Thursday, December 26, 2013

Cita-citanya Apa?

Tadi abis nganter Igun ke bandara, gue kencan sama Langit. Kami makan di Tebet, terus muter-muter aja. Terus muncul percakapan ini:

Langit: " Ibu, kalau udah besar mau jadi apa?"
Gue: " Lah, kan ibu udah besar sekarang, udah kerja juga"
Langit: "Ih, iya, tapi cita-citanya walaupun udah besar mau jadi apa?"
Gue: " Umm.. Jadi penulis, deh! Kalau Langit jdi apa?"
Langit: "Aku mau jadi yang ambilin dan anter-anterin makanan di tempat makan ah"
Gue: (ooo maksudnya pelayan, berubah lagi nih setelah jadi detektif, penyanyi, pemadam kebakaran..) "Ooo, itu namanya pelayan"
Langit: "Selain anterin makanan ngapain lagi, bu, kerjanya?"
Gue: " Catet makanan yang dipesan orang, terus bersihin meja setelah ada yang makan, hapalin menu.."
Langit: (tampak mulai ragu) "Ngapalin menu, maksudnya apa?"
Gue: "Iya, jadi kalau ada yang tanya ada ayam goreng, nggak? Langit harus hapal, nggak boleh jawab "nggak tau deh", atau "aku lupa", gitu. Terus juga harus sabar kalo ada yang pesan makanan, harus ditungguin nggak boleh marah-marah"
-emaknya masukin pesan sponsor, karena Langit masih sering jawab "nggak tau" dan "lupa" kalo ditanya. Dan suka nggak sabaran-
Langit: "Kalo gitu, aku nggak jadi ah jadi pelayan.."

Ah, andai masa depan bisa diubah semudah membalikkan telapak tangan ya, nak :D

Monday, December 23, 2013

Kencan Kriminal

Sejak awal kenalan sama tv kabel, gue doyannya nonton film seri kriminal. Film seri yang cewe, yang gue tonton cuma satu yaitu Desperate Housewives (ini malah sampe ngulang nonton dari season pertama beberapa waktu lalu, haha).

Tapi serial kriminal juga nggak semuanya gue suka, sih. Paling hanya CSI, Bones dan Criminal Minds. Sisanya, serial yang bentuknya semi dokumenter kaya barusan nonton Homicide Hunter atau apa deh lupa judulnya, yang memfilmkan kisah-kisah nyata para polisi menyelesaikan kasusnya.

Berbeda sama orang kebanyakan yang hobi nonton film seri di dvd juga, gue ga demen tuh. Nggak tau kenapa, feel-nya beda aja kali ya. Satu-satunya yang gue rela nonton di dvd ya lagi-lagi hanya si Desperate Housewives. Mungkin juga karena kalo nonton dvd bakal penasaran nggak ada habisnya, ya, jadi kaya ketergantungan terhadap sesuatu.

Ah, ya, walaupun serial, tapi kalo diperhatiin gue lebih suka yang ceritanya lepasan kan? Bukan yang bersambung ke episode berikutnya. Makanya kayanya lebih cocok sama serial kriminal karena ceritanya kelar per episode. Nggak kaya Maria Mercedes atau Wild Rose yang kudu mantengin tiap episode biar nggak ketinggalan ceritanya.



Sunday, December 22, 2013

Writers Block

Kalo yang berprofesi penulis atau yang hobi nulis, pasti kenal sama istilah ini. Kalo kata wikipedia, ini adalah sebuah kondisi di mana seorang penulis kehilangan kemampuan untuk menulis.

Kalau gue biasanya mengasosiasikan ini dengan kehilangan ide untuk menulis. Yah, kadang idenya ada tapi entah kenapa sulit aja untuk menuangkannya. Kadang,udah kebayang judulnya apa, tapi bentuk tulisannya kabur. Kadang udah nemu paragraf pembuka bahkan sampe setengah tulisan, tapi ga bisa endingnya. Kadang malah udah nemu ending yang bagus, tapi bingung pembukanya apa.

Dalam kasus gue saat ini, hampir setiap hari gue menulis everything related to parenting, school, home, health, etc. Bosen? Nggak juga, karena dalam parenting, ada 1001 cerita yang selalu baru setiap hari.



Karena otak gue suka bekerja secara random, maka kadang suka writers block kalo ada artikel pesenan alias sponsored post. Untung kalo otak yang random ini keluar idenya cocok dengan yang dipesan, kalo nggak? Bisa berhari-hari nemu mood yang pas untuk nulisnya.


