Rumah Masa Kecil

Rumah masa kecil yang pertama gue inget adalah rumah di Pondok Gede waktu gue usia 4-7 tahun. Ini rumah pertama yang dibeli sama bokap, setelah sebelumnya ngontrak.

Rumah-rumah sebelumnya, gue nggak inget sama sekali, samar-samar aja. Rumah Pondok Gede ini kecil, tapi berhalaman besar. Jangan ditanya berapa besarnya, tapi yang pasti, di halaman tersebut kami punya 2 pohon durian, 3 pohon rambutan (yang kalau berbuah, luar biasa limpah ruahnya), plus bokap punya sepetak pohon jagung, pohon singkong, pohon pare, dan lain sebagainya.

Rumah ini bisa dibilang selalu muncul setiap gue bayangin rumah idaman. Mungkin karena begitu banyak hal menyenangkan yang gue inget tentang rumah ini, ya.

Rumahnya sendiri ada di sebuah perkampungan. Di tahun kami pindah (sekitar 85an), daerah itu belum ada listrik! Can you imagine? Selain itu jalan masuk ke dalamnya, boro-boro diaspal! Jadi kalau hujan tiba, bak genangan lumpur. Kalau berangkat sekolah pas musim hujan, gue sama kakak gue harus pake plastik di masing-masing kaki supaya sepatu kami nggak 'belok-belok' amat :D

Dibandingkan keluarga yang lain, rumah kami 'kampung' abis!

Tapi, buat gue, rumah itu menyenangkan sekali! Bantuin bokap nanam rumput di halaman, belajar naik sepeda kemudian nabrak pohon gede yang bawahnya tempat buang beling, nyemplung ke empang, makan bakwan di teras terus bakwannya dicaplok ayam, nginjek paku gede pas lagi main rumah-rumahan di halaman, main di kebon, cerita anak tetangga ketiban buah durian, nonton TVRI rame-rame di rumah karena rumah kami satu-satunya yang pake genset, nonton layar tancep di lapangan dekat rumah, main bentengan, galasin, dsb dst..

Kemudian kami pindah ke Masnaga. Sebuah komplek perumahan yang nggak kalah serunya. Tetap aja beda, ya, karena di komplek ini (walaupun ukuran tanahnya jauh lebih besar daripada rumah gue saat ini) tapi tetap aja ada keterbatasan lahan bermain. Ya gimana enggak, rumah Pondok Gede kami lahan 'lari-larian'nya luar biasa luas!

Rumah Masnaga, rumah gue tumbuh berkembang jadi remaja. Dari usia 7 tahun sampe 17tahun. Setelah itu, kami pindah ke Condet. Nah, kalau rumah Condet, memang dari kecil sudah ada. Di rumah ini gue jadi dewasa, dari usia 17- 27. Lulus SMA sampe kemudian menikah dan punya anak, lalu ke luar dari rumah itu.

Dari ke tiga rumah yang gue tinggali, entah kenapa yang paling bikin gue terkesan adalah rumah Pondok Gede. Waktu acara Jotun di Bandung, Mas Ary Indra, arsitek yang jadi narasumber bilang, "setiap anak harus punya kenangan atau hal yang diingat dari rumahnya".

Nah, seperti yang gue bilang di atas, Rumah Pondok Gede, walaupun paling sebentar ditinggali, tapi ternyata meninggalkan kesan mendalam untuk diri gue. Rumah itu selalu jadi bayangan rumah idaman dalam imajinasi gue.

Sekarang, gue jadi mikir, akankah rumah yang kami tinggali saat ini akan meninggalkan kesan yang mendalam untuk Langit saat ia dewasa nanti? Kira-kira sisi mananya, ya? Kamar mungilnya kah? Balkon di atas ruang TV? Dapur? Atau malah tangga melingkar ala sinetron yang nggak matching untuk berada di rumah kecil kami?

