Friday, October 27, 2017

Dari Klien Jadi Teman



Pernah bekerja di beberapa perusahaan dan media, bikin gue sering ketemu sama klien. Kebetulan posisinya memungkinkan gue untuk ketemu sama orang-orang brand dan kebetulan juga aktif di media sosial sehingga banyak dari orang-orang brand ini akhirnya jadi teman. Apalagi kalau pihak klien punya minat yang sama, ketemu deh, pasti!

Banyak yang bilang kalau teman jangan dijadiin klien atau sebaliknya. Tapi nggak tahu kenapa, mungkin karena gue bukan orang bisnis yang punya batasan tertentu saat menghadapi klien, seringkali di gue pertemanan terjadi begitu aja. Dari sering ketemu pas event atau meeting, biasanya sering terselip obrolan casual, tuh. Nah kadang ada aja yang nemu chemistry-nya. Kemudian hubungan klien – vendor jadi pertemanan di dunia maya, di mana kita bisa mendapat informasi lebih detail dari kehidupan si klien. Obrolan setelahnya bisa jadi sifatnya personal. Kita jadi tahu hobi dia, anaknya sakit, habis jalan-jalan ke mana, dan seterusnya. Begitupun sebaliknya.

Buat gue yang pada dasarnya senang berteman, hal ini membawa beberapa keuntungan baik dari segi personal ataupun professional. Salah satu yang gue percaya adalah masalah networking. Walaupun kedengarannya basi, tapi percayalah ini kepake banget.

Contoh, salah satu ‘dari klien jadi teman’ gue adalah @yuna.kristina. Hampir 10 tahun yang lalu kami ketemu di acara kantornya dia. Terus dari situ jadi banyak pertemuan baik untuk acara resmi apalagi acara nggak resmi. Karena kebetulan sama-sama udah punya anak yang usianya sepantaran, sama-sama ibu bekerja, dan memiliki pandangan pola asuh yang mirip, jadi obrolan kami seringkali melintas bahkan ke arah curhat. Bukan seringkali kayanya, ya, tiap ketemu bawaannya curhat melulu. Haha.

Launch buku gue di Bogor, Yuna orang pertama yang gue 'todong' buat bantuin juga. hehe

Atau sama @biancafebriani80. Awalnya kenal waktu Bian megang salah satu brand anak yang populer di Indonesia. Eh nggak tahunya rumah kami deketan, anak seumuran, dan akhirnya satu sekolahan. Dan kami tergabung dalam #gankjemputan. Haha. Awalnya dari klien, ini beneran jadi salah satu teman yang saling curhat juga.

Senasib sepenanggungan :p

Siapa lagi, ya? Ah banyak, kayanya. Alhamdulillah.

Palingan kalo menurut gue, sebaiknya ketika urusan kerjaan ya kerjaan. Pertemanan ya pertemanan. Walaupun pasti dengan persahabatan ada banyak hal yang bisa kita kompromikan. Seenggaknya kita jadi tahu si teman [saat jadi klien] ini maunya kaya gimana sih, butuhnya apa, dan seterusnya.

Ada juga yang membatasi kalau udah temenan mendingan nggak usah ngomongin kerjaan. Gue sih, selama bisa saling bantu kenapa nggak?

Pada akhirnya dari klien jadi teman nggak melulu urusan kerjaan atau keuangan. Tapi ada unsur nambah sahabat yang nilainya melebihi apapun.

Lebay ya? Biarin. Gue emang gitu anaknya.

Tuesday, October 17, 2017

Buang Sampah Dari Kendaraan



Beberapa waktu lalu sempat viral video di mana seorang pemuda baku hantam dengan anggota TNI. Intinya sih karena Si Pemuda ini buang sampah dari mobil, kemudian kena muka istri anggota TNI yang sedang dibonceng oleh Pak TNI.

