Tuesday, August 28, 2012

My 2 Years Amazing Journey

Menyusui bisa dibilang merupakan perjalanan hidup gue yang paling menakjubkan.
Kenapa?

Pertama, karena gue melahirkan secara operasi.

Yah, kata orang-orang kan kalau belum melahirkan secara normal, berarti belum sah sebagai ibu *lah, gue apa dong?*. Gue sih, nggak peduli dengan anggapan ini. Menurut gue, melahirkan dengan cara apapun, tetap aja nggak semudah bersin terus anaknya keluar, kan?

Memang, penjelasannya tentu akan berbeda dengan anak-anak yang lahir seccara vaginal. Kemaren waktu lagi tidur-tiduran di kamar, Langit pegang-pegang perut gue, terus nanya, "waktu dede bayi, aku ada di perut ibu, ya?", terus pertanyaan ini lanjut dengan, "aku keluarnya dari mana?".
Akhirnya gue kasih unjuk bekas operasi (yang sekarang sudah hampir memudar- yaiyness to the technology), "lewat sini, karena kamu nggak mau turun, jadi nggak bisa keluar lewat vagina".

Kedua, menyusui satu-satunya hal yang bisa gue lakukan sebagai ibunya.

Di awal menyusui, gue sering dapat cerita mengenai menyusui itu lebih sulit daripada melahirkan. Nah, secara gue diberikan kemudahan (kalau mau dibilang melahirkan lewat operasi itu mudah, ya) saat melahirkan, maka gue agak deg-degan saat menyusui. Alhamdulillah, semua deg--degan itu tak berarti.

Bukan juga ASI gue langsung ngucur pas abis melahirkan, ya. ASI gue baru keluar hari Minggu, padahal gue operasi Jumat sore. Omongan keluarga serta tetamu yang datang mah, udah bikin kuping gue sakit. Apalagi Langit nangisnya kuenceng banget (dan masih kuenceng hingga saat ini, hihi).

"Kasihan, kamu lapar ya, makanya nangis melulu"
"Kalo ASI-nya belum keluar Langit dikasih apaan dong?"
"Pake susu X aja, si A pake itu kok,  baik-baik aja"
dst dsb

Minggu pagi, Langit kuning dokter anak datang ngasih tau ini pas gue lagi sendirian. Igun lagi pulang untuk ambil aneka sesayuran katuk di rumah emak. Mewek dah eike. Akhirnya gue tandatangan pernyataan bahwa gue mengizinkan anak gue dikasih susu formula.

Setelah itu, langsung badan gue panas dingin. Kata Mira @uberfunk, yang udah lebih dulu melahirkan Mahesh, itu salah satu tanda ASI gue mau keluar. Akhirnya gue coba pinjem breastpump RS dan voila! Keluar bok, ga sampe 15 ml, tapi gue langsung lari (jalan tertatih-tatih, pan eike abis operasi) ke Perina (ruang dimana Langit disinar) sambil bawa botolnya dan minta suster bantuin gue mau nyusuin. Ahamdulillah!

Sejak itu, ASI gue lancar. Drama paling terjadi kejar-kejaran stok ASIP pas mau kerja, ASI tumpah atau botolnya pecah karena penyimpanan yang nggak bener, gitu-gitu aja deh! Jus pare? Ah itu mah, nggak ada apa-apanya :p

Beberapa bulan menjelang Langit 2 tahun, gue udah mulai hipnosis dia bahwa menyusu hanya untuk bayi, Langit kan udah besar :D Sebulan menjelang 2 tahun, gue udah mulai hilang akal, karena Langit terus menyusu.

Kenapa gue harus mengakhiri proses menyusui ini sesegera mungkin?

Satu-satunya hal adalah karena cidera pundak kanan gue yang semakin parah. Cidera ini dikarenakan semenjak kerja, gue menyusui Langit sambil tiduran miring. Dan gue selalu miring ke kanan. Hampir 2 tahun miring ke kanan, mengakibatkan pundak gue kaya ada yang bergeser gitu. Sakiiiit banget!
Hal ini mengakibatkan gue sering marah-marah kalo Langit mulai minta nyusu atau kebangun tengah malam untuk nyusu. Oh iya, perlu tau, ya, Langit itu susah banget tidurnya!

