Gue pernah nulis (bisa juga mengeluh) di blogpostyang ini, di mana kalau suami sakit biasanya ia menjelma bak bayi gede. Padahal
sakitnya ‘Cuma’ flu, demam, dan aneka common cold lainnya. Beberapa teman juga
sering bercerita hal yang sama, para suami mereka kalau sakit itu repotnya
minta ampun! Sahabat gue, Dwi Sugiarti alias Uwi, mengalami cobaan yang lebih
besar. Suaminya, divonis mengidap kanker. Dan ini bikin gue malu. Malu sama
keihlasan Uwi, malu sama ketabahan dia yang… wah, luar biasa!
Kebetulan, gue mengikuti perjalanan penyakit suami
Uwi dari awal hanya bersifat kecurigaan, bolak balik mencari tenaga medis yang
tepat, sampai saat ini. Gue merasa bahwa ketabahan dan keikhlasan Uwi menjalani
ini semua, pantas banget di-share ke semua orang. Nggak usah jauh-jauh cari
contoh atau bikin contoh mengenai keihlasan seorang istri, gue bisa dapat dari
Uwi.
Yuk ah, baca ceritanya di 10 Questions to Dwi
Sugiarti J
Wi, pas pertama kali mendengar vonis terhadap Mas
Widi, apa yang langsung lo lakukan?
Ketika pulang ke rumah setelah dari RS, saat itu
yang ada di pikiran gue cuma : So, what's next?
Karena rekomendasi dokter hanya kemoterapi, saat
itu gue langsung browsing cari perkiraan biaya, rate success-nya, dan efek dari
kemo itu bagaimana. Tapi yang ada memang gue malah jadi tambah stres dan panik
karena info dari internet kan beragam sekali dan kadang cenderung hyper
diagnosa.
Jadi setelah semalaman gue dilanda shock dan
ketakutan yang amat sangat, akhirnya menjelang subuh gue tahajjud dan minta
petunjuk sama Allah. Note : saat itu gue bukan orang yang rajin tahajjud. Malah
bisa dibilang gue sering begadang dan kesiangan sholat subuh *tutup muka*.
Setelah tahajjud, walau masih belum pulih dari rasa shock sepenuhnya, tapi at
least waktu itu udah lumayan feel better.
Ceritain dong, perjalanan sakitnya Mas Widi,
maksudnya gimana gejala dan sampai akhirnya kalian tau diagnosa tersebut?
Mas Widi kan sejak awal 2012 ditempatkan di
project site di Malaysia oleh kantornya. Akhir 2012 dia bilang ada benjolan
kecil di leher kanan. Tapi karena tidak mengganggu, tidak sakit, tidak
membesar, tidak ada penurunan fisik, jadi ya didiemin aja. Karena mau periksa
pun terhalang kendala dia masih di KL dan harus bolak balik ke Kota Kinabalu.
Baru pada akhir 2013 karena penasaran, kita
periksakan ke dokter di Jakarta. Sempat pindah beberapa RS dan sempat
didiagnosa TBC Kelenjar dan harus dioperasi. Tapi karena gak yakin, akhirnya
kami 2nd opinion ke RSCM Kencana. Pemeriksaan dimulai lagi dari awal yaitu CT
Scan, tes darah beberapa kali, sampai akhirnya biopsi dan imunohistokimia.
Kira-kira satu bulan lah mondar-mandir RS.
Dari sinilah ketauan kalo Mas Widi diagnosa
lymphoma. Hanya saat itu subtipe lymphoma nya tidak diketahui. Jadi tidak tau
stadium berapa, dsb. Diagnosa akhir hanya : Lymphoma dengan subtipe tidak dapat
ditentukan.
Yang paling berat menurut lo tahapan yang mana Wi?
What is your biggest fear?
Paling berat waktu harus bolak balik ke RS, tes
lab dan sebagainya. Menunggu hasil lab antara 3-7 hari itu luar biasa
menakutkan. Bahkan duduk untuk nunggu konsul dengan dokter aja gue takut
banget. Takut gak siap menghadapi diagnosa dan vonis dokter dengan aneka bahasa
medis yang gue gak mengerti.
My biggest fear ya kalo sampe divonis sakit berat
dengan komplikasi dan seterusnya. Setelah perjalanan panjang di RS, ganti
dokter beberapa kali, dan kami merasa mulai tidak nyaman dengan sistem
pelayanan medis konvensional, sejak itulah kemudian kami beralih banting setir
ke pengobatan alternatif/herbal/fito farmaka, sampai sekarang.
