Wednesday, December 23, 2015

Menulis Tentang Anak


Beberapa waktu lalu, @adenits nelepon gue..

“Kak, kamu mau bantuin nggak buat Breastfeeding Fair?”
“Acara AIMI? Mau dong!”
“Iya kak, jadi pembicara buat talkshow temanya….”
“Mau!”
“Tapi kak, jangan mahal-mahal ya.. soalnya..”
“Adeee, buat AIMI kan? Udah deh, nggak usah mikir gituan!”

So, jadilah gue kemarin dengan bangga menjadi salah satu pembicara di salah satu talkshow di rangkaian acara Breastfeeding Fair 2015-nya AIMI ASI.



Eh iya, kenapa dengan bangga?

Gini deh. AIMI merupakan salah satu organisasi di Indonesia yang sudah diakui secara internasional untuk gerakan pemberian ASI-nya. AIMI merupakan organisasi di Indonesia yang dipercaya dan dirujuk oleh siapapun kalau sudah bicara tentang ASI. AIMI dikenal dengan peraturannya yang ketat mengenai kerjasama.

“Nggak boleh kerjasama dengan produk A karena dia produksi susu bubuk”
“Nggak bisa kerjasama dengan produk B karena sepabrik sama botol dot”
“Menolak kerjasama dengan produk C karena menjual botol dot, dan kawan-kawannya”

Ribet? Nggak dong.

Bayangin kalo organisasi yang mendukung ASI tapi kerjasama dengan produsen susu bubuk (susu bubuk ini termasuk susu balita, batita, susu formula, dsb ya) kan jadinya aneh. Secara logika, produsen susu bubuk jualannya apa? Ya susu bubuk dong. Lalu dia mendukung pemberian ASI. Kalo semua ibu-ibu ngasih ASI ke anaknya, siapa yang beli susu bubuk (sufor)-nya? 

Nah, bangganya gue adalah, berarti gue dipandang 'bersih' di mata AIMI. Haha! Tapi alhamdulillah memang sih sejauh ini, walaupun ini blog pribadi, gue pernah berapa kali menolak tawaran kerjasama dengan merek susu :) Sok idealis? Biarin. Gue cuma nggak mau nulis yang kurang sesuai dengan kata hati gue *tsah*

Balik lagi ke acara #BFF2015, gue bicara di sana di talkshow yang temanya “Menuliskan Milestone Anak di Blog”, bareng sama 2 narasumber keren, Chica foundernya mamarantau.com dan @pustakalana plus Ria Miranda. Iya, Ria Miranda yang itu. Yang fashion designer kondyang, yang kece berat, yang follower IG-nya 300 ribuan itu. Hits kan? Gue mah bak remah-remah rempeyek di antara mereka…



Poin yang bisa gue ambil dari pembicaraan kemarin antara lain:

Tujuan menulis milestone?

Tentukan tujuan nulis milestone anak di blog buat apa sih? Buat dokumentasi aja kah? Buat sharing kah? Atau ikut-ikutan aja? Hehe. Sorry nih, soalnya kan di era social media saat ini, banyak banget orang ikut-ikutan tanpa tau apa tujuan dan maksud dari satu hal yang dia lakukan itu.

Kalo gue jujur, karena gue suka nulis. Gue akan menulis apa yang mau gue tulis. Di blog ini, malah jarang kan milestone Langit sebenernya, milestone Langit terangkum dengan rapi justru di Mommies Daily. Haha.

Kalaupun gue tulis milestone atau hal yang berkaitan dengan Langit di sini, itu biasanya hal yang penting dan sukur-sukur bisa bermanfaat buat orang lain. Misalnya tentang gigisusu yang belum copot padahal gigi permanen udah muncul, tentang pemilihansekolah, dan lain sebagainya.

Eh, emang kenapa sih nulis milestone anak aja pake tujuan segala? Kalo menurut gue lebih supaya nantinya kita juga nggak bingung mau ngisi atau nulis apa di blog sendiri. Dan juga sudah siap dengan segala risiko yang bakal kita terima berkaitan dengan hal yang kita publikasikan di dunia maya. Remember, once you go digital, you cant go back.