Akhirnya gue menggunakan cara yang seharusnya nggak gue lakukan  untuk menghentikan Langit menyusu. Pake tensoplas. Cuma 1 hari, Langit nggak mau menyusu. Setelahnya, pake sistem gendong, baca buku, nyanyi-nyanyi dan oh iya, gendong sambil naik turun tangga sampai dia tidur.

Setelah nggak menyusu, antara lega tapi juga nyess gitu hati gue. Apalagi membaca sharing Hani di Mommies Daily yang menyusui sampai Jehan usia 3 tahun, diam-diam gue suka ngebatin "kenapa sih, gue nggak segitu sabarnya menghadapi keinginan Langit menyusu?". Hiks.

Merasa bersalah? Tentu.

But in my defense, gue alhamdulillah sudah melakukan yang direkomendasikan baik segi kesehatan atau agama, yaitu menyusui setidaknya sampai usia 2 tahun.

Keberhasilan gue menyusui ini, menurut gue satu prestasi gue sebagai perempuan yang iksis *halah*. Yah, abisnya, masak nggak bisa, melahirkan pake operasi, apa lagi yang gue banggain *lebay*.

Menyusui bukan hanya proses memberikan makanan untuk bayi. Tapi menyusui membuat diri gue lebih baik, bisa bikin gue bisa memilih mana yang lebih penting (nongkrong sama teman-teman atau segera pulang karena ASIP yang terbatas), hidup lebih sehat (babay merokok, selamat datang aneka sayuran), disiplin (kalau nggak merah ASI lebih dari 2 jam, selain payudara penuh, bahaya juga kalo sampai clogged), berbagi (konsep eating for two, sebenernya nggak bener juga, tapi untuk gue yang doyan makan, bisa jadi pembenaran banget :)) ), dst dsb.


Makanya lewat berbagai media yang bisa gue manfaatkan, seperti Mommies Daily baik website ataupun twitter, akun twitter pribadi serta blog pribadi, untuk menyebarkan tentang ASI. Sutralah ya, kalau masalah keunggulan ASI endesbre-endesbre, semua orang sudah pada tau. Yang mau gue tekankan adalah, bahwa menyusui itu sangat pantas untuk diperjuangkan.

Breastfeeding is worth fighting for. Really.



Monday, August 27, 2012

And... It's A Wrap!

Bagi sebagian orang, malam ini adalah malam terakhir leyeh-leyeh sebelum besok berjibaku dengan rutinitas yang selama 11 bulan dilakukan.

Iya, nggak ada lagi bangun jam 3 pagi untuk sahur.
Nggak ada lagi pulang ke rumah lebih telat dengan alasan buka puasa bersama.
Nggak ada lagi berbondong-bondong memenuhi masjid untuk tarawih.
Nggak ada lagi harap-harap cemas kapan THR turun.
Nggak ada lagi keluhan pekerjaan rumah tangga numpuk karena ART mudik.
And the worst, yu dadah babay sama jalanan lengang selama libur lebaran.

Buat gue sendiri, besok merupakan hari pertama masuk kerja plus Langit perdana balik sekolah. Setelah balik sekolah, langsung angkut Langit ke kantor. Beruntung memang, saat ini berkantor yang mommy-friendly.

Kalau selama libur bisa bangun agak siang, karena selama ART nggak ada, gue nggak pernah nargetin rumah harus bersih jam berapa, dsb, maka besok kudu bangun pagi. Kemaren-kemaren, jalanin aja. Jadi keluar kamar bisa jam 8, jam 9, atau bahkan jam 10. Santai.

Santai, benar-benar gue jalanin selama libur kemaren. Masak, ya seperlunya. Alhamdulillah, suami gue pengertian kalau istrinya ini nggak bisa masak. Walaupun, kalau gue maksain masak, masih tetap dia makan.

Paling gue bebenah. Itu juga sejauh mata memandang aja. Ngepel, wajib. Karena emang gue nggak betah sama lantai lengket atau kotor. Nyuci, nyetrika, nah ini #tercanggih2012! Tahun ini bertahan tanpa laundry kiloan! Haha.