Waktu beritanya viral, gue nggak terlalu ngeh sama berita dan nggak nonton videonya. Kemarin, gue baru nonton videonya. Dan langsung emosi. Emosi yang terlambat, sih :D

Pertama, tentu mengenai buang sampah sembarangan. Gue mungkin bukan termasuk mereka yang cinta lingkungan hingga jadi aktivis. Tapi untuk urusan buang sampah di jalan, gue cukup disiplin. Kalo sekiranya gue nggak nemu tempat sampah, maka gue akan menyimpan sampah tersebut sampai nemu tempat untuk membuang sampah yang sebenarnya. Alias bukan nemu tempat yang bisa buang sampah secara diam-diam. Maksud gue, kalo cuma bungkus permen atau tisu bekas pakai, kan dibawa pun nggak berat. Memang sih, bungkus permen doang nggak akan menyebabkan banjir. Tapi kalau seluruh warga kota berpikiran sama, maka berapa banyak jumlah bungkus permen yang dibuang sembarangan?

Mengenai menyimpan sampah ini, gue jadi ingat Langit pernah ulangan soalnya tentang sampah. Pertanyaannya kira-kira, “Jika ada sampah, maka yang harus dilakukan adalah..”, pilihannya ada dibakar, dibiarkan dan disimpan. Karena sejak kecil Langit gue biasakan membuang sampah di tempatnya, dan kalau belum nemu tempat sampah maka sampahnya akan kami bawa, maka Langit menjawab pilihan yang “disimpan”. Gue juga sering ngomong sama Langit bahwa membakar sampah itu menyebabkan polusi udara. Pastinya dong, jawaban Langit disalahkan. Langit protes ke gue, kenapa jawaban dia disalahkan? Langsung deh, gue tulis catatan di buku komunikasi mengenai hal ini. Hehe. Ya gue nggak mau aja anak gue menganggap bahwa membakar sampah itu benar. Secara kan ya, udara saat ini tanpa ada yang bakar sampah aja udah cukup berpolusi.

Apalagi kalo udah jadi orangtua, malu sama anak!!
 Asal tahu aja bahwa membuang sampah dari kendaraan itu ada peraturannya lho, tercantum di Pasal 126 poin H dan jika terbukti membuang sampah dari kendaraan bisa kena sanksi denda hingga 500ribu rupiah.

Buang sampah dari kendaraan emang paling enak. Nggak kelihatan, karena mobil/ motor yang kita kendarai kan nggak terlihat, ya. Apalagi kalau di jalan tol. Cus! Palingan yang sial ya petugas pembersih jalan dan sial-sial ya, kena orang di belakangnya.

Gue ada beberapa cerita tentang kena sampah yang dibuang dari kendaraan:

Suatu hari lagi melaju di jalan tol Halim. Pas mau keluar tol, tiba-tiba mobil mewah depan gue buka kaca dan buang sampah dari jendelanya. Tahu sampahnya berbentuk apa? Semacam makanan besekan atau sampah makanan dalam kardus! Men, itu kan gede banget! Nggak kena mobil gue sih, tapi langsung terlindas mobil gue. Pengin gue kejar, tapi secara sini mobil ngekngok dan dese mobil mewah yekan? Nggak kekejar, lah. Gue nggak habis pikir, bisa-bisanya buang sampah segede gitu ke jalanan!

Kemarin anak kantor yang anak motor cerita, dia pernah juga kena puntung rokok [yang masih setengah menyala] yang dilempar dari jendela mobil. Kenanya persis di atas paha dia. Menurut lo? Langsung dia ketok itu kaca jendela mobil. Untung orangnya langsung minta maaf, kalo enggak ya mungkin diajak berantem juga :D

Lalu di status media sosial seorang teman, pernah dia lihat seorang laki-laki ngejar mobil yang habis buang sampah ke jalan. Setelah mobilnya kekejar, si pengendara motor mengetuk jendelanya dan mengembalikan sampah yang dibuang oleh si pengendara mobil sambil bilang, “Ada yang jatuh nih, dari mobilnya”. Hahaha! Very nice :)

Dan pasti banyak cerita lain yang pernah kita lihat, dengar atau rasakan perihal buang sampah di jalan. Kalau jadi yang buang sampah sih mungkin bodo amat, tapi kalau ketiban sial jadi yang kena sampah, kan bête! Gimana nggak bête, udah capek di jalan, kena polusi, macet dan segalanya, eh ditambah kena sampah dari sesama pengguna jalan?!

Atau kalo pun nggak kena orang lain, coba lo lihat foto di bawah ini dan jelaskan perasaan lo?

Sampah saat macet-macetan mudik. Gambar dari sini
Lagian ya, mobil bagus, masa nggak mampu beli tempat sampah kecil buat di mobil? Palingan harganya 30 ribuan doang!

