Sunday, December 23, 2012

Banjiiiiir!

Gue akrab sama banjir. Foto-foto gue jaman kecil udah nggak bersisa karena kebawa banjir. Ya, dulu keluarga kami tinggal ga jauh dari bantaran sungai yang kalo hujan banyak (eh, deras) bakal kebanjiran.

Terus, pas zaman SD, kami pindah ke sebuah perumahan, yang ternyata langganan banjir. Untung, sih, ga selalu masuk rumah. Paling hanya 1-2x masuk ke rumah setinggi betis lah. Pernah banjir ini datang pas lagi bulan puasa. Gue sama kakak gue tidur di dalam mobil (yang kebetulan tinggi), sahur juga dalam mobil.

Sedih?
Wah, nggak sama sekali! Gue malah salah satu yang gembira kalo kebanjiran. Haha. Serius! Sama anak-anak komplek sering banget main perahu karet keliling komplek, atau naik sepeda banjir-banjiran, atau ya cuma keliling komplek aja rasain banjir. Aneh? Nggak. Masih anak-anak bok, dibawa senang aja. Eh, tapi sampe SMA, kalo komplek kebanjiran, tetap senang, sih. Copot sepatu pas pulang sekolah dari depan komplek, jalan kaki, deh, sambil menikmati rintik hujan dan rendaman kaki di air sungai yang meluap.

Agak lupa persisnya kapan diawali istilah Banjir 5 Tahunan, tapi terakhir yang gue inget banget tahun 2007. Gue ngantor, lalu kantor dipulangkan lebih cepat karena kondisi sudah mengkhawatirkan. Kebetulan gue bawa mobil, jam 4 jalan dari kantor di Citra Graha. 15 menit udah sampe Pancoran, dong. Terus keluar dari Pancoran tebak jam berapa? Yak, jam 8 malam x_x

Sabtu, Jakarta dikepung banjir. Bukan hal yang aneh, pasti, ya. Sejak jaman Belanda juga udah pernah ngalami banjir besar, kok.

Kenapa?
Pertama, karena Jakarta memang dibangun di lokasi yang bentuknya menyerupai cekungan.
Ditambah lagi, pembangunan Jakarta semakin menggila. Berasanya sejak zaman Sutiyoso, ya, cmiiw, si Bapak Pembangunan Mal Jakarta (dan diteruskan oleh Si Kumis). Pembangunan aneka gedung semakin menjadi kadang (dan sepertinya kebanyakan) nggak memedulikan AMDAL. Bukan hanya RTH dirampas, tapi juga bikin tata kota nggak kece. Misal, Balai Sarbini yang klasik itu sekarang malah dikelilingi oleh angkuhnya Plasa Semanggi. Dan mal ini, ya, bikin makin semrawut aja lalin seputar situ *sigh*

Banyak banget juga daerah yang tadinya nggak banjir jadi banjir. Contoh yang paling gue inget, Cawang UKI itu seinget gue ga pernah banjir. Eh tapi sejak pembangunan apartemen dan aneka gedung sekitar situ, banjir mulu :(

Mana lagi, ya? Casablanca? Sabtu kemarin banjir dekat Ambasador. Ya, menurut ngana? Sederetan itu udah berapa mal dan gedung baru yang dibangun dalam kurun waktu 2 tahun ini?

Kedua, Jakarta dilintasi sungai yang cukup besar, Ciliwung. Dimana sungai ini menampung air dari Bendungan Katulampa, Bogor. Air dari bendungan ini merupakan tampungan dari Puncak, Bogor. Nah, di Puncak, tau ndiri, dong, pembangunan villa, resort, endesbre itu kaya apa?

Ditambah lagi, sepanjang bantaran sungai itu, jadi tempat tinggal warga. Tempat tinggal doang, sih, nggak masalah. Yang masalah adalah, mereka menjadikan sungai sebagai tempat sampah :(
Dikata sungai bisa mengurai sampah kalian jadi pupuk atau makanan ikan? -____-

Ketiga, BMKG beberapa minggu lalu merilis berita bahwa curah hujan akan tinggi di Jakarta hingga Januari 2013.

Terus, gegara ganti gubernur, semua orang sibuk menyalahkan pak gubernur baru saat kejebak macet dan banjir. Heloh, Jokowi dipilih untuk jadi gubernur, bukan tukang sulap -___-

Bersihin sungai dari sampah, sedimen di gorong-gorong air, penyediaan alat (pompa air dsb) untuk mengatasi banjir emang cepat, tapi MENGUBAH habit manusia emang semudah membalikkan telapak tangan?