Ngurus anak, alhamdulillah juga Langit semakin besar semakin rempong-less. Awal-awal liburan, gue setiap hari keluar rumah. Bisa tuh dari jam 2 sampai jam 9 malam, keliling-keliling Jakarta aja, mumpung jalanan juga lengang.

Suami juga kebetulan kerjaannya agak longgar di lebaran kali ini. Jadi selama gue libur, dia ikutan libur. Paling ada beberapa ketemuan orang untuk ngomongin kerjaan, tapi sebisa mungkin, ya menghabiskan waktu bareng-bareng. Kami nggak keluar kota atau kemana-mana tahun ini. Jadi warga Bekasi asli! :p

Aduh, pokoknya alhamdulillah banget, libur lebaran kali ini gue santai sesantai-santainya kaya di pantai! Ini semua juga berkat anak dan suami yang alhamdulillah manis-manis aja perilakunya selama liburan :D Makanya gue ga stres. Menurut gue, kalau kita menjalani segala sesuatu dengan santai dan nggak berekspektasi tinggi terhadap suatu hal, bakal lebih ringan semuanya.

Rumah gue ga kinclong-kinclong amat selama libur, tapi bersyukur masih nggak hancur berantakan. Masak? Duile, noh stock lauk segala rendang, dendeng, cabe teri bawang, ayam ungkepan, komplit! Kalo bosen, ya beli aja. Nggak ambisius. Sarapan, panggang roti, bikin pancake, makaroni skotel, puding roti, mah alhamdulillah masih kekejar.

ART belum balik sampai saat ini. Panik? Nggak lah. Alhamdulillah dia balik, berangkat dari kampungnya tanggal 28. Lama amat? Biarin deh, setahun sekali dia mudik yang cukup panjang, ya cuma pas lebaran doang. Hitung-hitung sekalian dia recharge energinya.

Paling yang bikin panik adalah harus bangun pagi lagi setelah hampir 2 minggu kebangun dalam kondisi leyeh-leyeh dan bisa ngomong "5 menit lagi ah" yang diulang sampe 10x :p

So, it's a wrap! It's time to face the reality :D


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, August 20, 2012

Things That I've Learned

Hari ini umat muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Setiap akhir bulan Ramadan, gue selalu berharap bisa menikmati Ramadan tahun depan, berikutnya, dan seterusnya.

Hal lain yang sudah pasti, gue biasanya mengambil highlight yang gue pelajari di bulan tersebut. Tahun ini, gue belajar banyak untuk bertoleransi.

Gue selalu bilang, dalam pernikahan selain cinta harus ada toleransi antara kedua pihak. Sejauh mana seorang istri bisa mengucapkan kalimat nyinyir ke suami, sejauh mana seorang suami bisa memberikan toleransinya. Jika nggak bisa toleransi antar keduanya, maka akibatnya, apakah bisa saling mengerti dan tetap bertoleransi atas akibat tersebut?

Gue belajar untuk mengerem omongan. Kita nggak pernah tau, sejauh mana sebuah kata bisa menyakiti pihak lain. Gue jarang ngomong, tapi marah gue biasanya akan mengeluarkan kalimat yang menyakiti orang lain. Kadang gue suka sebel kalo gue terlalu tau kalimat apa yang bisa menyakiti orang lain begitu dalam. Dan gue sering menyesali ketika udah melontarkan kalimat tersebut. I hate that.

Mirip dengan toleransi, adalah memaafkan. Sejauh mana batas toleransi kita bisa memaafkan kesalahan seseorangn, bahkan yang terlalu dalam atau sudah sekian lama. My father taught me about this.

Gue merasa sedikit banyak punya kesamaan sikap sama bokap. Jarang ngomong kalau ada masalah, sekalinya ngomong bakal nyakitin.

Tapi tadi, praise the Lord, bokap meruntuhkan dinding egonya dan mencoba bertoleransi terhadap orang lain. Ya Allah, gue senangnya bukan main.

Berkah banget Ramadan tahun ini buat beliau. Memaafkan menjadi benar maknanya di hari kemenangan ini. Memaafkan jadi begitu indah, buat gue (dan semua pihak yang terkait) menyaksikannya. *ngetik ini pun gue masih menitikkan air mata*.