Tuesday, December 17, 2013

Minggu Kemarin..

Sungguh luar biasa!

Selasa, gue nemenin Langit outbound di Ciseeng. Btw, kalo dengar kata Ciseeng, apa sih yang terlintas di otak lo? :D
Bangun jam 5 pagi, kumpul di sekolahnya jam 6 pagi. Sampe rumah lagi udah jam 4 sore. Jam 8 langsung tiduuuur, tepar bok!



Jumat, outing kantor dengan cara... MASTER BOOT CAMP!
Pas adzan subuh bangun, siap-siap dan berangkat jam 5-an karena akan dimulai jam 6 pagi. Lanjut breakfast di Mulia, lalu sampe rumah jam 2-an.



Baru bisa tidur jam 9 malam...

Minggu, #bajakJKT.
Bangun subuh lagi, jam 4.30 udah cabut dari rumah. Terus lari dengan jarak 10, 750 berdasarkan Google Earth. 

with female daily #fitnfabrunners  :)

Sampe rumah jam 10.30-an, langsung siap-siap arisan keluarga di mana anak gue udah semangat banget karena sekalian berenang. Sampe rumah jam 4, nah itu baru bisa tidur, dah.

Dengan kepadatan jadwal seminggu kemarin, yah, sebenernya nggak padat-padat amat, cuma bangun pagi itu rupanya bikin energi lebih cepat terkuras, ya. Hahaha...

Lalu, bagaimana kesannya?






- sekian -



Monday, December 16, 2013

36 Years Marriage

Ya sudah barang tentu bukan usia pernikahan gue, ya. Secara usia aja baru 20 tahun gitu lho *keselek KTP*.

Tanggal 27 November lalu, usia pernikahan bokap dan nyokap 36 tahun. Amazing isnt it? Udah lewat pernikahan perak dan dikit lagi ke pernikahan emas, konon kabarnya.

Bokap nyokap bukan pasangan romantis. Bokap orangnya super lempeng dan nggak banyak omong tapi keras kepala. Sementara nyokap cuek dan outspoken eh, opinionated. Nyokap tipe nggak takut ngeluarin emosi atau pendapatnya ke bokap, suka atau tidak. Tapi sekaligus menghormatinya.

Nggak jarang gue lihat bokap dan nyokap beradu pendapat di depan anak-anaknya. Apakah ini hal yang buruk? Berdasarkan pengalaman gue sih, enggak. Hal tersebut nggak bikin,gue kehilangan rasa hormat pada salah satu dari mereka.

Ketika gue dan kakak gue dewasa, yang paling baru masih sekitar tahun ini, kami anak-anaknya malah sering jadi perantara kalo mereka lagi berselisih paham. Nyokap yang secara emosi lebih terbuka (ya,kakak gue tuh jiplakan nyokap bangrt. Secara tgl lahir aja samaan) minta kami anaknya untuk menyampaikan pesan di mana kalau dia yang nyampein ujungnya jadi bete. Sementara bokap yang lebih datar emosinya, tapi sekalinya ngomong makjleb (nah ini nurun ke gue, haha)mau mendengarkan kata-kata anaknya.

Buat gue, mereka berdua walaupun mungkin bukan ortu yang sempurna, tapi sangat menghargai anak-anaknya. Nggak pernah, seinget gue, mereka ngomong "ini urusan orang tua". Bahkan pas mama harus mengasuh nenek almarhumah, bokap nyokap ngajak duduk bareng dan menyampaikan plus minusnya.

Kalo melihat pemetaan kehidupan selama ini, gue sering liatnya, gue suka belain bokap dan kakak gue belain nyokap. Etapi nggak mengurangi rasa sayang dengan yang lainnya, lho. Kayanya lebih karena kesamaan pola pikir dan manajemen emosi aja, sih. Haha.

Walaupun bokap nyokap bukan tipe romantis, tapi ada satu hal yang menurut gue lucu. Bokap tau banget kalo masakan bukan nyokap yang bikin. Jadi nyokap kan sering menurunkan keahlian menasaknya ke pembantu-pembantu yang kami punya (sayangnya pas gue, yang notabene anaknya, ke-skip, haha). Bokap selalu tau kalo suatu masakan bukan hasil nyokap. Bahkan tempe goreng yang tinggal nyemplungin atau sambel yang tinggal diulek doang, bokap tau lho! Nah, kalo urusan ini, baru dah kakak gue nurun beliau. Secara gue sama nyokap, makan apa aja hayok.