Pernah mengalami titik terendah saat menghadapi
peristiwa ini, Wi? Bagaimana menghadapinya? Dan ada nggak momen yang
menyadarkan lo bahwa lo juga harus tetap semangat serta optimis...
Pernah. Salah satunya jika mendengar ada orang
yang pergi karena penyakit ini. Jujur itu bikin down banget.
Tapi kan Allah bilang 'kullu naffsin dzaiqotul
maut'. Semua yang bernafas akan merasakan mati. Kita cuma gak pernah tau when
and where. Jadi ya, pada akhirnya semua gue kembalikan pada Allah SWT. Dia lah
yang menggenggam segenap jiwa.
Sekarang ini gue hanya berusaha fokus untuk terus
berikhtiar dengan usaha terbaik yang gue punya, diiringi doa semoga Allah ridho
dengan segala ikhtiar ini dan berkenan memberikan kesembuhan untuk Mas Widi.
Aamiiin :)
Sekarang keseharian lo gimana Wi, mengurus Mas
Widi?
Iya, sekarang gue bener-bener fokus mengurus Mas
Widi. Insya Allah ridho dan ikhlas lahir batin :)
Karena terapisnya menyarankan untuk banyak makan
dengan nutrisi tinggi, jadi sehari-hari ya lebih banyak berkutat dengan
makanannya Mas Widi. Jam 6 pagi gue usahakan dia sudah sarapan. Lalu selang
tiap 2 jam ada snack seperti bubur sumsum, singkong rebus, atau mashed potato
yang masuk. Plus juice buah/sayur. Belum lagi ada jamu yang harus diminum
sebanyak 900ml setiap hari (gue bagi jadi 5x minum @180ml). Kalo diitung2,
sehari itu dia bisa makan 4-5x sehari, belum termasuk juice dan snack.
Kadang bingungnya sama menu supaya dia gak bosen
karena pantangannya banyak banget. Dia gak boleh makan semua jenis unggas,
semua telur (termasuk produk turunan yang pakai telur seperti roti, biskuit,
cake), daging kambing, udang, cumi, kerang, kepiting, MSG, pengawet, pewarna,
dan softdrink. Sayur dan buah sih gak ada pantangan. Praktis menunya lebih
banyak ikan aja sekarang. Hehehe.
Mas Widi sendiri gimana Wi, biasanya kan aktif
terus sekarang harus istirahat di rumah. Pernah bilang bosan atau gimana gitu
nggak?
Ya pastilah ya ada jenuh dan bosennya. Tapi dia
bukan tipe orang yang sering komplain. Memang aslinya Mas Widi pendiem dan
introvert. Pernah sih bilang bosen. Dan selama masa pengobatan ini kan dia
staminanya memang jadi up and down. Jadi banyak bed rest.
Kalo pas badannya lagi enak dan segar, kita suka
juga kok jalan ke mol, nonton, atau makan di restoran yang 'aman'. Kalo jalan
gitu pun gak bisa lama karena masih gampang capek dan harus pakai kursi roda.
Kalo di rumah sih dia sering browsing di laptop, main game, main gundam, tapi
paling sering ya nonton TV aja.
Kalo yang gue baca-baca, salah satu yang menunjang
kesehatan atau kesembuhan seseorang yang sakit adalah semangat. Gimana cara lo
supaya Mas Widi tetap semangat?
Ini sebenernya gue juga suka bingung. Karena
sejujurnya yang butuh semangat bukan hanya dia, tapi juga gue. Hehehe. Jujur
aja, sebagai istri kadang gue merasa down, lelah, takut, dan segala macam
pikiran pun berlintasan di kepala. Apalagi kalo inget Mas Widi selama ini
tergolong hidup sehat. Tidak merokok, gak suka ngopi, gak suka jajan, gak suka
jeroan atau junk food, dan rajin jogging. Malah waktu di Malaysia sering puasa
Daud.
Pernah ada masa-masa gue bertanya : why, Ya Allah?
Why? Tapi biasanya kalo gue udah mulai pasrahkan segala sesuatunya ke Allah,
gue udah mulai merasa lebih baik dan lebih semangat.
(peluk
Uwiii.. yuk sering ngobrol nggak jelas ketawa ketiwi di grup Oyeners!)