Yang bikin gue emosi berikutnya adalah, perihal orang yang udah salah tapi malah galakan dia. Emang sih, kalau udah di jalan, kita sulit tahu siapa yang salah dan yang benar. Karena kalau udah di jalan, semua merasa paling benar dan paling penting urusannya.

Contoh aja, kasus mbak yang ditonjok sama bapak-bapak karena salip-salipan mobil. Setiap orang punya pendapat masing-masing siapa yang salah. Tapi bagi gue, ketika udah di jalan, ya harus udah siap minta maaf, dimarahin orang, disalip dan seterusnya. Gue pernah cerita juga masalah itu di sini.

Tapi ya kalo kasus buang sampah dari jendela, apapun penjelasannya menurut gue tetap salah, ya. Kecuali buang sampah karcis tol yang nggak kepake ke tempat sampah yang ada di gerbang tol.

Untuk kasus si pemuda yang berantem sama anggota TNI, Alhamdulillah sih kabarnya sudah selesai. Tapi kan sampai viral dan masuk berita segala, bukannya malu, ya? Masuk berita dan viralnya bukan karena perbuatan baik, pula. Gue sih, ogah.

Udah lihat videonya belum? What do you think?

Thursday, October 12, 2017

Belanja Bulanan Perlu Strategi



Perempuan itu pasti akrab dengan yang namanya belanja bulanan. Belanja bulanan, menurut gue emang nggak cuma identik sama ibu-ibu doang. Tapi yang masih single juga mengalami deh. Apalagi anak kost, pasti punya jadwal belanja bulanan juga.

Kalau dulu, gue random aja belanja bulanan di manapun. Makin ke sini, makin jagoan dong mengamati perbedaan harga dan kualitas barang antara 1 supermarket dengan yang lain. Percaya nggak percaya, belanja dengan daftar kebutuhan yang sama di supermarket yang satu dengan yang lain itu bedanya bisa sampe 300 ribuan, lho! Lumayan banget kan?


 Di bawah ini gue bahas beberapa supermarket favorit gue, ya!

Tiptop

Ini udah ada sejak jaman gue kecil. Harganya yang kompetitif emang udah terkenal sejak dahulu kala. Sayangnya, Tiptop belum banyak cabangnya nggak seperti grup-grup besar lain. Ada 3 lokasi Tiptop yang gue tahu, yaitu di Pondok Bambu, Pondok Gede dan Rawamangun. Belanja di sini dan di supermarket besar yang inisial C atau G, bedanya bisa di atas 300 ribu!

Gambar dari sini
Sayangnya, selain belum terlalu banyak cabang, Tiptop juga relatif lebih kecil tempatnya sehingga kalau akhir bulan, makjaaannnn, penuhnya kaya besok mau tutup!

Naga

Untuk urusan harga dan cabang, mirip-mirip sama Tiptop. Harga bersaing dan cabangnya belum banyak. Gue hanya tahu 3 lokasi Naga, di Pekayon, Kranji, dan Pangkalan Jati Kalimalang. 

Gambar dari sini
Naga dan Tiptop ini 2 supermarket andalan gue untuk belanja barang-barang bulanan kaya sabun batang, deterjen, sabun cuci piring, cairan pembersih lantai, pewangi pakaian, dkk. Keduanya jual ayam/ ikan/ daging, sayur, buah juga sih. Tapi gue kurang sreg aja.

Lotte Mart

Di Lotte Mart, gue paling hobi belanja buah, sayur dan aneka promo :D

Jadi gaes, Lotte Mart ini menurut gue salah satu supermarket yang QC-nya bagus. Kenapa? Karena, produk buah dan sayur mereka, kalo tampilannya doang yang nggak bagus, pasti mereka diskon. Jadi kaya misalnya pisang yang udah mateng banget kan biasanya jarang yang mau beli, ya. Kalaupun beli biasanya buat dibikin kue, bukan dimakan langsung. Nah, di Lotte ini, dijual dengan harga diskon. Atau apel/ buah lainnya, yang agak ada cacat sedikit di kulit, itu mereka juga dengan harga diskon. Buat gue yang keluarganya pemakan buah ini, tentu aja, Lotte jadi surga. Karena gue bisa beli semua buah, di rumah gue pasti cepat habis. Dan kalau nggak habis, ya tinggal dijus. Sayur dan bumbu dapur seperti cabe, bawang, tomat, paprika, dkk juga begitu.