Coba, bujuk, kasih pemahaman, sosialisasi, suruh, perintah orang untuk nggak buang sampah sembarangan, bisa semuanya langsung ikuti, ga? Hah? Hah? Mana suaranya, kok, ga ada yang jawab?

Gue yakin, dari 10 orang yang lo ajari untuk buang sampah pada tempatnya, pasti akan ada 1-2 orang yang cheating untuk buang sampah sembarangan. Ya, nggak?

Emang kalo Si Kumis (atau yang lainnya) saat ini menjabat, Jakarta jadi ga banjir (kecuali kalo mereka menganggarkan dana jor-joran ke pawang hujan, ya. LOL)? Atau Jakarta kalo hujan nggak macet, gitu?

Cari kambing hitam emang paling gampang, ya. Untuk urusan apapun. Tapi, emang nggak kasihan sama kambing hitam, selalu muncul di setiap masalah, yang bahkan dia ada juga nggak (asa teu nyambung, bodo ah. Haha).

Intinyaaaaa....
Mau ga macet, ya jangan banjir. Mau ga banjir, ya jangan buang sampah sembarangan (ga mungkin, kan, gue bilang jangan hujan?).

Masalah macet, kalo capek kena macet, ya naik angkot. Gengsi naik angkot? Ya nebeng. Gengsi nebeng? Ya nikmati macetnya sambil nyetir. Jangan protes. Kan kamu menjadi salah satu penyebabnya *senyum manis*

Udah, aku bobo dulu, ah *sok imut*. Mo mimpi main banjir-banjiran!


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, December 21, 2012

Last Day, This Year

Hari terakhir masuk kantor di tahun ini.

Diawali dengan ambil rapor sekolah Langit. Gaya bener, ya, anak TK pun udah ada rapornya. Alhamdulillah, hasilnya ok. Perihal mengenal huruf, angka, menulis, menggambar, kosakata, dsb dst, insyaallah gue ga khawatir. Karena kalo toh, belum maksimal, ya memang belum usianya juga, kan. Ndilalah, semua itu malah bagus (ini pamer terselubung bukan, sih?).

Serius, deh. Kebetulan Langit memang tipe anak yang bisa anteng dikasih buku dan pensil, dia bisa sibuk gambar atau nulis di situ. Antara mainan dan buku pun, dia akan lebih anteng dikasih buku cerita.

Nah, yang gue concern justru masalah sosialisasi. Dia kalau di sekolah, bukan tipe yang bisa langsung gabung sama teman-temannya untuk main. Pernah gue tanya, "Langit di sekolah main sama siapa tadi?". Jawabannya, "sekolah itu bukan tempat bermain, bu, tempat belajar". Eyalaaaaah *tutup muka*

Btw, di salah satu buku tugas Langit ada yang menggambar makanan kesukaan. Dan ini yang Langit gambar:


Info, itu bukan tulisan Langit, ya. Kalau Langit tulisannya sebagus itu, gue pasti udah kursus menulis indah :p

Setelah ke sekolah Langit, gue harusnya ke fisioterapi untuk cek lengan gue yang kegencet pas kemaren angkot gue tabrakan. Sekilas cerita, deh. Kemaren pas mau berangkat liputan, gue seperti biasa, kalau dari rumah, maka akan naik angkot dulu sampe keluar Bekasi, lah, minimal. Lalu lanjut naksi. Nah, pas naik angkot 58, menjelang ke luar tol  Halim, tiba-tiba "BRAKK", asli kenceng amatan! Gue, yang posisi duduknya persis di belakang sopir, langsung kegencet 5 orang yang duduk di sebelah kiri gue. Pas sebelah kanan gue itu, pembatas besi. Jadi lah, lengan kanan gue kegencet. Sakit bok! Sempat nggak bisa bergerak, karena sakit banget. Tapi karena harus langsung liputan, ya sudah lah, ya. Dan kebetulan gue emang bukan tipe yang neneng sama penyakit, sakit, ya sudahlah, nikmati saja sambil berafirmasi bahwa ini nggak apa-apa.

Setelah liputan, sempat cek sebentar, dan lebam. Oke, deh. Setelah liputan, nggak langsung pulang, gue ada 2 liputan, terus balik kantor, karena kerjaan menjelang libur ini lagi banyak-banyaknya. Balik dari kantor, jam 8an, gue cek pas ganti baju. Buset, lengan gue kaya berotot, alias bengkak :))

Suami gue udah ribut aja dari siang suruh gue ngecek ke fisioterapi. FYI, dia tadinya nggak percaya sama fisioterapi, pas lagi sakit pinggang terus gue suruh coba fisio, eh abis itu jadi tergila-gila. Haha!