Terimakasih ya Allah, udah mengizinkan aku untuk menikmati hari yang penuh maaf tahun ini..

Oh btw, ada kasus lain tentang toleransi.
Udah tau dong, dong, dong, bahwa gue ga bisa masak? Sahur terakhir, akhirnya gue masak from the scratch (setelah sebelumnya hanya manasin, goreng telor atau oseng2 berkat bumbu jadi) untuk Igun.

"Emang kamu mau makan kalo dimasakin itu?"
"Yah, coba aja"

Jam 1 malam pun gue potong-potong buncis, bawang, dan kawan-kawan, tak lupa kucurin saos tiram untuk manipulasi rasa :))

Alhamdulillah dimakan. Dan Igun masih hidup.

Komentarnya cuma, "kebanyakan bawang bombaynya".
Emang dah, pernikahan kudu banyak toleransinya :)
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, August 17, 2012

The Bright One

Sadar dong, di setiap keluarga pasti ada 'the bright one'. Yang kehidupannya berjalan mulus, prestasi sempurna, the one we can hold on, kehidupannya nyaris tanpa cacat.
In my case, my sister is the bright one.
She's a straight A student, sebagai kakak, tentu semua orang berharap gue menjadikan dia panutan. Sekolah, gue selalu menjadikan kakak gue patokan, SMP yang ia masuki, gue juga harus masuk situ. Ternyata nggak. Ndilalah, pas SMA, entah dapat keajaiban darimana, NEM gue lebih bagus. Tentu berharapnya bisa masuk SMA yang sama. Eh ternyata nggak. Demikian dengan kuliah, kakak gue lulus UMPTN. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang sederhana, udah pasti bokap nyokap berharap gue dapat negeri juga. Eh, ternyata nggak.
Pekerjaan, bisa dibilang, sedikit banyak terpengaruh dari kakak gue. Tapi kalo ini, kebetulan sejak sekolah, gue cukup bisa dibanggakan untuk hal yang berurusan dengan Bahasa Indonesia dan menulis, eh tepatnya mengarang! Jawaban-jawaban soal ulangan gue itu kebanyakan improvisasi! :)) Nah, bermanfaat kan, untuk pekerjaan gue yang kebanyakan berkaitan sama dunia menulis.
Tapi ya itu, kakak gue bisa betah dalam 1 lingkup kerja bertahun-tahun. Sementara gue? Senang mencoba tantangan baru :D
Love life. Hadeeeeh, udah deh, my sister never fall in love with a wrong man. Semua yang dia bawa ke rumah ibaratnya udah lolos QC :))
Sementara gue, berkali-kali kenanya sama bad boy. Sekalinya pacaran sama yang bener, gue-nya ga bener :))
Kehidupan pernikahan pun, mungkin gue cuma melihat dari luar, ya. She's got all, alhamdulillah. A very nice husband, a pretty daughter, sekarang jadi jago masak, dst dsb.
Sementara gue, bolak balik berantem. Eh, alhamdulillah, bolak balik setidaknya masih ada kata 'balik', ya? :D
Mungkin kalo kakak gue bikin blogpost tentang gue, judulnya 'The Rebellious One' :D
Ada yang pernah baca komik Seven Magic? Nah, disitu Nana kan selalu 'membedakan' dirinya dengan Yuri, kakak kembarnya yang cantik, lemah lembut, dst. Gue sih, ngakuin aja, sepertinya itu yang terjadi sama gue.

