Sunday, March 10, 2019

Langit Si Pemakan Segala


Tahun 2018 kemarin diwarnai sama satu pengalaman baru gue yaitu Langit dirawat di RS. Sudah pernah gue tulis juga, sih, di sini.

Nah, yang belum gue ceritain adalah sekitar 2 minggu keluar RS itu, kami balik lagi ke RS yang sama. Alasannya sederhana: Langit mengeluh sakit saat buang air besar.

Kedengarannya lebay, ya, cuma sakit pas BAB aja sampe ke RS. Kalo 2 minggu sebelumnya nggak dirawat, sih, gue juga mungkin nggak akan bawa ke RS, ya. Tapi gue ngeri aja ada apa-apa yang terhubung dengan sakitnya kemarin itu.

Singkat cerita, alhamdulillah nggak kenapa-kenapa. Walaupun sudah sangat menguras emosi dan kesabaran serta finansial. Haha. Ya gimana enggak, karena sampe harus semacam di-rontgen untuk dilihat pencernaan bagian dalamnya bekerja dengan baik apa enggak. Lumayan lah, kalo gue becandanya “Perkara BAB aja sampe ngabisin jutaan” hiks. Demi anak, yekaaaan..

Anyway, gue akhirnya mencoba menelaah kenapa Langit parno sama rasa sakitnya saat BAB kemarin.


Selama ini Langit dan urusan nomor 2 itu alias BAB, nggak pernah bermasalah. Dia cenderung lancar ke belakang, nggak pernah sembelit, lah. Karena memang anak gue ini kan doyan banget segala macam makanan yang berserat dan membantu melancarkan pencernaan, ya, macam sayur, buah, yoghurt. Kalo mau somse, kebutuhan serat anak gue aman! Ya masa ada anak SD bekal ke sekolahnya buat snack itu sayur asem? Atau makan aneka sayur cuma direbus doang juga lahap. Intinya sih, pencernaan anak gue ini alhamdulillah nggak pernah ada masalah.

Makanya mungkin, pas kemarin rada butuh perjuangan buat BAB, dia kemudian jadi parno.

Banyak yang suka komentarin makannya Langit, kok enak banget, apa aja mau?

Gambar dari sini
Tahun 2012 apa 2013 gitu gue pernah baca buku French KidsEat Everything yang intinya sih, sharing hal apa aja yang dilakukan orangtua di Perancis sehingga anak-anaknya mau makan apa aja. Dari sekitar 10 hal yang dibagikan di buku tersebut, ternyata gue sudah menerapkan sebagian buat Langit. Misalnya:

Anak makan apa yang orang dewasa makan


Langit makan table food sejak usia 1 tahun. Pokoknya begitu diklaim aman untuk makan table food, cus langsung! Tentunya disesuikan juga, nggak ujug-ujug di rumah masak ayam balado terus Langit ikut makan itu, yaa.. Jadi di awal-awal itu masaknya sop, sayur lodeh, oyong, bayam, dkk. Kalo lagi masak sayurnya yang ditumis, ya Langit makan sayur yang sama tapi versi kukus. Misalnya bikin tumis buncis, maka Langit makannya buncis kukus. Bikin brokoli saus tiram, Langit makan brokoli kukus. Dan seterusnya. Itu sayur, kalo protein ya sama aja. Bikin ayam balado, maka Langit makan ayam goreng. Bikin rendang, Langit makan empal. Dan seterusnya.

Anak nggak perlu suka, tapi harus mencoba.

Gue nggak maksain Langit untuk suka sama semua makanan yang gue suka. Karena ternyata, ada juga makanan yang dia kurang suka. Misalnya hati ayam/ sapi, itu dia nggak suka. Tapi tentunya dia bilang nggak suka setelah mencoba. Waktu di bawah setahun, pernah gue bikin bubur saring pake hati ayam. Dia nggak suka. Kemudian di atas setahun, gue cobain lagi makan hati ayam, dia nggak suka. Usia balita, gue cobain lagi ternyata masih nggak suka. Bahkan sampai sekarang masih suka gue suruh coba, dimakan dulu sih sama Langit, tapi endingnya nggak suka.

