Monday, April 13, 2020

Yogyakarta with Langit Day 1: Nonton Wayang Kulit!

Memang, melakukan sesuatu kalau cuma direncanakan nggak bakal kejadian, ya. Sama halnya dengan blogpost tentang perjalanan ke Yogyakarta bulan Januari kemarin. Udah nangkrin di draft sejak balik dari Yogyakarta. Terus dianggurin aja gitu. Wkwkwkw.

Bodo amat ya, gue ceritain aja jalan-jalan kami kemarin yang memang penuh makna banget!

Setelah tertunda sekian lama, akhirnya tercapai juga cita-cita Langit ke Yogya. Iya, setelah perjalanan kami ke Bali tahun 2018 lalu, sebenarnya Yogya adalah kota yang masuk dalam wishlist. Kenapa Yogya? Langit pengin lihat Borobudur. Sesederhana itu.

Awalnya, mau ke Yogya pas libur sekolah. Tapi berhubung bersamaan dengan libur natal dan tahun baru, kebayang penuhnya minta ampun. Selain itu, jujur aja, tiket pesawat dan hotel melonjak tinggi. Akhirnya gue putuskan untuk cuti dan Langit izin sekolah. Mumpung baru masuk sekolah, kan, jadi belum padat banget belajarnya.

Blogpost ini gue bikin itinerary per hari, ya. Supaya lebih mudah dan ingatan gue yang jangka pendek ini bisa dituangkan dengan tepat.

Hotel Adhisthana yang nyaman dan menyenangkan banget! Nulis review terpisah deh, ntar.

Pesawat kami tanggal 8 Januari pagi. Sampai di Yogya, jam 9 lebih. Beruntung, hotel tempat kami menginap, Adhisthana, mengakomodir permintaan untuk early check in.

Setelah istirahat sebentar dan salat zuhur, kami baru deh cus keliling! Hari pertama memang kami jadwalkan yang dekat-dekat dulu. Kebetulan menginap di area Prawirotaman, jadi dekat ke mana-mana.

Tujuan pertama, makan siang!

Kami makan di Warung Bu Ageng, yang jaraknya nggak sampai 1km. Awalnya mau jalan kaki, eh di jalan ketemu Abang Becak nawarin anter. Ya sudahlah. Pelajaran pertama, masalah rute dan biaya harus dibicarakan di depan, jangan sampai 'diketok'  harga belakangan. Hehe.

Warung Bu Ageng menyediakan makanan khas Indonesia. Jagoannya adalah nasi campur. Ada nasi campur ayam, daging, sampai paru. Gue makan nasi campur paru dan sayur lodeh karena katanya andalan di sana, Langit pesan ayam bakar. Seperti halnya makanan di Jawa, cita rasanya maniiiis. Langit yang nggak doyan manis, jadi kurang semangat makannya.



Buat ukuran Yogya yang terkenal makanannya murah, Bu Ageng memang cukup pricey. Tapi buat orang Jakarta, seporsi makan dengan harga 30 ribuan, udah murah, kan?



Dari Bu Ageng, sebenarnya kami mau ke Kraton. Tapi jamnya sudah mepet, akhirnya ke Museum Kereta. Museumnya kecil, tapi cukup bikin terpesona dengan koleksi kereta yang ada. Apalagi keretanya masih banyak yang digunakan walaupun usianya udah ratusan tahun.




Harga tiket masuk museum ini, berdua hanya 11ribu rupiah saja, tapi karena kami kalau ke museum senang menggunakan jasa guide, maka ada guide yang menceritakan sejarah masing- masing kereta. Guide di museum ini seorang Abdi Dalem. Gajinya per bulan hanya 5ribu rupiah. Kebayang nggak sih, buat ongkos Gojek sekali jalan aja nggak nutup.

Kalimat yang gue ingat dari bapak ini, "Buat Abdi Dalem, kerja itu nggak cari uang, tapi cari berkah". Wow, kena sih, di gue. Kerja memang tujuannya harus benar dulu, ya, kan jadi berkah. Kalau sudah berkah, nilai seberapa pun akan jadi cukup. Buktinya si bapak punya 3 anak, semuanya lulus sampai kuliah. Canggih.

Dari Museum Kereta, kami ke Museum Sonobudoyo yang letaknya tinggal jalan kaki aja. Museum ini megah dan bagus banget, sih. Harga tiketnya dewasa 3 ribu, anak-anak 2,5k. Ajegile, kan?


Isinya banyak sejarah Indonesia mulai dari peradaban, sosial, budaya, dan seterusnya. Mirip sama Museum Gajah di Jakarta.