Nggak jarang gue beli mangga 6 biji yang diskon 70% dari harga 50 ribuan, atau peach [kan ini buah mahal banget ya] dikemas dalam 1 pack isi 4 biji, dari harga 140ribu, diskon 50%. LUMAYAN KAN? Atau cabe 1 pack gede seharga 22ribu, buy 1 get 1, dan seterusnya.

Selain itu, aneka promonya Lotte juga lumayan banget. Terakhir kemarin gue beli 1 beras 5kg, 2 minyak goreng 2lt merek bagus, 1 gula pasir merek bagus juga, dan 1 kotak teh hanya 100 ribu rupiah. Iksis deh!

Gambar dari sini
Tahu Lotte suka diskonan buah dan sayur itu gara-gara dulu waktu di Female Daily kan dekat sama Codefin, di sana buka Lotte. Jadilah langganan, sampe mbak-mbaknya hapal dan kasih tahu jadwal jam berapa barang-barang diskonannya dikeluarin :D

Alhamdulillah sekarang dekat kantor, ada Lotte juga. Jadi perkara diskonan, aku juara :D

Farmer’s Market

Nah, kalau yang ini jadi kesukaan pas buka di Galaxy. Gue sih nggak belanja bulanan di sini, ya. Mahal! Tapi Farmer’s ini jadi langganan buat beli produk ayam, ikan, daging-dagingan. Menurut gue, produknya mereka fresh dan bagus-bagus. 

Gambar dari sini
Selain itu nih, Farmer’s juga punya produk yang udah siap makan kaya Gurame Goreng, Ayam Bakar, dkk. Harganya? MURAH! Moso, Gurame Goreng kering 1 paket sama sambal dan lalapan, dibandrol 25ribu saja? Terus ayam bakar juga 26 ribu. Lumayan banget kan, kalau males masak tapi ada acara di rumah? Tinggal lari ke GGP alias Grand Galaxy Park bentar, beli ayam bakarnya berapa porsi, kelar deh :D

Lulu Hypermarket

Nah, kalau yang satu ini, gue demen belanjain produk-produk buatan dapur mereka. Produk pastry mereka ini mulai donat, baguette, sampe camilan Arab/ India/ Jepang itu ada! Btw, Cheese Baguette-nya itu wajib banget dibeli. Segede tongkat kasti, harganya nggak sampe 20 ribu! Selain itu yang jadi andalan adalah aneka chiffon cake-nya yang murah meriah tapi enak banget. Cheese Cake-nya jadi andalan kalo di rumah lagi ada acara. Haha. 

Gambar dari sini
Belum lagi yang restorannya itu Nasi Briyaninya enak banget. Ada kebab, chicken tikka, dkk. Nggak hanya itu, mereka juga nyedian aneka pizza yang bisa kita panggang sendiri di rumah [toppingnya udah ada], aneka salad, aneka saus salad bikini sendiri, hummus, garlic sauce, aduh banyak deh produk-produk lucu yang bisa dirancang buat makan sehat. Hahaha! Wong di sini infused water aja dijual kok.

Selain jajanannya yang lucu-lucu, buah-buahan di Lulu juga bagus-bagus banget, menurut gue. Dan sering diskon [OH APA LAGI? SECARA SAYA #IBUBIJAK]. Tapi seriusan, gue ini cukup boros dalam belanja buah, secara ya bok, di sini 1 biji melon bisa habis dalam waktu 2 hari -__- dan itu melon doang, belum semangka, jeruk, mangga, salak, anggur, apel, pear……. Bangkrut kan, kaaaak…

Ya, jadi gue kalo belanja bulanan memang bakal berapa tahap sih. Belanja bulanan yang buat keperluan rumah itu sebulan sekali either di Naga atau Tiptop. Lalu secara partial akan belanja produk segar di Lotte/ Lulu/ Farmer’s, biasanya bisa 2 minggu sekali, dirotasi aja itu antara 3 supermarketnya. Kemudian ada juga belanja harian di tukang sayur yang lewat untuk masak hariannya.