Kami dekat, dekat sekali. Nyokap 'memaksa' kami untuk sekamar seumur hidup kami. Mungkin ini yang bikin gue deket banget sama kakak gue. Berantem? Sepanjang ingatan gue (yang kebetulan ga terlalu panjang ini), yang paling parah cuma pernah 1x. Penyebabnya apa, gue lupa *tepok jidat*. Sisanya, paling berantem gegara ga mau matiin lampu atau cabut charger handphone.
Dulu jaman masih liputan suka ketemu di lapangan, kami pasti barengan duduknya lalu terlibat obrolan seru. Ga sekali dua kali orang-orang nanya, "kalian di rumah nggak ketemu ya?" :p
Saat udah nggak ketemu liputan, jangan sedih, kami clubbing bareng, main billiard, karaoke, nongkrong sampe subuh, dst dsb. Kalo orang-orang suka pada bilang temenan udah kaya sodara, nah gue kakak ade tapi udah kaya temenan :)
Eh, kalo ada yang baca blogpost ini dan anggap gue iri sama kakak gue, kalian salah buesaaaar.. I'm proud of her. Beneran!
Di atas gue bilang, the we can hold on to. Well, she's the one I can hold on to. Kalo ga karena dia, gue mungkin akan menikah dengan orang lain. Kalo bukan karena dia (dan suaminya yang superb) mungkin saat ini gue udah tinggal sama orangtua gue lagi.
Saat gue diajakin kawin, yang pertama gue kasih tau, ya kakak gue. Bukan sahabat, bukan nyokap. Banyak banget hal yang terjadi dalam hidup gue karena kakak gue.
Mungkin satu-satunya hal dimana gue bisa 'mengalahkan' dia adalah, tanggal kawin dan punya anak duluan :D
I know you love me, sis, but you know i love you even more :*
*judul blogpost ini udah lama ada di otak, tapi bingung isinya tentang apa. So, you are my inspiration :D
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®
















Monday, August 13, 2012

Photo Box

Kayanya photo box ini pertama kali nge-trend nyaris satu dekade yang lalu, ya (apa lebih?). Inget banget jaman SMA, sering photo box sama teman-teman se-geng. Photobox yang idealnya hanya 2-3 orang, bisa sampe 10- 15 orang masuk :)) Biarin cuma jempolnya doang, yang penting kepoto.

Terakhir gue photo box kayanya sama Igun pas lagi pacaran deh, sekitar 6-7 tahun yang lalu. Dan foto ini masih bagus dan kami simpan sama-sama di dompet masing-masing. Nggak sekedar disimpan, tapi jadi primary pic selalu lho, biar kata dompet udah ganti berkali-kali :)
wajah kami masih imut2 :))

Minggu lalu, gue punya ide untuk ajak bokap nyokap bukpus di luar. Selama ini kami beberapa kali buka puasa bersama, tapi biasanya di tempat nyokap. Apalagi kemarin nenek abis meninggal, jadi selama beliau kritis, pasca dan 7 hari setelahnya buka puasa selalu di tempat nyokap. Gue mikir, selama ini kita sering bukpus di resto, mal, cafe atau apalah, sama teman lama, teman kantor, dst dsb. Kenapa sama nyokap nggak? Apalagi bokap nyokap bukan tipe 'anak mal' (lah kok, anak? Yah ngarti lah ya, maksud gue). Mereka bukan nenek kakek penyambang mal-mal hip di Jakarta.
Akhirnya kakak gue bilang, yaudah meri kita coba ke Kota Kasablanka, mal yang relatif dekat dan lumayan kece (katanya).

Hari Minggu akhirnya kami memutuskan untuk ngajak bukpus di KK, tepatnya di Eat and Eat. Idiih, ngajak nyokap bokap cuma di Eat and Eat? Lah seperti gue bilang, bokap nyokap kebetulan (atau alhamdulillah) bukan orangtua yang high maintenance. Mereka yang ngajarin gue untuk hidup sederhana :')

Senang banget melihat mereka berdua senang. Senang banget bisa traktir makan walaupun mungkin nggak seberapa dan nggak sebanding dengan mereka kasih gue makan dan kehidupan selama ini.

Setelah makan, kakak gue ngajak photo box :D Tapi bokap, kakak ipar dan Igun nggak ikutan. Iyalah, mana mau :))

Here it is!
Langit dan Nadira seneng banget!
Terus mejeng juga bedua Langit di depan salah satu toko yang masih tahap 'opening soon' :D

pose andalan Langit (yang kemudian diikuti emaknya)



Wednesday, August 8, 2012

Random Memory

Sudah sejak lama gue pengen googling mengenai ingatan gue yang kadang suka random ini.
Tapi gue lupa.

Apakah gue termasuk pelupa atau pengingat?