Eh salah, secara gue makan itu cuma ada kata enak dan nggak doyan. Nggak doyan juga lebih karena belum pernah nyobain. Hihi.

Anyway, balik lagi ke 36 tahun pernikahan. Gue suka mikir, bakal seperti apa gue dan Igun kalo nikah udah sampe segitu lama? Sering berantem? Cuek-cuekan? Atau malah balik ke masa pacaran, secara anak pasti udah punya kehidupan sendiri?

Apa kami bisa bertahan segitu lama seperti mereka?
Apa gue bakal mikir seperti nyokap, "mama mendingan papa yang nggak ada duluan, kalo mama yang nggak ada duluan, ntar papa siapa yang ngurus?'.
Apapun itu, semoga cinta kasih kami ke anak nggak akan pernah pudar seperti bokap nyokap ke anak dan cucunya. Amin.

Terima kasih ya, ma, pa, udah ngasi contoh nyata bahwa kasih sayang orangtua sepanjang jalan dan tanpa pamrih.

Friday, December 13, 2013

Gara Gara Molto

Dua hari kemarin jagad Twitter sibuk mengecam Molto, akibat mereka memuat bukan hanya satu tapi DUA artikel yang menyesatkan tentang menyusui.

Judulnya aja,"Menyusui ternyata juga merugikan, kenapa ya?". Sebagai orang yang kerja di bidang tulis menulis, judul yang bombastis memang penting. Ada istilahnya, di dunia jurnalistik. Tapi maap, saya lupa. Pas mata kuliah itu kayanya memory card ga di-insert ke otak.

Judul seperti itu, pasti mengundang rasa penasaran orang. Masa iya, menyusui yang lagi giat-giatnya dikampanyekan dan bahkan ada UU-nya segala ternyata ada kerugiannya?

Pasti orang bakal klik dong, statistik naik,jadi bahan pembicaraan,bagus kalo trending topic. Sayangnya, isi tulisan benar-benar menggampangkan urusan menyusui yang bagi sebagian orang nggak gampang.

Di saat banyak ibu sampe berdarah-darah untuk lancar nyusuin, ini bukan kiasan, karena gue pribadi pernah ngalamin deh yang nipple sampe sore akibat kegigit bayi. Di saat banyak ibu yang bolak balik ke konselor atau rela minum jus pare, ya pare yang pahit itu dijus, supaya ASI-nya lancar. Di saat banyak brand coba engage sama ASI, fyi, brand mothercare sangat pro ASI, lho. Nanti gue ceritain detailnya di mommiesdaily.com.

Kok Molto yang notabene ga berkaitan sama menyusui, mau 'main' di wilayah ini?
Dengan cara yang nggak cantik, pula!

Dia nggak mikir, banyak orang yang make internet belum tentu semuanya bijaksana dalam menyaring informasi? Dia nggak kasihan 'musuh'nya ASI yang langsung maxam sufor aja biayanya gede banget untuk promosi. Lah, kok dese yang nggak berkaitan malah icam alias ikut campur dan memberikan informasi yang menyesatkan.

Gue pribadi benar-benar geram. Gue bukan konselor. Dan gue nggak mau judge pilihan ibu kalau memberikan apapun untuk anaknya.
Cuma menuliskan berita yang menyesatkan itu sangat, amat sangat, nggak pintar.
Walaupun yang nulus seandainya bukan perempuan, atau perempuan yang belum pernah nyusuin, tetap aja, seorang penulis apalagi di era internet semacam ini, harusnya bisa riset. Klik keyword ASI atau menyusui, ribuan bahkan jutaan artikel yang menyebutkan ASI dan menyusui itu menguntungkan.
Atau kalau mau nulis kerugiannya, at least do MORE research. Nggak sedangkal itu juga. Ibu menyusui makannya harus dibatasi? Cmon, justru menyusui bisa makan bebas. Kalaupun ada yang dibatasi, pasti ada penjelasan ilmiah.

Shame on you.
You are playing on the wrong field, bro (or sis)!

Monday, December 9, 2013

Gagal Paham

Ada banyak hal di dunia ini yang sering bikin gue #gagalpaham. Misalnya, orang yang mau-maunya bermacet ria naik kendaran pribadi (dan ga boleh ditebengin, haha).

