We Never Know..

What's behind the closed door. 

Di era socmed kaya sekarang ini, Z bisa dengan mudah melihat kehidupan orang lain. Bukan hanya kesehariannya aja, tapi bisa sampe apa bedak yang dia pake, sepatu kesayangan anaknya, makanan favorit suami, sampe sprei yang dipakai di kamar tidurnya.

Ya, sampe segitunya.

Makanya nggak heran kalau gue suka bilang bahwa socmed itu bak pisau bermata dua. Alih-alih mau menggunakan bagian yang satu buat ngiris, yang atas malah mengiris tangan kita. Alih-alih mau sharing, disangkainnya pamer. Haha. Ya, memang kadang sharing sama pamer bedanya tipis sih, setipis kuit bawang!

Gue, sama dengan kalian semua (ngajak-ngajak nih), suka stalking. Stalking socmed siapa aja. Mulai dari yang nggak kenal sama sekali kemudian jadi berasa akrab karena tau kehidupannya lewat socmed, sampe yang tau kehidupan aslinya gimana tapi menampilkan sisi yang berbeda dari kehidupannya.

Dari sini, kadang gue (dan elo semua, iya ini ngajak-ngajak) kadang mengambil kesimpulan atas seseorang. Kadang memutuskan untuk menyukai seseorang itu atau tidak.

Padahal kata pepatah kan don't judge by it's cover. Kalau dulu cover kita adalah penampilan fisik, maka sekarang cover kita adalah apa yang kita tampilkan di dunia maya.

Ada yang di dunia maya citra yang ditampilkan serba glamor, printilan yang dia pake serba bermerek desainer, tapi aslinya biasa banget. Maksudnya, down to earth aja gitu, makan di warteg juga mau.

Ada juga yang menampilkan citra pake barang bermerek buat anaknya, gendongan yang harganya jutaan rupiah, benda anak terkini punya, survei sekolah anak selalu yang kelas atas atau yang UP-nya bisa buat DP rumah. Padahal aslinya emang biasa aja. Ternyata barang yang dimiliki sewa, lungsuran atau pinjaman.

Apa contoh pertama lebih baik dari yang ke dua? Yah, itu mah terserah Anda. Sah-sah aja kok menurut gue, kita mau menampilkan citra seperti apa di socmed.

Persis seperti artikel mrsalwaysright tentang pernikahan realistis, kita kadang memimpikan kehidupan pernikahan (eh nggak cuma pernikahan ding) orang lain. Yang serba romantis, bahagia, kocak, dsb, padahal kita nggak tau apa yang terjadi di balik pintu rumahnya. Apakah seindah yang ditampilkan di socmed? Apakah perjalananAshanty menghadapi Loli dan Jiel semudah dan semesra yang ditampilkan di socmed? (duile teteub lho Ashanty, haha)

So my friend, wise man says, rumput tetangga selalu tampak lebih hijau daripada rumput di rumah kita. Dan gue percaya si orang bijak itu (yang entah kenapa man bukan woman) pasti pernah mengalami hal serupa sehingga dia bisa mengeluarkan pepatah yang mendarah daging itu. Ya ga?