Satu saat gue bisa ingat satu kejadian secara detail termasuk tanggal, baju yang dikenakan, lokasi hingga dialog.

Tapi di saat lain, gue bisa sama sekali lupa pernah melakukan sebuah hal.

Contoh:
Waktu masih umur balita, pernah ke Pasar Baru sama nyokap dan kakak gue naik bus patas. Gue pakai kaos lengan pendek warna putih lis merah, celana pendek merah. Pas pulang, kami duduk di kursi yang untuk 3 orang. Gue inget perasaan gue saat itu, nggak nyaman pake baju lengan pendek.

Atau,
Gue inget waktu SD sering dititip nyokap dirumah salah satu tante. Tapi gue nggak inget alasannya apa dan waktu itu kami pas tinggal dimana :|

Atau,
Kemaren pas bukber sama anak-anak Komando, salah satu teman bilang bahwa ia pernah pacaran dengan sesama anak kantor. Gue terkejut dan ketawa, "wah kok gue ga tau siiih?" Yang disambut tatapan heran anak-anak, "bukannya gue udah pernah cerita ke elo, Lit?" *facepalm*

Atau,
Beberapa bulan lalu terlibat perbincangan sama teman dan mantan pacarnya. Si mantan tanya, "rumah lo yang di Bekasi naik apa deh angkotnya kesana. Gue bilang, "semacam lo tau aja rumah gue". Teman gue bilang, bahwa waktu SMP dia dan si mantan pernah main ke rumah gue. Dan gue nggak inget sama sekali.

Atau,
Gue inget waktu kelas 1 SD kami lagi pelajaran olahraga di halaman sekolah, dan gue ngotot sama guru, bahwa mobil adalah benda hidup karena itu bisa jalan. LOL!

Masih banyak lagi yang saat ini gue lupa. Tapi pasti beberapa saat setelah klik publish, bakal inget.

Mungkin banyak ya, yang mengalami hal kaya gini. Kenapa gue sampe ngebahasnya lebih karena gue sering dibilang pelupa, tapi ada hal-hal yang gue yakin seyakin-yakinnya bahwa gue inget.

Pun dalam bercerita atau bertutur, I'm not a good story teller. Pasti ada hal yang terlewat dan baru keinget setelah menceritakan sesuatu.

Maka biasanya, kalau lagi ingat sesuatu, gue langsung catat. Nggak heran gue punya diary buku sejak SD. It helps me a lot. Terutama yang berhubungan dengan perasaan, bagaimana perasaan gue saat menghadapi sebuah hal.

Barusan gue googling untuk mencari hal yang tepat dengan 'masalah' gue ini. Sejauh ini belum ada istilah yang pas, sih. Yang memper, ya, palingan si 'random memory' ini.

Ada yang bisa membantu untuk menemukan kata kunci yang pas?



sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, August 6, 2012

Boys Don't Cry

Lagu ini di release bahkan sebelum gue lahir!
Oh by the way, yang gue maksud adalah lagunya The Cure. Pada tau dooong, band tuwir nan keren itu.

Gue agak telat sih, baru tau lagu ini pas SMP, yang berarti udah >10 tahun usia lagu ini. Pertama kali dengar lagu ini, langsung jatuh cinta. Apalagi sebagai orang yang cengeng, perlu banget nih, mengerem air mata :D

Makin kesini, makin aja gue nge'dalem'in lagu ini. Jarang banget gue nangis CUMA karena masalah cinta-cintaan. Bahkan gue lebih cenderung melawan kalo ada yang nyakitin *ceile*.Eh tapi apa ini karena gue selalu jadi pihak yang meninggalkan instead of ditinggalkan ya? #pret

Ini lirik lagu Boys Dont Cry, read it religiously :p

I would say, I'm sorry If I thought that it would change your mind, 
But I know that this time I've said too much Been too unkind
I try to laugh about it, Cover it all up with lies 

I try and laugh about it Hiding the tears in my eyes 

'Cause boys don't cry Boys don't cry
 

I would break down at your feet  
And beg forgiveness Plead with you 
But I know that It's too late  
And now there's nothing I can do
So I try to laugh about it, Cover it all up with lies 