Singkat cerita (lah, ga singkat juga, jadi panjang, tuh). Gue nggak jadi ke fisio karena udah terlalu siang. Langsung ke kantor. Secara liburnya hampir 2 minggu, maka gue harus memersiapkan artikel sekitar 14 biji (!!). Alhamdulillah, artikel sih, banyak, tapi ngeditnya kan, ya, kan....? :D

Liburan mau ngapain?

Belum tau! Igun ngajak mudik ke Bengkulu. Tapi sahabat gue, Mbak AO, nikah tanggal 29 Desember. Nggak mungkin lah, nggak datang. Secara pas kawinan gue, dese seksi sibuk sejak lamaran :D

Selain itu, ngapain, ya? Belum ada rencana apa-apa. Paling end up-nya di rumah saja, nih. Haha. Seperti biasaaaa....



Sunday, December 16, 2012

Menanti Hujan

Kemarau terasa begitu panjang,
Tak berujung

Tak kenal lelah ia menanti datangnya Sang Hujan
Duduk di kursi tua berderit teras rumah,
Termangu di depan jendela dengan gorden hijau,
Sampai tertidur di sofa empuk depan televisi yang menyiarkan berita korupsi di negeri ini

Tapi hujan tak juga datang.

Pagi ini, langit memuram
Awan-awan gelap beriringan menutupi sinar mentari
Ia telonjak,
Akankah hujan turun hari ini?

Jantungnya berdegup kencang,
Hatinya membuncah seiring bunyi gemuruh dari kejauhan

Harapnya terkabul,
Dahaganya terpuaskan
Diawali dengan tetesan lembut,
Air dari langit kemudian jatuh dengan derasnya
Membasahi pohon, tanah, dedaunan dan ia sendiri

Perempuan itu menari menyambut hujan
Perempuan itu bernyanyi diiringi rintik hujan
Yang kian lama kian terdengar merdu

"Ah, hujan, lama sekali kita tidak bersua..", ucapnya sendu
Sesendu wajahnya yang dihias oleh air hujan bercampur dengan air mata..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, December 14, 2012

Remember Paris van Java...

Selasa 11 Desember kemarin, Female Daily Network mengadakan outing kantor untuk pertama kali. Whoaa, seru dan super excited! 

Kalau outing biasanya itu outbound atau kegiatan team building yang dekat dengan alam, maka kami mainnya di tengah kota. Haha. Begitu sampe Bandung, langsung disambut tim fasilitator dan kami main games ala Amazing Race. Serunya? Jangan ditanya!

Kami ganti kostum dulu, terima pengarahan lalu, foto bersama!

candid berhasil!
ceritanya suruh lompat, tapi susah ye, 20 orang lompat bareng :p

Gue satu tim sama Nopai, Amal, Ningsih dan Agus. Tantangan pertama, gencel banget. Cuma disuruh foto sama delegasi KAA, Dasa Sila Bandung dan Km. 0 Bandung. Kelar pertama dong, tim kami.
Tim 1, mental juara *mentalnya doang, haha*

Tantangan kedua, bikin kerajinan tangan dari keramik. Ah, gampil juga lah. Beruntung Amal dulu pernah kursus keramik, dan kami sampai duluan di lokasi yaitu Studio 181. Jadi punya waktu banyak untuk mengonsepkan yang akan kami bikin. Selesai kedua, setelah Tim Hani, tapi nilai paling gede. Haha.

serius menghadapi clay

Tantangan ketiga, mengelilingi Taman Pramuka sambil naik sepeda onthel lengkap dengan lurik. Gampil, juga, lah yaaa...

Tantangan keempat, bikin kue balok di Pasar Cihapit. Gampil jugaaa...

Nah, yang kelima ini, merangkai bunga di Wastukencana. Merangkai bunganya sih, gampil. Tapi kemudian disuruh jual bunga tersebut. Ini nih, yang rada belibet, secara di timnya nggak ada anak sales *alibi*, haha. Akhirnya kejual dengan harga 20 rebu, itu juga setelah merayu ABG :))

Berondong yang mau2nya dirayu sama mamak2

Hasil penjualan tersebut lalu digunakan untuk bayar foto box di Jonas, Jalan Banda yang legendaris :D
gaya tutup mulut :p
setelah 'amazing race'

Malamnya kami dinner di Maxi's. Tempatnya bagus, tapi sayang malam-malam malah nggak keliatan apa-apa :))
wajah bahagia, kekenyangan
Toples mo candid, ke gap, jadi gaya deh, gue :))
It's not only an office, it's sorority :)

