Eh percaya nggak sih?
Bulan ini kan lagi pada
musim bagi rapor tuh, lalu di FB belakangan lagi rame masalah upload rapor anak
ke dunia maya. Kalo gue sih #seriusnanya tujuannya apa sih upload rapor?
Rata-rata yang upload
biasanya menyertakan caption ucapan syukur atas nilai yang diraih sang anak.Menurut gue sih bebas-bebas aja. Gue lebih concern ke masalah identitas lengkap anak yang biasanya tercantum di sana. Namapun zaman sekarang, kita nggak tau sesakit jiwa apa orang yang lihat socmed kita.
Jujur aja, sebagai
ibu-ibu yang nggak kurang ambisius ke anaknya, gue nyantai banget sama
sekolahnya Langit. Berapapun hasil yang didapat, ya Alhamdulillah aja. Toh bagi
gue, kecerdasan anak nggak berdasarkan angka di sekolah.
Tapi perlu diakui, waktu
Langit perdana UAS (Ulangan Akhir Semester), wuih! Gue kepikiran banget!
Kira-kira anak gue bisa nggak, ya? Gimana kalau nilainya jelek dan lain
sebagainya? Ya balik lagi, walaupun (insyaallah) udah paham banget bahwa kecerdasan anak bukan hanya masalah angka di
nilai ujian, tapi teteub dong ada sisi kekhawatiran anak gue bisa catch up apa
nggak sama pelajaran sekolah?
Selama dua tahun jadi
orang tua anak SD, Alhamdulillah juga gue nyekolahin anak di sekolah yang
tepat. Sekolah yang nggak mengedepankan nilai akademis semata. Walaupun ya,
secara formal memang masih ada namanya ulangan, PR, dan seterusnya.
Alhamdulillah, sesuai deh sama visi dan misi pengasuhan gue.
Pemikiran gue ini
semakin dikukuhkan oleh Ibu Elly Risman, lewat materi workshop parenting yang
diadakan oleh Supermoms dan Daddycation tanggal 5 Desember kemarin. Intinya di
sana kami mengupas 9 kecerdasan anak. Apa aja sih, 9 kecerdasan itu?
Cerdas Bahasa
(Linguistik)
Dari sekian banyak
ciri yang disebutkan, gue merasa Langit masuk kategori ini. Langit termasuk
anak yang bisa bicara lebih cepat dibanding anak seusianya. Bicara di sini juga
bukan babbling, tapi memang ngomong yang udah ada artinya. Dan seperti yang gue ceritain di sini, berhubung dibiasakan ngomong dengan bahasa yang sesungguhnya,
makanya Langit juga nggak lama cadelnya.
Ketertarikan Langit
sama bahasa juga nggak hanya sampai kecepatannya bisa ngomong, tapi juga
tertarik nanyain arti dari setiap kata. Misalnya, ‘Selalu’ itu artinya apa,
‘Berubah’ itu apa, dan seterusnya. Pening nggak?
Buat anak yang Cerdas
Bahasa, disarankan untuk membacakan cerita dan kemudian menanyakan lagi moral
of the story, membuat jurnal/ diary, memperbanyak kosakata setiap hari, dsb.
Nah, kalau anaknya
mau Cerdas Bahasa atau mau diasah kecerdasan berbahasanya, disarankan Ibu Elly
(dan yang gue praktikkan) adalah ngajak diskusi, dibacakan buku dan menonton
film lalu diskusikan.
Cerdas Angka (Logika/
Matematika)
Anak yang Cerdas
Angka, biasanya tekun, gemar membaca, suka teka teki yang berpola (mungkin
semacam puzzle gitu ya), suka bertanya ‘kenapa’.
Anak tipe ini
biasanya yang dianggap pintar secara umum. Karena basic-nya memang tekun dalam
melakukan apa saja. Gue nggak menganggap Langit masuk dalam kategori ini sih.
Simpelnya, Langit menyelesaikan puzzle aja cepet bosennya dibanding menggambar.
Tapi kan namapun
masuk sekolah formal, ya, maka kecerdasan angka rasanya wajib dimiliki. Makanya
untuk merangsang kecerdasan ini, gue biasanya ngajarin Langit angka dengan cara
yang semenyenangkan mungkin. Misalnya, belajar tambah, kurang, dan seterusnya
saat kami mau jajan di Alfa atau beli makanan kesukaan. Belajar membaca jam
sambil digambar dan disesuaikan dengan keseharian kami (“Perjalanan dari rumah
ke rumahnya Mbak Dira itu satu jam, kalau kita berangkat jam 10 maka sampai di
rumah Mbak Dira jam berapa?).
Cerdas Nada
Ciri anak Cerdas Nada
ini sejak kecil kalau humming lagu, udah tepat nadanya. Waktu zaman kecil sih,
Langit seneng banget nyanyi. Asli, nyanyiiii.. mulu! Banyak banget hal yang dia
pelajari lewat lagu. Misalnya belajar warna lewat lagu balonku, tentang hujan
ya lewat lagu (apa tuh judulnya yang Tik, tik, tik, bunyi hujan di atas
genting..), dan seterusnya.