Kalo buat Mas Widi, gue berusaha menciptakan
suasana rumah yang kondusif dan menyenangkan aja buat dia. Gue berusaha rumah
selalu rapi, gue ajak anak-anak bercanda, gue berusaha layani apapun kebutuhan
Mas Widi dengan sebaik-baiknya. Dari mulai makannya, kebutuhan sehari-harinya,
menyiapkan jamunya (sebulan sekali ada 2 kantung jamu yang harus direbus @5
jam) sampai mengantarnya terapi tiap minggu.
Gue yakinkan bahwa perjuangan ini adalah
perjuangan kita berdua dan dia gak sendirian menghadapinya. Whatever happen, we
are in this together. Dan gue berusaha sekuat tenaga membuktikan itu agar dia
yakin bahwa this is all worth fighting for.
Kalau anak-anak ada pernah mempertanyakan hal ini
nggak, gimana menjelaskannya?
Si Aa sih pernah nanya : Ayah sakit apa, Bun? Kok
Ayah lama sembuhnya?
Gue jawab sebisa gue dengan bahasa yang mereka
mengerti. Tapi gue gak menjelaskan detil karena toh mereka juga belum paham.
Gue paling sering ajak mereka berdoa sama-sama meminta kesembuhan untuk Ayah.
Atau kadang malah minta mereka berdoa untuk Ayah mereka, karena salah satu doa
yang mustajab adalah doa anak sholeh. Aamiiin!
Apa hikmah terbesar yang lo ambil dari peristiwa
ini?
Hikmahnya... banyak sih. Yang pasti gue jadi lebih
deket ke Allah SWT. Kalo dulu sholat sering 'awal waktu' alias Zuhur di awal
Ashar, Maghrib di awal Isya *tutup muka*, sekarang berusaha sholat benar-benar di
awal waktu. Dulu merasa cukup hanya dengan sholat 5 waktu, sekarang berusaha
lebih banyak menjalankan amalan-amalan sunnah. Dan jadi lebih fokus pada
kehidupan akhirat *benerin kerudung*.
Hikmah lainnya, punya siklus hidup yang lebih
teratur. Dulu suka begadang, sekarang jam 9-10 malem aja udah teler.
Gue juga jadi banyak belajar tentang penyakit ini.
Jadi banyak belajar pola makan sehat. Dan kenalan dengan beberapa komunitas
kesehatan. Tapi yang pasti, gue jadi belajar sabar. Dan ini yang paling susah,
hehehe.
Ada pesan atau kiat untuk ibu-ibu di luar sana
yang mungkin mengalami hal yang sama dengan lo nggak?
Hmmm.... apa ya... Mungkin yang bisa gue bagi
hanyalah : Just hang in there. This too shall pass.
Kalo kata Nouman Ali Khan, seperti layaknya
rejeki, musibah dan ujian pun gak akan tertukar. Jadi percayalah bahwa semua
ini adalah desain besar dari Yang Maha Besar.
Mungkin kata-kata ini terdengar klise, tapi
yakinlah bahwa Allah menempatkan kita di posisi ini bukan tanpa tujuan.
Meskipun sekarang kita gak tau apa maksut Allah dengan semua ini, tapi percaya
aja bahwa suatu saat semua lelah ini akan terbayar.
Ada satu quote dari Ali bin Abi Thalib, RA yang
gue suka sekali dan sering gue ulang-ulang tiap kali gue merasa hopeless : 'Be
sure that there is something waiting for you after much patience, to astonish
you to a degree that you forget the bitterness of the pain'
'Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas
banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa
akan pedihnya rasa sakit.'
Aamiiin. Insya Allah :)
--
Gue super salut sama Uwi yang alih-alih mengeluh
malah mengalihkan ke kebaikan. Dan seperti gue sebut di atas,gue malu atas
‘kecengengan’ gue atas masalah yang pernah atau sedang gue hadapi.
Mudah-mudahan kesembuhan Mas Widi disegerakan
ya, Wi! Aamiiin…
Ihhh Lita... pingin mewek gue bacanya... semoga Mas Widi segera pulih ya, dan Mba Uwi yang merawatnya selalu sehat, selalu sabar Amin....
ReplyDeleteGue mah udah meweknya :'(
DeleteAamiin makasih doanya, disampaikan salamnya..
Hiiikkkssss.... mberebes mili bacanyaahhh...
ReplyDeleteSemoga suami mbak dwi lekas diberi kesembuhan ya lit. Semoga mbak dewi selalu diberikan kesehatan, ketabahan, kekuatan dalam mengurus suami tercinta.
Aamiin.. Makasih doanya, disampaikan yaaa
DeleteUwiiiii, gw selalu speechless kl denger cerita2 elu. Cuman bisa mendoakan, semoga Allah SWT selalu memberikan ketabahan & kekuatan buat elu & suami. Mas Widi diberikan kesembuhan. Surga jadi hadiah buat keluarga kalian.