Nggak apa-apa juga. Seenggaknya anak bukan yang bilang nggak suka sesuatu yang dia belum coba. Dengan begini, dia udah punya preferensi rasa karena pernah coba.

Langit akhirnya selalu jadi penasaran sama menu yang gue pesan

Makanan bukan hadiah atau hukuman, bahkan sogokan

Dari dulu kayanya gue bukan yang tipe “Rapor kamu bagus, ayo makan enak”, atau “Ini ultah kamu, ayo makan enak”. Kapanpun mau makan enak, mau makan di tempat yang agak mahal, [selama ada duitnya dan promonya, maklum #ibubijak] dsb, ya makan aja. Lebih kaya, yang penting makan dengan siapanya bukan di mananya.

Tapi ada satu yang gue kurang setuju dari buku ini, yaitu nggak ada snack time. Waaaw, kalo nggak ngemil rasanya bukan orang Indonesia!

Gue selalu sedia camilan di rumah. Tapi, karena kami pecinta buah, maka snack yang ada berkisar antara buah, susu, puding, yogurt. Udah itu aja. Bukannya sok sehat, tapi nyata adanya.

Lagian camilan-camilan itu kan gampang banget disajikannya. Buah, tinggal caplok. Susu, tinggal tuang. Puding, ya bikin sendiri dan Langit mah puding standar banget, dikasih nata de coco aja udah bahagia. Nah kalo yogurt, ini seriusan selalu nyetok. Baik yang minuman ataupun yang biasa.



Jatah Langit itu selalu ada Yo! Tahu kan Yo? Itu lho, Heavenly Blush Yo! Yogurt. Kalo biasanya yoghurt identik buat orang dewasa yang mau minuman sehat/ diet, Yo! Yogurt for kids ini diciptakan untuk anak-anak yang biasanya susah makan buah atau sayur. Lah, kok, sayur? Iya, Yo! Yoghurt, pertama dan satu-satunya di Indonesia ini mengandung serat buah dan sayuran yang enak dan disukai anak. Ada banana berries broccoli, mango carrot, lychee spinach, dan raspberry pumpkin. Kan selama ini pasti kenalnya yoghurt rasa buah, nah, Yo! Yoghurt campuran antara buah dan sayuran. Kebutuhan serat sayur buah sekaligus bisa didapat dalam 1 kemasan. Praktis banget, apalagi buat buibu yang anak-anaknya kurang suka/ pemilih untuk makan buah atau sayur. 

Jangan mikir rasanya aneh karena campuran sayurnya, ya, karena seriusan ini enak banget!



Cek lebih detail tentang Heavenly Blush Yo! di sini ya: http://bit.ly/HBYOKIDS

Anyway, walaupun Langit pemakan segala dan kayaknya pencernaannya aman-aman  aja, tetap dong ya nggak boleh takabur. Kebetulan gue memang cukup concern sama kesehatan, jadi di rumah memang selalu makan makanan yang dimasak fresh, jarang banget frozen food sebagai lauk. Demikian juga kalo ngajak Langit makan di luar itu, kalo anak-anak lain mungkin hobi makan fast food, maka kalo Langit ditanya, "Hari ini kita mau makan di mana ya?", seringnya jawaban dia adalah "Aku mau penyet-penyetan, Bu!". Memang anaknya Maulita, sih, seleranya makanannya selama ada sambal maka kami bahagia! :D





Tuesday, March 5, 2019

Xiaomi Yunmai 2, Kado Buat Diri Sendiri


Gue nggak pernah membeli sesuatu yang kemudian diklaim sebagai hadiah buat diri sendiri. Kalo mau beli, ya beli aja. Nah,di awal Februari tiba-tiba kepengin beli timbangan yang menganalisis komposisi tubuh. Soalnya dulu-dulu suka ngecek dan hasilnya ok-ok aja. Tapi udah lamaaa banget nggak ngecek.


Setelah cari-cari, eh kok mahal. Nggak jadi ah. Terus inget kalo pernah lihat timeline suaminya Rini, Dicky @pelaricupu, yang share analisis body-nya. Setelah tanya-tanya, cus langsung dikasih link buat beli juga. Baiklah. Tokped, aku padamu!

gambar dari sini

Timbangan ini merek Xiaomi, namanya Yunmai 2. Dia bisa connect ke hp kita, asal udah install aplikasinya. Awalnya gue install aplikasi Yunmai langsung. Setelah seminggu pemakaian tau-tau dia berubah! Sama aja kaya orang pacaran, awalnya manis tau-tau berubah #lah

Aplikasinya minta gue untuk download versi China. Ngok! Kesel banget.

gambar dari sini

Akhirnya nanya lagi sama Dicky (siapa lagi?!) dia bilang install aplikasi Mi Home lalu pilih location-nya China Mainland. Baiklah.

Berhasil!

Sekarang tinggal komentarin hasil analisis dia ya.

Yang pasti sih, syok lah gue. Berat badan naik, body fat naik, metabolism age naik, hadeeeh.. Walaupun dibarengi dengan muscle yang naik dan visceral fat berada di angka bagus plus BMI juga masih normal.

Ini yang namanya visceral fat, serem banget sih, aslik! Mungkin kapan-kapan gue tulis tentang ini, deh. Gambar dari sini

Syoknya kenapa?

Coba lihat hasil body analisys gue tahun 2015 ini. Kece lah ya metabolic age-nya. Hahaha!



Kan lo sering olahraga, Lit?

Jujur, olahraga gue rutin baru hampir setahun belakangan ini. Itu juga karena ikutan Guavapass di mana kalo nggak olahraga gue rugi, karena udah bayar. Sebagai #ibubijak, kepelitan gue tergugah.
Pas tahun 2016 pindah ngantor di Bintaro, gue bisa dibilang sedikit banget olahraga. Cuma 1-2 kali TRX, dan muaythai seminggu sekali palingan. Terus nyetir pula, yang artinya sangat mengurangi mobilitas berjalan kaki.

Olahraga di Hustle House, tempat favorit banget!

Belum lagi makan. Walau makan gue nggak jelek-jelek amat, tapi pasti kalorinya nggak seimbang dengan yang dikeluarkan. Kesel akutu!

Memang kita nggak bisa patokan sama berat badan. Karena kebetulan ada muscle gue yang naik. Tapi karena biasanya body fat gue di angka awal 20-an, sekarang di atas 25, kan w kesel.

Alhamdulillah udah lumayan rutin olahraga. Berarti, tinggal makan yang dibenerin. Sebenernya udah lama juga sih nasi itu gue ganti pake beras merah atau oatmeal. Tapi karena ada keinginan (kalo nggak mau disebut target) untuk menurunkan angka-angka yang tinggi itu, maka gue lagi coba untuk cut carbs baru jalan sebulan, sih. Nggak sepenuhnya juga. Dalam seminggu ada 1-2 kali gue makan nasi merah/ oat. Sisanya, makan sayur dan lauk pauk doang.

Progress-nya ya belum kelihatan. Tapi so far turun sekilo. LOL.

Kekeuh amat, sok-sokan mau nurunin berat badan dsb endesbrei-endesbrei..?

Dari dulu gue olahraga dan milih makan sehat itu cuma satu tujuannya: gue pengin sehat. Makanya, gue ini adalah salah satu usaha yang gue jalankan..



Gue pengin nemenin Langit sampe dia nikah, punya anak, dsb DALAM KONDISI SEHAT. Bukan buat bikin perut kotak-kotak, lengan berotot, dkk. Nggak ada yang lihat juga, cuy?! Nggak bisa dipamerin! Haha. Paling pamer muscle ke Langit doang >_<



Friday, March 1, 2019

Dilan 1991, Masih Gemas Nggak?