Setelah dinner, tadinya mau karaoke. Tapi batal, salah satunya karena room mate gue, Kila masuk UGD karena maag-nya kambuh :(

Setelah nemenin Kila, balik ke hotel. Terus gue ngendon di kamar Amal sama Vanya, Affi dan Maya. Biasa deh, sesi curcol dimulai! Sampe jam 11an, Kila balik dari RS sama pacarnya. Gue balik kamar, pesenin makanan, lalu.. krik-krik-krik.. aku menjadi bajaj di antara dua insan muda yang sedang mencinta :))) akhirnya gue kabur sekali lagi ke kamar Amal. Daripada eike jadi penonton dan mereka berdua ngobrolnya bisik-bisik, bok :))

Jam 1an gue balik ke kamar, pengennya sih buru-buru tidur karena besok paginya date sama Hani dan Syita mau lari pagi. Ternyata gue baru bisa tidur jam 2an, lalu jam 5.30 udah bangun dan siap-siap untuk lari pagi. Kami lari pagi di GOR Saparua. Tadinya sotil, mau lari di Taman Lalu Lintas yang pas ada di depan hotel. Ga taunya, baru buka jam 8 pagi. Nyengir, dah.

Bagi yang biasanya lari sore-sore, ternyata lari pagi itu menyenangkan, ya. Udah gitu, cuacanya kan juga beda. Biasanya gue lari di pinggir jalan, saingan sama angkot. Kemarin lari di GOR yang memang untuk olahraga. Lumayan lah :)
Tim #FitnFab #FDNouting

Kelar lari, langsung breakfast! Gue girang bener karena jus buahnya lengkap. Mulai dari jeruk sampai wortel dan apel. Puas deh, gue, sarapan jus (dan bubur, waffle, croissant, omelet! Haha)

Langsung mandi. Terus siap-siap check out.
Btw, mengenai room mate, Nopai menjodohkan dengan tepat. Kamar gue sama Kila itu bener-bener kapal pecah! Sama-sama cuma bawa tas untuk baju nginep, sama-sama ga bawa sisir, ga bawa sunblock, haha. Payah!

Setelah mandi, langsung menuju Rumah Mode untuk belanja! Iya dong, kan outing-nya dikasih uang saku segala untuk belanja. Asik kan? Abis itu makan siang di Sapu Lidi Sersan Bajuri (gue nambah sampe 3 kali!), lalu ke Saung Angklung Mang Udjo yang keren abis!

belanja dengan dress code BATIK!

candid kurang berhasil, karena muka gue menyunyu gitu :))
makan siang di pinggir sawah, bikin nambah 3 kali :p

diajak nari bareng sama Reza :)
foto sama Kang Roby yang jagoan lah musiknya :)

Over all, gue sangat menikmati kunjungan singkat ke Bandung ini.

Sesudah menikah,agak jarang explore Bandung. Biasanya cuma ke acara keluarga lalu paling ke Riau- Aceh- Dago. Makan pun, secara Igun bukan penikmat masakan Sunda, jadi... Sederhana FTW! :))

Nah, kalau sebelum menikah, cukup sering jalan-jalan seputar Bandung. Rutenya selalu nginep di Sarijadi, lalu ngangkot ke Setiabudi, baru deh, jalan-jalan kemana pun angkot berhenti :))

Jadi, pas kemaren mengarah ke Sersan Bajuri, wah, rasanya pengen turun atau cerita sama semua orang bahwa sepanjang lokasi itu bersejarah (ceileee). Mulai dari warnet di pojokan lampu merah yang Geger Kalong, Wisma NHI, Cipaku, Surabi Imut NHI, dst dsb.

Untung aja ga ke Ciwalk. Bisa duduk manis gue di Embargo :))) *masih ada ga, ya?*


Saturday, December 8, 2012

3 Tahun Bersama Mommies Daily

"Ya udah, Lit, elo bantuin full time aja di sini, gimana?"

Inget banget, lagi bbm-an sama Hani tahun 2010, tau-tau dia nawarin hal tersebut. Saat itu gue kerja di sebuah ahensi milik kosmetik Indonesia ternama *ceile*. Nggak nyangka, bakal ditawari untuk full time.