ReplyDeleteSemangat terus ya, Uwi..
Ideem, sampe suka bingung mau kasih penghiburan apa. Tapi Mudah2an ocehan ga jelas kita bisa menghibur Uwi ya Riin.. Aamiiin
DeleteUwi.. Syafakallah buat mas widi-nya..
ReplyDeleteSemoga Allah mengangkat segala penyakitnya menjadikan sakitnya sebagai ampunan dan menggantikan dengan kesehatan, amiin...
Coba deh wi minumnya mas widi diganti kangen water
Aku sampaikan ya Dhir, sarannya. Makasiiih..
DeleteHiks..
ReplyDeleteSyafakallah buat mas Widi nya yah.. Semoga Allah meringankan cobaan yang diberikan dan diberi kesembuhan. Amin..
Aamiiinn.. Makasih ya Yee..
DeleteHicks.. semoga Allah SWT memberikan kesehatan kpd suami mba dwi.. mba dwi jg selalu sehat selalu kuat..aamiin
ReplyDeleteAamiin.. Disampaikan ya mbaak
DeleteJeung Uwi :') smoga dimudahkan kesembuhan buat suaminya....
ReplyDeleteAamiin... Makasih mbak, disampaikan yaaa
DeleteMerembes bacanya mba, smoga suami mba Uwi diberikan kesembuhan dan mba Uwi diberikan kesabaran dan kekuatan
ReplyDeleteAamiin.. Ya Raab..
DeleteJujur, bersama Uwi, Rini dan Lita di Oyeners, gw banyak belajar soal being strong.
ReplyDeleteEmpat wanita dengan permasalahan hidup yang berbeda-beda.
Masing-masing mungkin gak kan sanggup menjalani ujian yang saat ini sedang dipikul oleh yang lain.
Kalian mengingatkan bahwa apapun yang saat ini kita anggap penderitaan, tapi bukan berarti kita kehilangan alasan untuk tetap bersyukur atas nikmat sekecil apapun.
Bukan berarti kita kehilangan alasan untuk menertawai kehidupan.
Yuk ah, mari, kita berempat belajar pakai alis yang tebal.
karena alis yang tebal, pertanda wanita yang te'ghar....SETRONG ! Hihihi
*group hug*
Semoga kita semua bisa lulus ujian ini dengan nilai bagus dan berakhir menjadi wanita sholehah yang masuk surga. Aamiin Ya Rabb.
Yuk belajar pake alis tebel :p
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteNeng Lita makasih banyak ya buat tulisan lo. Ini bukan hanya membuat kita belajar bersyukur tetapi juga bisa saling mendukung dan bahkan lebih dari itu lo membuka kembali tali silaturahmi yang lama terputus.
ReplyDeleteUwi, pasti bisa melalui ini semua :)
Aih thank you Feb, sebagus-bagusnya tulisan kalo ga ada yg baca bakal percuma. So, makasih ya udah baca :)
DeleteMerinding bacanya. semoga Mba Wi dan keluarga diberikan kekuatan yang lebih besar lagi. Sabar yang luar biasanyaa dan smg badai lekas berlalu.
ReplyDeleteAamiin.. Makasih yaa disampaikan ke Uwi :)
DeleteTerima kasih Lita buat tulisannya. Dan terima kasih banyak buat teman-teman semua atas doa doa indahnya. Semoga Allah mengabulkan. Insya Allah.
ReplyDeletePeluk mbak uwi .. semoga mas widinya segera sehat yah
ReplyDeletekalau ga salah baca mas widi sekarang menjalanin pengobatan alternatif dengan jamu bukan yah?
kalau boleh usul selain pengobatan alternatif juga dijalani pengobatan medis konvensionalnya.
terapi kanker stadium awal akan jauh lebih baik hasilnya dibandingkan bial diterapi bila stadium bertambah. jadi kalau memang mau diterapi dengan pengobatan alternatif juga, coba deh lihat perkembangan kankernya juga ke dokter agar yakin pengobatan alternatif memberikan efek yang baik dalam mengatasi kankernya. cmiiw yah
ya ampun, aq sedih bacanya, jadi pengen peluk2 cumamik karena klo dia sakit dan berubah jadi baby old malah aq yg bawel.
ReplyDeleteah semoga mba uwi dan suaminya tetap semangat, diberi sehat dan sembuh ya mba..