Luar biasa! Hari pertama film Dilan 1991 sudah dapat penonton 800.000! Dan gue berada di antara 800ribu penonton tersebut.



Iya, semalam udah nonton Dilan 1991. Jadi, sejak pertama sekuel film Dilan 1990 ini mau dibikin, anak-anak Crimson di grup Republik Cinta [LOL], udah janjian mau nonton di hari pertama. So, ketika buka PO tiket di tix.id, langsung deh beli. Sayangnya kelamaan eksekusi, jadi nggak dapet deh tuh promo buy 1 get 1-nya #ibubijak

Untuk mempercepat review, langsung aja nih ya. Gue coba nggak spoiler, walaupun kalau untuk cerita harusnya sih, Dilanisme udah pada tahu gimana serta apa saja yang terjadi di buku Dilan 1991. Inti ceritanya mah, di sini Dilan dan Milea sudah resmi pacaran. Jadi di Dilan 1991 ini menceritakan gimana manis dan konflik selama pacaran sampai akhirnya mereka…. [ini perlu dikasih tahu nggak sih, akhirnya gimana?]

Anyway, yuk di-breakdown satu per satu.

Secara teknis

Much better dibanding Dilan 1990 di mana ada green screen teraneh saat adegan Milea lagi di mobil sama Bundanya Dilan. Intercut alias gambar-gambar antar adegannya manis, pengambilan gambarnya juga lebih kece dan berani. Ada di adegan Dilan dan Milea berdua naik motor, kamera nge-swing dari depan ke belakang, smooth banget dan cakep lah!

Soundtrack juga masuk di saat yang tepat, memperkaya suasana haru di antara cerita.

Seperti di Dilan 1990, film ini juga banyak menggunakan sistem VO atau voice over dari Milea sebagai pengantar cerita. Hal ini menurut gue bikin kita, penonton, merasa lagi dibacain buku aja tapi adegan-adegan yang selama ini hanya ada di imajinasi kita saat membaca buku, diperankan langsung sama dua anak gemesh yang bikin kita semua jatuh cinta.

Makeup pemain di sini lebih soft, nggak semenor di Dilan 1990. Walau Wati emang rambutnya kece badai, ya, shay! Rambut pemeran Milea, Vanesha Prescilla saat syuting kan pendek, nah di sini disambung. Hmm.. menurut gue karena tahu aslinya berambut pendek, jadi keliatan agak aneh. Terutama saat dia lagi tiduran atau dipeluk, agak kelihatan tuh sambungannya. Tapi ya nggak mengganggu, sih.

Apa lagi, ya? Overall secara teknis nggak ada yang ganggu. Masih nyaman dinikmati.

Cerita

Yaudahlah ya, sih, udah pada tahu juga Dilan 1991 di buku gimana. Sekali lagi, gue berusaha nggak spoiler, nih, ya. Jalinan ceritanya buat yang nggak baca buku dan hanya nonton, masih oke, kok.
Buat yang baca buku, adegan-adegan penting di buku tergambar semua. Mirip kaya Dilan 1990. Adegan-adegan inti ada semua di sana. Tapi somehow, walau ini film durasinya 121 menit, masih berasa terlalu sedikit tergambarnya. Tokoh-tokoh di luar Dilan Milea [dan Bunda yang mendapat porsi cukup besar di film ini], perannya sedikit sekali.

Ada sih, sebenarnya adegan yang menurut gue harusnya nggak usah dimasukin ke film. Soalnya rada gengges dan bikin ilfeel. Tapi gue nggak mau kasih tahu yang mana. Coba yang udah nonton, silakan tebak di kolom komentar, ya.

Adegan paling bikin gue mo nangis [iya, MAU NANGIS, belum nangis beneran karena kemarin nontonnya sama pemirsa lawak, alhasil #gagalmewek] ada 2, yaitu di Dago Tea House dan Milea pindah rumah. NYESEK AKU, KAK!