Hal yang unik dari Sonobudoyo, ada bioskop gratis buat semua orang. Mini bioskop, sih, dengan kapasitas sekitar 20 orang. Tapi sangat rapi, bersih, dan nyaman. Film yang diputar adalah karya filmmaker lokal jadi tentu saja berbahasa Jawa. Gue dan Langit cukup menikmati, kok.



Selesai nonton, kami balik dulu ke hotel buat istirahat dan mandi. Secara berangkat dari Jakarta subuh, kan.

Sekitar 18.30 kami berangkat lagi, ke… Museum Sonobudoyo! Lah, balik lagi?

Iya, mau nonton Wayang Kulit yang memang ada setiap malam di museum ini. Tiketnya 20k saja per orang. Dilaksanakan di gedung serbaguna Sonobudoyo. Kapasitasnya besar, tapi pengunjung malam itu paling hanya 20 orang. Dan wisatawan internasional semua. Kecuali kami berdua. Hehe.


Malam itu lakonnya Kematian Rahwana. Bahasa yang digunakan, tentu saja Bahasa Jawa. Paham, Lit? Ya enggak, dong. Tapi karena udah tahu jalan cerita, jadi cukup menikmati dan jadi bahan diskusi ini siapa, itu siapa, dsb.



O iya, wayang kulit kan biasanya semalam suntuk, ya. Nah, kalau di sini hanya 2 jam dari jam 20.00- 22.00, nggak dimainkan semua detail adegannya. Konon karena kebutuhannya memang untuk show ke pengunjung museum yang mungkin hanya sekadar ingin dapat pengalaman baru dengan menonton wayang kulit.

Sebelum nonton wayang, kami makan dulu di resto persis sebelah museum namanya Bebakaran. Menunya ayam, ikan, dkk bakar, goreng, dsb. Standar, sih. Cuma cita rasa sesuai dengan lidah Langit yaitu pedas, jadi dia semangat makan deh. Harga? Wah, ini muraaaah. Per porsi ayam bakar/ lele bakar 16k saja udah sama nasi. Juara dah!


Sekitar jam 10-an, kami pulang deh, ke hotel. Alhamdulillah day 1-nya selesai dengan bahagia, tingal tidur sambil tersenyum bahagia..







Thursday, April 9, 2020

Halo 2020, 3 Bulan Kemudian

Kata orang, time flies when you're having fun. Nah, kalo kita sudah mengalami begitu banyak kejadian tapi waktu baru berjalan sebentar itu apa artinya kita nggak having fun?


Buat gue pribadi, tahun 2020 ini, menakjubkan. Menakjubkan dari sisi, ketika melihat ke belakang, "LAH KOK BARU 3 BULAN NIH 2020?!"

Januari 
Wajah kami saat belum mandi dari 31 Desember sampai 2 Januari. LOL.
2020 diawali dengan banjir. Banjir paling gedeeeee setelah sekian lama nggak banjir. Gue tinggal di rumah yang sekarang ini udah hampir 4 tahun dan nggak pernah mengalami banjir. Secara rumah gue pas di tanjakan. Tapi di tanggal 1 Januari pagi, dikagetkan dengan kedatangan saudara yang tinggal di komplek sebelah ngungsi karena rumahnya kebanjiran. Pas gue tengok depan pagar, wow, banjirnya udah sampe 2 rumah sebelum rumah gue! 

Rumah gue persis di depan mobil silver sebelah kiri foto
Setelah banjir, di bulan Januari gue sempat jalan-jalan sama Langit ke Yogya. Menghabiskan waktu sekitar 5 hari di sana.

Akhirnya cita-cita Langit lihat Borobudur secara langsung TERCAPAI!

Tuh ya, Januari gue pribadi aja udah ada 2 hal besar yang memorable.

Februari

Ulang tahun. Ahelah, shallow banget ya? Walaupun gue nggak yang merayakan ultah gimana-gimana, tapi tanggal ultah tuh gue jadikan salah satu momen pengingat aja dalam hidup.

Langit Si Tiap Tahun Beliin Kue Buat Ibu Pake Duitnya Sendiri :')
Makanya gue inget banget, setelah gue ultah ada 1 lagi banjir gede yang mirip seperti tahun baru kemarin. Luar biasa bukan?

Kelihatannya cetek ya? Jalanan di situ tanjakan, depan rumah yang cat hijau itu sepaha orang dewasa
Jadi moderator di event Single Moms Indonesia dan Klikum. Tentang Single Moms Indonesia, gue pernah nulis obrolan gue dan Maureen, founder-nya, di sini. 