Kapan waktu nulisnya?

Kalo gue kemarin bilangnya nyicil. Maksudnya, dengan kecanggihan teknologi, gue manfaatin dong supaya gadget lebih produktif. Gue suka nulis blog atau apapun di handphone, nanti ketika ada waktu untuk nulis di laptop tinggal di-sync aja deh.

Kalau Ria kemarin bilangnya harus maksain untuk nulis. Kalo hanya wacana nggak bakal kejadian, jadi paksain aja buka laptop lalu nulis deh.

Sementara Chica bilangnya diatur waktunya. Chica ini hebat lho, dia minta waktu 2-3 jam per hari sama suaminya supaya nggak diganggu karena dia mau nulis. Canggih ya?

Apa passionmmu?

Kalau Ria kemarin mengaku bahwa ia memang suka nulis product review. Makanya dia memang hampir selalu nulis me-review sesuatu. Sementara Chica seneng nulis mengenai travelling atau jalan-jalan. Menurut gue, dua hal ini emang penting dan bakal dicari terus sama para orangtua atau buibu jaman sekarang sih.

Coba kita ini kan, nggak usahlah mau nginep di hotel mahal, mau makan atau beli kue aja mestiiiiii cari review-nya dulu. Ya nggak? Haha.

Kalo gue, misalnya kalian rajin baca blog gue (yakali ada yang rajin), pasti ngeh passion gue ke mana. Yak betul, ke arah galau! Hahaha. Nggak ding, gue lebih mementingkan aspek psikis atau emosi ke anak. Lebih ke esensi menjadi seorang ibu serta hubungan ibu dan anak. Nggak tau kenapa ya, mungkin karena emang di sini anaknya jarang piknik (kurang jalan-jalan) dan juga nggak punya barang-barang fancy buat di-review. Hehehe.

Dengan memahami passion kita, tentunya jadi lebih mudah saat menulis. Jangan passion-nya di beauty tapi mau sok nulis tentang dunia politik. Walaupun bisa aja nyambung (kondisi politik di Indonesia yang serba korup bikin semena-mena nggetok pajak barang di bea cukai, misalnya).

Kalau menulis tentang anak, do’s and don’t’s-nya apa?

Kalo gue, jangan pernah menulis identitas anak segamblang mungkin. Misalnya kalo gue pribadi nih, nggak perna menulis tentang sekolah anak. Di blog ini, cuma yang rajin bacain, yang bakal tau sih anak gue sekolah di mana. Tapi gue nggak pernah state hal tersebut, dan kalau ada yang nanya juga gue prefer membalasnya dengan japri. Selain itu gue juga nggak pernah menyalakan location saat mengupdate sesuatu berkaitan dengan sekolah Langit.

Selain itu, jangan pernah mem-posting foto anak tanpa busana. Ya kali anak kita masih kecil atau bayi sekalian. Tapi kita nggak pernah tau sesakit apa oranng-orang di luar sana. Better safe than sorry..

Kemarin gue akhirnya malah jadi dapat masukan sih, ada salah satu blogger yang bilang bahwa dia sekarang mulai nutupin muka anaknya kalau posting di socmed. Nutupin pake stiker atau kacamata gitu, at least muka anaknya nggak keliatan jelas banget.

Atau Chica juga bilang bahwa dia jarang banget hampir ga pernah publish foto anaknya secara jelas. Dia mengakali dengan foto anaknya jarak jauh, jadi focus foto lebih ke background-nya. Nice tips, ya! Ini jadi catatan banget sih buat gue..

Apa lagi ya? Kayanya segitu aja yang gue inget, karena lainnya itu kami beneran ngobrol ngalor ngidul haha-hihi seru macam udah lama nggak ketemu padahal kemarin itu perdana ketemuan.




Thank you AIMI ASI udah ngajakin gue partisipasi dan akhirnya malah jadi punya banyak teman baru yang keren bin inspiring!

4 comments: