Beberapa waktu lalu, Pak Jokowi (tercinta- LOL. teteub ada
embel-embelnya), mengeluarkan Ingub alias Intstruksi Gubernur mengenai larangan
PNS untuk mengendarai kendaraan pribadi. Baik itu mobil ataupun motor.
Seluruh jajaran pemerintahan (hasil dari baca-baca berita)
pada naik angkot, sepeda, bus, bajaj, dsb. Seru, ya? Parkiran balaikota juga
konon penuh sama sepeda.
Kemudian fokus berita pindah ke Ahok yang hari itu nggak
mengikuti Ingub, beliau tetap naik mobil dinasnya. Belakangan diketahui Ahok
tetap naik mobil pribadi karena ada meeting pagi lobi-lobi fraksi DPRD untuk
APBD 2014 yang nggak kunjung disahkan. Gila apa ya, DPRD, orang mau kerja,
kudunya kan disahkan sebelum 2014 dong, lah ini udah masuk 2014 dan belum
disahkan juga? *sigh*
Kembali ke judul, sehari tanpa mobil pribadi, bisa nggak?
Kalau gue mah bisa. Lah iya, wong naik angkot tiap hari.
Gue yakin sebenarnya banyak orang bisa, kok. Cuma masalahnya
kan MAU apa nggak. Naik umum bukan cuma angkot atau bus, sih. Kan ada taksi,
bajaj, ojek, atau bus komplek (macam Trans Galaxy yang gue naikin setiap pagi,
tuh).
Mau nggak berperan serta mengurangi kemacetan?
Mau nggak mewujudkan sayang lingkungan?
Mau nggak berkorban, bukan hanya mengeluh?
Intinya sih, mau apa enggak?
move people, not car |
HA! |
Dan ini juaranya:
semua orang pasti punya pembenaran :) |
Lagian, nggak harus tiap hari kok. Hanya sekali dalam
sebulan. Tuh kepala dinas aja ternyata pada bisa. Ada yang naik mikrolet,
bajaj, dan ojek. Bahkan ada yang naik sepeda dari rumahnya di Cibubur sampe
Kuningan, lho. Kewl, eh?
Kok kita bisa muji Jokowi yang blusukan naik innova, Ridwan
Kamil yang keliling Bandung naik sepeda, atau JK yang pake sepatu keluaran
Cibaduyut atau pemimpin lain yang sederhana dan membumi?
Tapi kita sendiri nggak berpartisipasi untuk perubahan?
Gimana mau berubah?
Yuk ah, mulai dari diri kita sendiri *uhum- serius amat sih, Neng, macam motivator aja lo*
ehm... kena berkali-kali nih sayah. Masih cintah naik mobil Mba Lita.
ReplyDeleteSudah diskusi sama istri, berencana naik angkutan umum by the time Aaqil dah disapih.
masih belum tega Mba kalo Aaqil lagi mau nyusu trus kebingungan nyari tempat nyusunya. *iya, ini pembenaran. Maafkan belom bisa partisipasi..*
Aduuuh.. Ampuuun, malah ga enak kalo ada yg ngaku gini, haha! Partisipasi perubahan negara atau at least kota ga cuma ini, sih, cuma emang pas lagi rame diomongin aja. Banyaaaaaak cara lain,berpartisipasi dan aku yakin pasti Mas Dani dan keluarga melakukannya :)
DeleteSalam hormat dan semangat but istri yang masih menyusui Aaqil :)
disini cuma bisa naik ojek krn g punya mobil xixixiixxi, tapi didaerah kecil macam bombana jangankan macet kendaraan yang lewat aja bisa kehitung, yang punya mobil pribadi g bgt banyak, angkot ga ada, cuman bisa ngojek... hehehe
ReplyDeletemudah2an kedepannya jakarta gak macet2 lagi biar Mbak lita dan teman blogger *sokakrab* lainnya bisa pergi pulang tanggo..:)
AMIIIIN...
DeleteMakanya waktu itu pernah ada obrolan mengenai kota ramah ibu, bagi aku pribadi kota yang ramah ibu itu WAJIB nggak macet :)) #bahagiaitusederhana
Aku juga naik bis empet2an tiap hari huhuhuhu
ReplyDeletemengeluarkan sekian kalori, kan, Nov :D
DeleteSemoga kendaraan umu makin banyak, trs keamanan dalam kendaraan umum juga
ReplyDeleteSampai saat ini masih ga berani naik angkot di Jakarta, cuman bis Transjakarta sama taksi. :|
Amiiiiin...
DeleteKalau patas ac sebenarnya masih oke kok. Pilih duduk persis belakang sopir aku biasanya :D