Nggak deh, gue ga mau ngomongin hal itu. Hal lain yang bikin gagal paham adalah, warga yang tinggal secara ilegal di tanah milik negara lalu menuntut ganti rugi ketika digusur (atau geser, kalo istilah Jokowi).

Ya, mungkin mereka udah bertahun-tahun tinggal di sana.
Ya, mungkin mereka tinggal di sana secara turun temurun.
Ya, mungkin mereka bayar sewa ke yang bikin lapak. Padahal yang bikin bedeng atau rumah-rumah itu juga bukan pemilik tanah, kan.

Terus, pas digusur, mereka marah. Mereka kecewa sama pemerintah. Mereka melawan aparat. Nggak jarang ada timbul korban.

Yang sering gue baca akhir-akhir ini, setelah Pemprov baru mau memperbanyak RTH adalah, warga menuntut ganti rugi yang layak.

Wait....
Mereka disediakan rumah susun (bahkan lengkap sama isinya!)
Mereka dikasih ganti rugi (awalnya sekian rupiah, tapi warga nawar minta lebih)
Mereka mengeluh lokasi baru aksesnya sulit.
Mereka mengeluh uang ganti rugi dari pemerintah nggak cukup untuk biaya hidup.

Padahal,
Nggak ada yang nyuruh mereka tinggal di lahan milik negara (atau orang lain) tanpa izin.
Lokasi baru (rumah susun) kondisinya lebih manusiawi dibanding bedeng-bedengan. Trust me, walaupun udah lamaaaaa... Tapi gue pernah liputan ke daerah seperti ini. Dan bahkan dulu teman SMP gue ada kok yang tinggal di bantaran kali dengan bangunan semi permanen.
Udah ninggalin lahan punya orang lain, pas digusur dikasih duit, dikasih tempat tinggal baru, eh minta lebih! Bahkan ada yang bersikeras tetap tinggal di situ. Sungguh aku #gagalpaham.

Ini bukan postingan nggak peduli sama rakyat kecil ya. Ah cmon, yang nulis ini orang yang milih naik angkutan umum dibanding bawa mobil sendiri.

Beberapa waktu lalu, baca artikel ada warga yang menyesal karena nggak mau ikut pindah ke rusun baru seperti tetangganya yang lain akibat diiming-imingi sejumlah uang oleh oknum tertentu.

Nah, jadi mau ngebatin, "makanya jangan ikut-ikutan..".

Dalam pengetahuan gue nih, warga yang menduduki lahan secara ilegal mungkin kebanyakan adalah mereka yang datang ke ibukota untuk mengadu nasib. Mencoba peruntungan.

Well, its ok sebenarnya.
Toh hidup memang kadang seperti arena perjudian, ya, di mana kita nggak tau kapan menang kapan kalah.
Tapi kalo elo mencemplungkan diri ke arena perjudian tanpa dipikirkan baik buruknya dulu, itu kemungkinan,'kalah judi'nya lebih besar.

*gue ga bisa dan ga tau peraturan judi, btw*

Kalo kata Koh Ahok, warga yang tinggal di lahan negara secara ilegal ini analoginya "saya kalau udah ga menjabat wagub, tapi nggak mau pindah dari ruangan saya. Sekalinya mau pindah, saya ga mau dri ruangan yang sebelumnya saya tinggali".

Nah, bener apa nggak tuh, kira-kira?

Friday, December 6, 2013

Alkisah Sebuah Handphone



Gue nggak banci gadget, tapi gue emang senang ngulik, walaupun nggak maksimal juga, haha. Pertama kali punya handphone tahun 2000, saat itu gue udah kerja part time, jadi sebagai yang datang dari keluarga sederhana, gue udah punya privillege untuk beli pulsa sendiri, endesbre-endesbre.
Udah 13 tahun punya handphone, berapa kali ya, gue ganti hp?

  • Siemens C25

Ini hp pertama, nggak beli juga melainkan dikasih sama om. Jadi waktu itu om gue minta bantuin gue bikin pamflet, nge-print dan perbanyak. Upahnya, gue dikasih hp ini yang LCD-nya rusak. Haha. jadi gue hanya disuruh benerin hp sendiri, waktu itu biaya benerin LCD 75 ribu dan gue kudu ke Roxy, karena belum banyak ITC macam sekarang.



  • Ericsson T20

Setelah berapa lama punya duit sendiri, gue mulai bisa ngumpulin duit dan niat beli hp baru. Ihiy, senang banget rasanya bisa beli hp baru pake uang sendiri. Nah, Ericsson T20 ini yang gue pilih. Lucu gitu bentuknya gendut-gendut dan warnanya biru putih.