Complicated ya buibu, kehidupan kita? Urusan belanja aja pake strategi, karena kalo enggak, duit belanja kita boncos. Ntar skincare idaman nggak kebeli, dong :D

Thursday, October 5, 2017

Staycation: Century Park Hotel

Akhir pekan lalu kami ikut Color Run di area Senayan. Pengalaman kalau ikut acara lari itu berangkatnya kudu pagi-pagi buta [secara sini rumahnya di luar Jakarta], nah kali ini mikir “Kenapa nggak nginep aja di dekat-dekat situ?” . Tadinya emang Color Run ini akan jadi piknik #gankjemputan berikutnya. Eh tapi seiring berjalannya waktu, peserta hanya tinggal gue plus Langit dan @iraindah plus Makayla.

Setelah fix hanya kami berdua yang ikut, baru deh menentukan mau menginap di mana. Gue sih langsung menyarankan Century Park Hotel. Karena beberapa tahun lalu pernah nginep di sana, dan kamarnya luas buat rame-rame. Ke lokasi acara tinggal nyeberang pula!



Di area situ memang ada pilihan lain misalnya Haris. Enak sih, lebih dekat nge-mall. Tapi setahu gue Haris kamarnya nggak terlalu luas. Terus harganya lebih mahal dari Century [beda 50ribuan- 100 ribu sih, tapi sebagai #ibubijak, ya ogahlah! Udah lebih sempit terus lebih mahal].

Kemudian ada lagi Sultan. Ini mah udah pasti nggak, deh. Lebih mahal soalnya! Wong kami kemarin nginep di Century aja nggak pake breakfast, secara ya breakfast kan jam 6-10, lah acara lari pas banget jam segitu. Sayang banget, kan? Intinya sih, nginep di Century kemarin emang lebih ke numpang tidur, bukan staycation seperti biasanya di mana kami menikmati fasilitas hotelnya.

gambar dari atletcentury.com

Anyway, ini beberapa hal dari Century Park Hotel:
  • Kamarnya luas! Nambah extra bed cukup banget. Dan extra bed ini kalo didempetin sama kasur twin bed, bisa dipake bertiga. Sayangnya kemarin kami dapat kamar yang AC-nya nggak terlalu dingin. 
  • Tapi extra bed-nya 350 ribu! Segitu udah dapet breakfast, sih. Jadi lumayan lah ya. Walaupun kamar ini luas dan bisa pasang extra bed 2 biji, sayang aja. Mending buka kamar lagi :D
  • Untuk harga , standard sih ya. sekitar 900 ribuan.
  • Kolam renangnya bersiiih banget dan tenang. Cuma memang hanya ada 1 kolam renang dengan ketinggian yang berbeda. Kalau bawa anak-anak, harus diawasi ekstra ketat deh. Jangan sampe kejadian yang nggak diinginkan terjadi. Gue baru baca berita balita tenggelam di salah satu hotel di Makassar. Sedih :’(
  • Service-nya oke dan cepat responsnya.
  • Makanan? Sayangnya nggak breakfast di sana. Tapi makanan buat layanan kamar itu mahal yhaaa… paling murah 70ribuan, itu pun sup. Main course, di atas 100 rebu. Buat gue sih, mahal yaaa… Eh tapi kalau mau makan di hotel juga ada pilihan kok. Mereka punya 100 Eatery and Bar plus 1 lagi yang kaya coffee shopnya.
  • Mendingan duitnya gue pake buat makan dif X. Ya, letaknya di Senayan jadi dekat banget ke mal-mal Jakarta. fX itu bener-bener tinggal selemparan kolor :D Ngeluarin duit 200ribu buat makan di Eat and Eat bisa buat berdua foya-foya sama aneka jajanannya #IbuBijak
Menurut gue hotel ini kurang pas buat staycation sama keluarga, terutama kalo lo emang pengin menikmati fasilitas hotel. Kurang family, lah ya. Kecuali kalo emang mau ada kegiatan di area sana atau mau ikutan CFD sehingga kamar hotel  buat jadi numpang tidur, boleh lah.

Btw ya, mohon maap, nggak ada foto-foto hotelnya karena standar kalo piknik, anak-anak udah heboh duluan. Kamar pun berantakan 5 menit setelah check in :D