Apapun itu, semoga ia selalu mengingat bahwa 'Home is wherever your heart is'. Rumah adalah di mana pun hatimu berada. Mau rumah kecil, megah, pinggir kali, gang sempit, tapi ketika di sana orang-orang yang kita cintai berada, tempat itulah yang kita sebut rumah.

Ah, jadi pengen nyanyi lagunya God Bless
"Lebih baik di sini, rumah kita sendiri.."

*Tulisan ini untuk mama dan papa yang selalu menyediakan rumah bagi hati dan jiwa kami. I love you both, to the bone :*
Powered by Telkomsel BlackBerry®

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

7 comments:

  1. Ah Lita jadi terharu bacanya.. Gue dari kecil sampe sekarang udah 4 kali pindah rumah, dan semuanya punya kenangannya masing2...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue sebelum rumah Pondok Gede kayanya cukup sering pindah, deh, menurut cerita2 nyokap. Tapi ga inget sama sekali dan di salah satu rumah itu pernah kena banjir gede yang menyebabkan semua foto-foto masa kecil hanyut, bok T___T

      Delete
  2. Merinding terharu Mba Lita. Hangaaaat banget bacanya. Waktu baca bayangin rumah petak dua kamar yang didepannya dijadikan toko sama Ibu. Saya tumbuh bersama adik di sana dari kecil sampai kami dewasa. Makasih ya Mba. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, aku terharu juga baca komentarnya Mas Dani.
      Pasti banyak banget ceritanya, ya, kalau tinggal di satu rumah sampai dewasa... Ayo bikin blogpostnya! :D

      Delete
  3. Mengingatkan sy pada rumah kecilku di Jl. Raya Pondok Gede 20. Tepatnya di depan komplek AURI Dirgantara 2. Aku tinggal di sana dari thn 1969an sampai feb 1988.

    ReplyDelete
  4. Ketika itu, dithn 1969an aku umur 7 thn an. Suasana sekitar jl ry pondok gede, lubang buaya sangat sepi, rumah rumah masih jarang. begitu sejuk. Jl, ry, pondok gede masih sempit.Kuhabiskan masa kecil, remaja dan sebagian masa dewasaku di rumah itu. Rumah yg merangkap warung kelontng kecil milik kel. kecilku. Masa Sekolahku dari SD s.d. Kuliahpun aku tinggal di situ. Rumah itu, yg kusebut "My lovely home", dengan sangatterpaksa harus terjual karena satu hal.Masih segar dalam ingatkanku , malam terakhir sebelum esoknya kami meninggalkan my lovely home, di kamarku,aku tak kuasa menahan air mata yg deras mengalir.Terbayang semua yg disini akan kutinggalkan. Termasuk tetangga dekat, mas heru, mitra, oscar,dan sahabat karibku, maman dan asep. Dengan mereka, hampir tiap hari aku ngobrol dan kumpul kumpul. Banyak hal yg bisa jadi obyek pembicaraan menarik.Dan, tepatnya 28 Feb 1988, kami sekeluarga akhirnya meninggalkan my lovely home. Entah kapan aku bisa menikmati suasana indah di Lubang Buaya itu...........Kini aku tinggal di Bekasi,ke dua orang tuaku sudah tiada. Kadang kenangan akan my lovely home muuncul saat kusendiri di malam sunyi. Sungguh kehilangan yg sulit terlupakan....

    ReplyDelete
  5. Terbayang ketika kecil, sering aku main layangan, bola, cari burung, jangkrik di bulakan belakang komplek dirgantara2 yg luas dgn rumputny yg hijau. Saat SMP aku dan temen temen suka nonton di Dian Theater, Pondok Gede, bioskop misbar. Siangnya main di kebun karet, cari biji karet sekitar dian Theater. Aku masih sempet lihat banbgunan kuno yg jadi cikal bakal nama pondok gede itu.Bangunan bersejarah itu ada di komplek INKOPAU Pondok Gede.Sayang sekali, bangunan itu di kemudian hari dibongkar dan dijadikan mall.Hilang sudah peninggalan sejarah yg tinggi nilainya itu

    ReplyDelete