe kaya Justin
Bieber yang ngambek sama hate comment terus menghapus akun Instagramnya, ya.
Atau belajar dari Awkarin, deh. Berapa banyak yang mencaci
dia? Yang komen di Vlog-nya bahwa video itu nggak guna, ngabis-ngabisin kuota,
dsb dkk. Lha tapi pada nonton ya? Artinya apa? Situ kepo, sis. And to be
honest, gue juga. Gue kepo kenapa dia disebelin sama banyak orang, kepo dia
bikin keramaian apa lagi, kepo gimana anak-anak muda zaman sekarang
bersosialisasi, kepo kenapa dia digemari banyak anak-anak muda.
Jadi, kalau lo cukup kebal dengan haters, tebal kuping dengan hate comment, diomongin diam-diam di belakang, dsb, jangan ragu deh untuk nyemplung ke dunia ‘Mendadak Seleb’ ini.
Jadi, kalau lo cukup kebal dengan haters, tebal kuping dengan hate comment, diomongin diam-diam di belakang, dsb, jangan ragu deh untuk nyemplung ke dunia ‘Mendadak Seleb’ ini.
Kalo gue ditanya mau apa nggak atau siap apa nggak mendadak
seleb?
Kebetulan cuek. Selama yang ngomongin nggak merugikan hidup
serta mengganggu cash flow bulanan gue, silakan aja :D
Lagian, situ seleb, Lit? PD-nya jangan overdosis ah!
Lagian, situ seleb, Lit? PD-nya jangan overdosis ah!
Hidup itu simple, manusia aja yang suka bikin ribet.
Ish akika kan ngefans sama dirimu kak....
ReplyDeleteIsh, jangan sampe nggak dong
Delete*runrunsmall*
wonder, sampai kapan fenomena ini akan terus berlangsung hihihihi
ReplyDeletehumm, kayanya masih panjang deh Fen..
DeleteMau dong photo barengan ama kak Lita 😚😚😚
ReplyDeleteAmbil nomor dulu yaaaa :p
Deletekatanya 2017 fenomena ini akan semakin jadi. Hihihihi, aku jg fansnya mba Lita nih. nanti kalo ketemu mau minta foto juga aaah
ReplyDeleteIsh, sama minta tanda tangan kan? :P
Delete