Sayang, gue harus ganti lagi setelah 1 tahunan pake ini karena..... kecopetan T___T
Jadi saat itu gue udah kerja tetap di Tebet, masih kuliah di Lenteng Agung. Setiap hari naik KRL dari LA ke Tebet. Suatu hari pas turun dari KRL, gue mau naik ojek ke kantor, dompetnya nggak ada. Plus, pouch hp warna kuning merek flashy yang zaman dulu cukup tenar di Bandung, juga hilang. Hiks. Lemes bok.

  • Nokia

Bukan pisang, bukan 5110, bukan 8210. Ada seri 3 depannya, tapi lupak. Gue pikir 3530, ternyata pas gugling gambarnya, bukan itu. Karena 3530 udah warna, tapi yang gue punya ini belum.
Jadi setelah kecopetan, alhamdulillah dapet door prize handphone pas lagi liputan. Haha! Alhamdulillah, yaaa...

  • Nokia 3650

Mulailah masuk zaman handphone kamera. Harus punya dong, yaaaa....
Kenapa milih ini, karena 7650 hp kamera pertama itu terlalu mainstream :D si 3650 ini lucu, keypad-nya muter. Orang-orang bilang aneh, tapi ya gue demen sih! Dan gue bisa tetap sms-an dengan speed tingkat tinggi pake keypad macam gini. Haha. canggih!

 *gambar dari sini

  • Nokia 6630

My very expensive phone! Gue beli pas hp ini baru keluar. Di zamannya, tahun 2004, sangat mahal. Bahkan saat ini aja, gue nggak pernah belu hp dengan harga di atas 5 juta lagi. Secara masih single, penghasilan lumayan, bungkus lah!
Ini hp canggih banget. Hasil kameranya cakep dan bisa internetan. Hasek!
Pas udah nggak pake hp ini, bokap mau make karena dia nggak mau yang canggih-canggih banget. Dan di pertengahan tahun 2013 kemaren, hp ini ilang karena bokap lupa naro. Ya sutralah. Usianya panjang juga, ya, 9 tahun dalam kondisi prima.


  • Blackberry

Mulailah gue berkenalan dengan Blackberry di tahun 2008. Yang pertama gue punya yang curve dengan trackball. Usianya sampai 2 tahun, dengan kondisi trackball coplok terus. Gue benerin, kemudian Blackberry ini jadi milik nyokap.
2011, ganti BB ke Gemini ajuah. Seperti yang udah mention di atas, sejak 6630 nggak pernah beli hp mahal-mahal lagi. 2 juta aja rasanya mahal! Haha!
2012, dapet hibahan BB dari Hani (thank u Haniii :*) karena udah zaman Whatsapp, si Gemini udah mulai sering ngehang dan suatu hari nggak bisa nyala. Setelah Gemini dibenerin, dipake sama Igun yang awalnya #androidgariskeras :p

  • Samsung S3 Mini

Pas mulai ada gosip BBM bakal ada di Android, gue udah mulai lirak lirik Android. Apalagi, gue pake Galaxy Camera juga dan ngerasain serunya Android yang apps-nya banyak. Beli deh, si S3 Mini ini. Ipong sempat nanya, “Kenapa nggak S3 aja sekalian”. Mahal bok. Lagian kalo buat dibawa lari/ olahraga kegedean. Ntar gue ga bisa update lari berapa km, lagi #penting.

*bisa baca Conan dari awal sampe edisi terbaru!


  • Nokia Lumia 625

Ini bukan ganti, tapi jadi 2nd phone. Fyi, dari dulu gue nggak bisa pake hp 2. Zaman Flexy, Esia, dkk itu gue selalu punya. Jadi selain hp di atas, gue ada hp CDMA yang pada kenyataannya nggak pernah dipake juga, hehe.
Nah, si Lumia ini, enak banget dipakenya. Jangan tanya gue spek-nya. Itu bisa dicari di gsmarena.com hihihi. Secara ya, dari awal kalo dilihat gue lebih banyak pake Nokia, jadi walaupun beda sama Nokia zaman dulu, asa udah akrab sama Nokia.