Tapi gue nggak mau
klaim bahwa Langit Cerdas Nada, karena banyak banget anak di luaran sana yang
bahkan hanya dengar 1 lagu sekali, langsung bisa humming atau malah main alat
music di usia dini.
Punya nggak teman
yang bisaaaa aja ngulik lagu, atau dengar lagu sekilas lalu dia bisa mainin
lagi pake gitar atau piano, dkk? Nah, ini berarti dia Cerdas Nada. Tapi ada
juga ga, teman yang udah sambil dengerin lagu pun, dia ikutin humming nadanya
salah! Hahaha!
Cerdas Gerak
(Kinetik)
Nah, anak tipe ini
biasanya keliatan nggak bisa diem. Karena dia harus mengerahkan segenap bagian
tubuh untuk memecahkan sebuah masalah. Pernah lihat nggak ada orang yang kalau
mikir, sambil mondar mandir? Atau saat berbicara kedua tangannya ikut bergerak,
dapat meniru gerak orang lain dengan tepat, dan sulit untuk duduk diam
(tangannya mengetuk meja, kakinya bergerak-gerak, dsb). Ini adalah salah satu
ciri orang yang Cerdas Gerak, lho.
Kalau nggak
disalurkan kecerdasannya ini, kan sayang. Salurkan kecerdasannya lewat aktivitas
yang berguna misalnya ikut kursus tari, gymnastic, berkebun, dan sebagainya.
Kasarnya nih, nggak bisa diemnya dia tersalurkan dengan baik.
Cerdas Visual
(Spasial)
Gue mengklaim Langit
dan gue sendiri termasuk ke dalam kecerdasan ini. Kalo Langit sih emang jelas
ya, dia senang menggambar dan udah detail kalau gambar. Dia bisa menggambarkan
hal yang jadi imajinasinya ke dalam sebuah gambar gitu.
Sementara kalo gue?
Gue nggak bisa gambar, tapi kok klaim punya kecerdasan visual? Nah, gue ini
tipe yang lebih mudah paham dan menjelaskan isi kepala sesuatu dalam bentuk
gambar atau grafik. Makanya walaupn era digital kaya sekarang, kalau membuat
catatan kerjaan atau kerangka tulisan ya gue tetap pake oret-oretan. Lebih
kebayang gitu apa yang harus gue lakukan.
Mengasah anak yang
memiliki kecerdasan visual, bukan berarti ikut les gambar. Tapi bisa diasah di
rumah seperti bikin peta dari rumah ke sekolah, mengatur tata letak kamarnya,
menyediakan alat untuk ia bisa menuangkan pikirannya (dalam hal ini kalo gue sih,sedia
kertas satu rim dan aneka alat tulis/ mewarnai ya).
Cerdas Alam (Natural)
Kalau yang ini sih,
terlihat deh bahwa ia senang bermain dan mengamati apa yang terjadi di alam
terbuka, seperti kenapa ada bintang, kenapa semut jalannya beriringan,dan seterusnya.
Ia juga lebih cepat mengerti dan berempati kalau misalnya kita berikan
informasi bahwa buang sampah jangan sembarangan, maka ia paham bahwa sampah
sembarangan akan mengotori lingkungan, lingkungan yang kotor itu nggak sehat,
dan seterusnya.
Bagi gue, Cerdas Alam
ini sangat penting untuk diasah. Kenapa? Karena bumi kita hanya satu. Kalau
bumi kita rusak secara perlahan, mau hidup di mana generasi penerus kita
nantinya?
Mengasah kecerdasan
alam yang paling gampang adalah sering-sering mengajak anak berkegiatan di luar
rumah (camping, hiking,ke kebun binatang, dsb) atau memelihara binatang di
rumah.
Cerdas Diri
(Intrapersonal)
Kalau tipe ini,
Nadira banget (Nadira anaknya kakak gue, red). Anak Cerdas Diri ini biasanya
sensitive (jangan ditanya deh, sensitifnya Nadira gimana. Kalo gue menegur
Langit dengan nada serius, bisa dia yang nangis bok). Lalu anak Cerdas Diri
juga tau apa yang dia inginkan, memahami situasi dan bagaimana ia harus
bersikap di situasi tersebut, pemalu, dan disiplin. Pokoknya, ini Nadira banget
deh!
Sementara kalau
Langit itu kebalikannya, serba cuek! Makanya gue yakin memang harus banget
mengasah kecerdasan diri Langit. Misalnya lewat mengenalkan perasaan (halo,
materi tingkat awal seminar sama Ibu Elly Risman nih!).
Cerdas Sosial (Interpersonal)
Gampang banget
mengenali anak dengan kecerdasan social, ia gampang berbaur dengan orang lain,
mudah berempati, mau berkompromi dan negosiasi, yah pokoknya banyak deh!