Sementara adegan terbaik itu menurut gue adalah: Malam Penaklukkan. Yang baca buku pasti tahu, niiih. Seru pokoknya di sini. Sestudio ngakak seada-adanya!

Ceritanya udah ah, nggak mau review panjang-panjang. Wong udah pada tahu, plek sama kok dengan di buku. Gue rasa yang paling bikin penasaran para Dilanisme adalah hal ini berikut ini…

Kegemasan Dilan dan Milea

Iya kaaan? Ngakuuu?

Jujur, gue salah satu yang baper sama kegemasan dua anak ini. Iqbaal dan Sasha memerankan Dilan dan Milea dengan kece. Aktingnya dari hati. Jatuh cintanya di Dilan 1990 sangat kebawa di hati. Apa mungkin jatuh cinta beneran #eaa

Nah, selama jeda setahun dari 1990 ke 1991, kita semua juga tahu bahwa Sasha ternyata pacaran dengan orang lain. Tapi yang nge-ship mereka berdua, tetap setia. Banyak yang mengkhawatirkan chemistry keduanya karena status pribadi masing-masing. Gue juga. Apalagi pas syuting 1991, nggak ada beredar kegemasan mereka berdua di media sosial. Anyep! Nggak kaya pas syuting 1990. Di mana kemesraan/ kegemasan mereka berdua beredar di mana-mana.

Gue kebetulan, memang udah nggak terlalu ngikutin lagi juga. Jadi selow aja. Salah satu pemikiran gue saat itu adalah, di buku ke dua ini kan ceritanya mereka memang banyak konfliknya. Kalo di belakang layar mereka mesra-mesraan, bangun mood sebel, kesel, sedih, mungkin akan sulit.

Eh, nggak tahunya hal ini dibenarkan oleh keduanya di salah satu wawancara dengan media entah media mana, gue lupa saking ada di explore tab Instagram gue. Keduanya cerita kalo banyak fans yang mempertanyakan kenapa saat syuting nggak semesra dulu, karena ya memang harus begitu untuk memudahkan mereka membangun suasana yang harus mereka perankan. Kalo di 1990 kan memang harus memerankan lagi kasmaran, jatuh cinta, dsb dst, wajarlah kalo di belakang layar juga mesra.

Well, entahlah ini excuse apa bukan, tapi yang pasti mah buat Dilanisme mending kita percaya aja. Supaya menjaga kegemasan terhadap dua anak ini. Haha.

Anyway, belum terjawab ya, gimana kegemasan keduanya di Dilan 1991?



Tenang saudara-saudara…

MASIH GEMAS, KOK!

Yaaa masa nggak gemaaas? Pic from @dilanmileafc

Tatapan sayangnya Dilan ke Milea masih dalam, manjanya Milea ke Dilan juga masih dapet banget. Bahagianya mereka berdua, ngambeknya, dsb-nya, masih bikin baper. Pokoknya mah, bikin gue pas pulang nonton dengar lagu-lagu Adele dan mewek.



Yah, susah sih, ini membedakan mewek karena film atau masalah pribadi. LOL.

Overall, boleh jujur ya, jangan diomelin?

Dibandingkan Dilan 1990, gue masih lebih suka 1990. Mungkin ini preferensi pribadi, karena memang dari bukunya pun gue nggak suka 1991, karena Mileanya nyebelin. Karena aku bukan perempuan posesif kaya Milea, jadi saban Milea ngambek atau cemas ke Dilan, gue kaya yang “AHELAH, APAAN SIK. MAIN AJA SAMA WATI KAN BISA”.

Dan mungkin juga karena di Dilan 1990, efek surprise-nya besar. Surprise ternyata Dilan dan Milea semenggemaskan itu, surprise ternyata digambarkan dengan baik. Surprise ternyata Iqbaal dan Sasha di balik layar semesra itu. Ah!

Is it worth to watch?

Kalo nonton 1990, wajib nonton 1991. Nggak sah, kalo nggak nonton!

Kesimpulan setelah nonton ini:



Sampai ketemu di Milea!!