Sementara Klikum adalah platform/ wadah berbagi masalah hukum dengan gaya casual yang digagas oleh Mido dan kawan-kawan pengacaranya. Follow dong, sis, @klikum.

Ini sebagian bapak-bapak pengacara di balik Klikum
Di bulan ini juga pembicaraan mengenai Corona mulai rame diobrolin di mana-mana. Di beberapa negara tetangga terdekat Indonesia, Singapura salah satunya, udah mulai ditemukan pasien yang positif.


Tentunya hal ini bikin gue deg-degan karena..

Maret

.. di bulan ini harusnya gue nonton Greenday di Singapura. Band yang terakhir (dan pertama kali) ke Indonesia di tahun 1993, dan tentu saja saya tidak nonton. Bukan karena nggak boleh karena masih piyik, tapi juga kaga ada duitnya. Wkwkwk.

Setelah nunggu 27 tahun, harusnya nonton dong ya. Tiket konser udah beres, hotel aman, pesawat juga. Seminggu sebelum tanggalnya, konser dibatalkan. Walaupun nggak dibatalkan juga keliatannya gue nggak berangkat, sih. Pas banget di Singapura lagi rame-ramenya Corona. Kayaknya egois banget kali gue tetap berangkat. Andai gue kuat-kuat aja, masi ada kemungkinan gue jadi carrier kan? Naudzubillahimin dzalik.

Pengumuman pembatalan yang baru keluar 28 Feb, H-9 T__T
Ndilalah, awal Maret pemerintah Indonesia mengumumkan kasus positif Corona. Jumlahnya terus bertambah, sampai hari ini di angka ribuan (dan disinyalir, angka sesungguhnya ada berlipat-lipat. Wallahualam).

Pertengahan Maret, tepatnya 16 Maret 2020, jadi hari terakhir gue menikmati perjalanan Bekasi- Sency. Hari itu kami memutuskan bahwa ranah sosmed bisa dilakukan secara remote alias kerja di rumah, kecuali ada beberapa anggota tim yang memang bertugas merekam siaran TV harus terus bertugas. 

Situasi Senayan City di 16 Maret hari terakhir gue ke kantor. SEPI BANGET :'(
Sampai hari ini, 9 April 2020, artinya udah 23 hari gue di rumah. Dan di rumah ini, gue menyikapi dengan serius. Bener-bener di rumah aja, not even keluar pagar. LOL.

Pemandangan harianku selama 3 minggu ini
Walau akhirnya perdana keluar pagar seminggu yang lalu karena ada penyemprotan disinfektan dan 2 hari belakangan ini muter-muter naik mobil (nggak turun sama sekali) sama Langit.

Kantor gue terakhir diumumkan, bekerja di rumah sampai tanggal 19 April. Dengan perkembangan yang ada saat ini, entah akan gimana. Tapi yang jelas, kerjaan sih nggak berubah. Masih gas teruuuus!

April

Bulan ini baru jalan 9 hari. Jumat 3 April kemarin tiba-tiba dikabari pihak sekolah Langit kalau hari Senin, 6 April, ujian akhir sekolah. WEW.

Masih bersyukur, ujian sekolah Langit hanya praktik aja, nggak ada ujian tertulis. Jadi misal IPA membuat maket dan rangkaian listrik, Bahasa Indonesia bikin pidato lalu dipresentasikan, dsb. 

Yah begitulah kami di rumah :")
Sejak bulan Februari, gue emang udah niat: pas Langit ujian akhir, mau cuti biar fokus nemenin dia belajar. Kebetulan cuti bawaan dari 2019  gue yang harus habis bulan Juni juga masih banyak. Eh, beneran dia ujian bisa ditemenin. Walaupun kondisinya tidak ideal, tapi maksudnya sama. Tuhan punya rencana.

Bulan ini juga Langit ulang taun tanggal 25 nanti. 12 tahun. Udah besar, anak gadis. Oiya, tanggal itu juga Ramadan dimulai.

Memang kondisi saat ini nggak mudah buat kita semua. Udah banyak dengar cerita sedih ,mulai dari pengurangan karyawan, bisnis merugi bahkan minus, belum lagi mereka yang mencari penghasilan di 'jalan', dsb. Tapi gue cuma mau bilang supaya..

mau gimana lagi :"
Semoga bulan Mei dan bulan-bulan berikutnya, hanya ada kabar baik. Di mana kita bisa bilang, "Wah nggak kerasa ya, tau-tau udah mau tahun baru", yang mana artinya, kita bersenang-senang sehingga waktu cepat sekali berlalu. Semoga. Aamiin.