Gue sama Langit
rasanya ada sih kecerdasan ini, sedikit. Haha. Kenapa gue klaim kami berdua ada
kecerdasan ini? Ya misalnya nih, kami tergolong orang yang mudah diajak kerja
sama (gue mudah nggak ya, kayanya sih iya), lalu kami ini memiliki banyak teman
(banyak kenal orang sih tepatnya, tapi yang di hati ya hanya segelintir aja),
dan ehem rasanya sih bisa memengaruhi orang lainJ
Kecerdasan social ini
penting. Menurut gue paling penting di antara yang lain, nggak tau deh, soalnya
manusia kan makhluk social ya. Terus kaya elo sepintar apapun, tapi kalo
kemampuan sosialisasi lo nihil ya minus aja. Kecerdasan ini menurut gue, pada
akhirnya menjadi kunci kesuksesan seseorang. Lo kerja di manapun bakal butuh
sosialisasi dan kerjasama dengan orang lain, kalo nggak punya kecerdasan ini?
Bubar deh.
Gimana melatih
kecerdasan sosial? Menurut gue, kecerdasan sosial bisa dilatih dengan banyak
mengajak anak berinteraksi dengan orang lain, lalu mengajak anak berdiskusi,
memberikan pengertian dan pemahaman terhadap suatu hal, serta yang terakhir
mengajak anak berkegiatan sosial.
Cerdas Spiritual
Nah yang terakhir
ini, si psikolog yang mengembangkan 9 kecerdasan, Howard Gardner, juga masih
ragu untuk masukin kategori ini. Cara paling sederhana dalam mendeteksi
kecerdasan tipe yang ini adalah, ia sering bertanya mengenai
kehidupan,ketuhanan serta eksistensi makhluk hidup di muka bumi.
Cukup menjelaskan
nggak sih pemaparan gue? Bisa cek juga di blog @indahkurniawaty secara dia anak
teknik ya bok, jadi lebih detail dan kronologis tulisannya :D
Beberapa hal yang gue
inget selain 9 kecerdasan adalah petuah Ibu Elly mengenai anak yang diibaratkan
kipas. Kita harus membuka semua lapisan kipas supaya angin yang dihasilkan juga
maksimal. Nggak apa-apa anak banyak ikut les sana sini, asalkan memang sesuai
dengan bakat, passion plus kecerdasan yang ia miliki.
Nah, bagaimana
mengenali anak itu berbakat/ minat di satu hal atau hanya sekadar ikut-ikutan?
1. Dia menunjukkan
minat yang tinggi terhadap sesuatu
2. Minat ini bertahan lama. Misalnya Langit suka gambar, dari sejak bisa pegang pensil pas umur 2 tahunan, sampe sekarang ya hobinya dia itu menggambar.
3. Saat diberikan latihan, kemampuannya meningkat. Langit kemarin ini sempat ikut kursus gambar di sekolahnya, tapi kayanya dia nggak cocok. Jadi dia lebih sering belajar gambar sama.. bokap gue! Haha, kebetulan bokap gue emang jago gambar sih, jadi lumayan deh ada penerus kecanggihan gambarnya dia yang nggak nurun ke anak-anaknya ini.
2. Minat ini bertahan lama. Misalnya Langit suka gambar, dari sejak bisa pegang pensil pas umur 2 tahunan, sampe sekarang ya hobinya dia itu menggambar.
3. Saat diberikan latihan, kemampuannya meningkat. Langit kemarin ini sempat ikut kursus gambar di sekolahnya, tapi kayanya dia nggak cocok. Jadi dia lebih sering belajar gambar sama.. bokap gue! Haha, kebetulan bokap gue emang jago gambar sih, jadi lumayan deh ada penerus kecanggihan gambarnya dia yang nggak nurun ke anak-anaknya ini.
Akhir kata, hargai
kecerdasan anak apapun itu bentuknya deh. Kita aja nggak mungkin punya semua 9
kecerdasan di atas sekaligus kan? Masa anak kita yang notabene usianya terpaut
lebih dari 20 tahun dari kita mau dituntut untuk cerdas di segala bidang?
Selamat liburan
semuanya, dan selamat menyambut semester 2 ya :D
Tapi ada juga ga, teman yang udah sambil dengerin lagu pun, dia ikutin humming nadanya salah! Hahaha! --> ini gue, ini gue! hahahahahaha, dengan kondisi si Babap adalah (kata gue) Cerdas Nada, sekali denger lagu langsung bisa gitarnya. jadi, kalau dia nyanyi, gue dilarang nyanyi, katanya : aku jadi pusing. hahahahahahaha!
ReplyDeleteselamat liburaaaannnnnn <3
Feen.. Hahahaha, masa iya lo begitu? Hahahaha... Kebayang muka Babap kalo lg asik ngulik lagu tau2 lo ikut nyanyi. Gengges pasti! :))))
Deleteaduhh kalau aku gak cerdas nada dan kinetik nih alias gak bisa nyanyi dan olahraga... sementara suami sama. anakku ntar gimana ya.. hohohoo
ReplyDeleteIiih cerdas yang lain tapi kaaaan
DeleteMakasih Mbak Lita. Kemaren gak bisa ikutan seminarnya euy. Jadi tulisannya saya jadiin referensi ya Mbak.. ����
ReplyDeleteSama-samaaa :)
Delete