I try to laugh about it Hiding the tears in my eyes  
'Cause boys don't cry
I would tell you that I loved you, If I thought that you would stay 

But I know that it's no use, That you've already gone away
Misjudged your limits, Pushed you too far  

Took you for granted, I thought that you needed me more
Now I would do most anything, To get you back by my side 

But I just keep on laughing Hiding the tears in my eyes 
'Cause boys don't cry
Boys don't cry Boys don't cry


Jadiiiii, kalau habis pisah atau tersakiti sama seseorang, lagu ini akan berkumandang nggak hanya dari playlist, tapi juga dari hati *aih matek* :))

Ada yang suka lagu ini?



Saturday, August 4, 2012

Today's Lesson

Setiap kali ketemu teman, entah itu teman baru, teman lama, sahabat, selalu ada yang bisa dijadikan bahan renungan atau pelajaran dalam hidup gue.
Tadi gue janjian sama anak2 Komando untuk bukber. Walau ternyata yang datang sedikit, its ok, yang penting jalanin aja.





Pelajaran pertama datang dari Toni atau biasa dipanggiil Mas Kaka. Mas Kaka non muslim, tapi tadi dia share cerita yang dia dengar dari seorang ustad. Mungkin udah ada yang pernah dengar, tapi coba gue ceritakan kembali, ya..
Ada seorang bapak dan anak berjalan di gurun pasir sambil menuntun keledai. Orang-orang yang lihat mereka bilang, "bodoh banget, kenapa keledainya nggak dinaikin?"
Akhirnya si ayah naik keledai dan anaknya berjalan disisi keledai. Ada yang melihat lagi dan bilang, "tega banget itu ayahnya, masa anaknya dibiarkan jalan kaki".
Si ayah merasa bersalah, ia meminta anaknya gantian naik keledai lalu ia berjalan di sampingnya. Komentar orang? "Anaknya ga tau diri, mash muda dan kuat, kenapa ayahnya harus jalan kaki?".
Si anak pun akhirnya mengajak ayah untuk menunggangi keledai bersama-sama. Ketika bertemu orang lain, "kasihan sekali keledai itu harus menanggung beban 2 manusia".
Lesson learned?
Apapun yang kita lakukan, pasti akan mengundang komentar dari orang lain. Kendati itu yang terbaik menurut kita. Apakah orang lain perlu tau alasan kenapa kita melakukan sebuah hal? Rasanya nggak. Selama kita tau apa yang kita jalan itu benar dan membuat nyaman, omongan orang kadang nggak perlu didengar.
Pelajaran kedua datang dari Teddy, bujangan galau karena nggak nikah-nikah :p
"Ngelihat teman-teman kerja gue mau cewe atau cowo, banyak yang selingkuh, apalagi gue suka tergoda sama yang lebih bagus", itu katanya.
Lesson learned:
Selesaikan masalah sebelum menikah. Karena menikah bukan solusi. Sama-sama keras kepala, pernikahan nggak akan bikin kepala masing-masing pihak jadi lembek :D. Masih suka tergoda sama 'barang bagus', puaskan dulu lah, kalau begitu. Menikah nggak selamanya indah, rumput tetangga lebih indah, eymm?
Gue bukan tipe yang setia amatan atau kecintaan banget sama seseorang. Tapi gue selalu berusaha menempatkan posisi andai pasangan melakukan hal yang gue lakukan, misalnya, gue bakal sakit hati dong, kalau suami telpon-telponan sama mantan. Makanya gue nggak begitu. Gue kesel dong, kalo suami pulang telat tapi ga ngabarin, makanya gue selalu ngabari kalau ada jadwal lain setelah pulang kantor.
Tapi ya itu tadi, pernikahan nggak selamanya indah. Ada aja debu, kerikil bahkan batu dan jurang diantara 2 manusia yang ada dalam pernikahan. Tinggal bagamana 2 manusia itu saling bertoleransi satu sama lain.
Jika sudah melampaui batas toleransi masing-masing? Yah, jawabannya dikembalikan pada diri masing-masing aja. Mau bikin jembatan supaya bisa nyebrangi jurang, atau biarin aja saling bersebrangan?


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®