What do i like most from this phone? Tentu saja si Nokia Mix Radio. Selain ada mixes music yang disediain dengan berbagai kategori (ada kategori yang judulnya “Kondangan Mantan Pacar”, isi lagunya pediiih semua. LOL), kita juga bisa bikin playlist sendiri. Tinggal masukin 3 artis/ band yang kita pilih, nanti playlist ini akan memainkan nggak hanya dari 3 artis itu. Tapi juga artis-artis yang musiknya sejenis dengan 3 artis tersebut. Wah, gue seneng banget, seriuuuus! Secara ya, bo, kehidupan gue ga bisa lepas dari dengerin musik *tsah* maksudnya, gue bisa lebih produktif saat dengerin musik gitchuw!



Anyway, bakal gue tulis terpisah ah, tentang si Lumia ini. Maklum, masih lagi jadi barang kedemenan. Haha!

Nah, itu perjalanan hp gue dari masa ke masa. Nggak terlalu banci gadget, kan?

Wednesday, December 4, 2013

Support

Ada beberapa orang yang senang di-support dengan benda nyata atau hal yang riil.
Ada juga yang dengan dipeluk.
Yang lain butuh didengarkan.
Yang satu lagi maunya ditanya.

Gue, mungkin termasuk pribadi yang cukup kuat kalau ada masalah. Gue jarang nangis atau berkeluh kesah, apalagi kalau punya masalah yang cukup berat.

Aneh?
Ya, mungkin. Gue lebih bisa nangis kalo dengar masalah orang daripada kalau gue yang ngadepin masalah
Beberapa orang yang hapal atau notice sama perubahan, mungkin tau kalo gue lagi ada masalah.
Tapi banyak yang enggak.
Ada yang bilang gue pandai menyembunyikan perasaan. Padahal nggak juga. Gue lebih pandai nge-distract otak gue supaya nggak mikir masalah tersebut.

Tapi kalo ada yang ngeh sama blogpost, status socmed lain, atau lagu-lagu yang gue pasang,  pasti kebaca kok. Eventough gue jarang banget mention apa masalah yang gue alami secara detail.

Btw, lagu yang gue dengerin kalo lagi butuh support atau bermasalah, justru biasanya lagu kencang. Semakin punk, haha, semakin butek otak gue tandanya.

Gue bukan tipe pencerita atau curhat. Karena gue jarang bisa identify secara tepat bagaimana sebenarnya perasaan gue. Sedih? Marah? Kesal? Kecewa? Mungkin juga karena gue bukan orang yang bisa dengan nyaman ngomongin perasaan.

Jadi daripada didengarkan curhatnya, gue lebih baik cari support yang bisa mengalihkan pikiran dari masalah tersebut. Ketawa ketiwi, haha hihi, nyanyi karaoke-an, atau ngobrol seru ngalor ngidul.

Whhat about you? Suka support yang seperti apa sih?

Monday, December 2, 2013

Music Monday: Winter

Lagi dengerin mixes music yang playlist Punk Rock di #nokiarmixradio, tiba-tiba muter lagu dengan judul Winter yang nyanyi Bayside. Ini liriknya:

When Winter falls
Next year, I'll be holding on
To anything nailed down
As for being patient, with fate and all, it's getting old.
And my mind is slowly changing
I'm calling all my oldest friends,
Saying "sorry for this mess we're in,"
And I'm waiting, waiting
For the Sun to come and melt this snow,
wash away the pain, and give me back control, control.

An angel got his wings,
And we'll hold our heads up knowing that he's fine.
We'd all be lucky to have a love like that in a lifetime.

Should we still set his plate?
Should we still save his chair?
Should we still buy him gifts?
And if we don't, did we not care?
It makes you think about the life you've led,
Shit you've done, things you've said.
And it's grounding, grounding.
I've been feeling three feet tall this month,
hardly indestructible.
But the snow melts, and the rhythm still goes on.

An angel got his wings,
And we'll hold our heads up knowing that he's fine.
We'd all be lucky to have a love like that in a lifetime.

Friends stay side by side,
In life and death you've always stole my heart,
You'll always mean so much to me, it's hard to believe this

These nights in vans,
These nights in bars,
Don't mean a thing with empty hearts, with empty hearts.

An angel got his wings,
And we'll hold our heads up knowing that he's fine.
We'd all be lucky to have a love like that in a lifetime.

Friends stay side by side,
In life and death you've always stole my heart,
You've always meant so much to me, it's hard to believe
So much to me, it's hard to believe
So much to me, it's hard to believe this.




Ga tau, pas dengar lagu ini gue dalam kondisi mellow. Jadi menurut gue lagu ini related sama perasaan hati saat ini.

You've always meant so much to me, it's hard to believe

 Deym.