Flash back sedikit, tahun 2009, lupa persisnya bulan apa, Vanya kasih tau bahwa akan ada situs parenting baru karya FD, dan dia ajak gue untuk tulis cerita di sana. Berapa minggu kemudian, Affi juga cerita hal yang sama. Gue, sebagai member FD dari 2007, mau dong! Karena emang sejak kenal FD, 3 situs teratas yang gue buka begitu tersambung internet adalah email kantor, FD dan YM :D

Sejak ditawari itu, posisi gue sebagai kontributor pun terjadi. Karena emang cinta banget sama FD, dan gue respect sama duo founder, peran gue sebagai kontirbutor pun gue jalani dengan sungguh-sungguh. Liburan, atau hal-hal lain seputar parenting pasti gue langsung jadikan bahan tulisan untuk MD. It was like, nulis buat MD is main job, yang lain justru side job *beneran, nih!*

Pas banget tawaran Hani datang, gue emang lagi contemplating untuk berhenti kerja di perusahaan saat itu. Tawaran Hani pun, gue seriusin. Dan Hani tau bahwa gue juga nggak enjoy lagi berada di perusahaan tersebut.

Setelah pertimbangan sana sini, singkat cerita, gue pun gabung sebagai karyawan full time di Female Daily Network (pas gabung namanya masih The Daily Media).

Fast forward ke saat ini.
Nggak kerasa, gue udah 2 tahun di sini. Gue menyadari dan pernah ngebatin, tanda gue ga bakal lama di sebuah perusahaan adalah, gue ga bawa barang-barang pribadi ke kantor. Kalo sendal jepit dan mukena, mah, wajib. Maksudnya barang pribadi, contoh kecil adalah foto. Beberapa bulan gue belum pajang foto sama sekali di meja pas udah full time di MD. Bukan karena nggak yakin dengan perusahaan ini, gue mah, cinta bener sama grup FD. Di mana pun gue kerja, hidup gue pasti akan berputar dengan hal ini.

Nah, kalo sekarang nih, boro-boro foto, sampe baju, sepatu, perabotan make up, bahkan sampe roti dan rice cooker ada di kantor! LOL.

Untuk Mommies Daily. Wah, gue bener-bener terlibat luar dalam lah, istilahnya, untuk perkembangannya. Memang nggak juga full di tangan gue, tapi menyaksikan detik tiap detik statistik naik, follower nambah, komen-komen yang datang, bikin hati berbunga-bunga.

Masalah pekerjaan?
Dari dulu gue seneng banget kalo karya yang gue hasilkan bermanfaat untuk orang lain. (Keluar dari yang dulunya megang infotainment, nih, *tutup muka).

Di Mommies Daily, gue bukan expert. Sama sekali bukan. Gue hanya seorang ibu yang punya kesempatan dan akses lebih untuk datang ke aneka seminar, talkshow, dokter, konselor ASI, dan lain sebagainya. Kelebihan ini lah yang kemudian dengan senang hati riang gembira gue share ke ibu lainnya. Eh, ini bukannya lebay, tapi beneran gue senang banget kalau ada yang bbm/ watsap/ email/ ym sekedar nanyain ASI, perkara anaknya yg mogok makan, hamil, stretch mark, dst dsb.

Selain dari para ahli, gue juga belajar banyak dari siapa lagi selain para ibu? Curhat ke siapa sih, biasanya kalo anak mogok sekolah, kalau bukan ke sesama ibu? Membaca artikel kiriman dari member, gue mendapat banyak banget pelajaran. Bahkan bacain komen yang masuk di sebuah blogpost pun, bisa jadi pelajaran. Belum lagi #MDshare di twitter. Wuih, luar biasa!

Semalam gue tulis "Happy birthday @mommiesdaily, without I am lost in this parenting world".

Itu beneran dari hati. Bukan karena posisi gue saat ini sebagai Managing Editor-nya. Tapi aselik, gue mendapat banyak, eh sorry, BUANYAAAK banget pelajaran di dunia ini. Ga cuma pola asuh, ASI, kesehatan, tapi juga membuat diri gue lebih baik dari sebelumnya.

Barusan gue baca-bacain ucapan selamat ultah yang masuk ke MD, call me lebay, tapi gue terharu. Terharu karena apa yang kami kerjain, apa yang mungkin Hani dan Affi impikan, terwujud. Menjadi tempat sharing tanpa menghakimi. Sebuah mention yang masuk bilangnya, 'Mendampingi tanpa Menghakimi'. I loooove that!

So, don't thank me (ya sape juga yg mau thanks to you, haha). But thanks to all of YOU! Yang sudah sharing, membaca, memercayai dan menyebarkan Mommies Daily.

Without YOU we are nothing!
*kecup satu-satu semuanya*
*hari ini lagi mure, sebar kecupan kemana-mana*
*untung virtual*


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, December 6, 2012

(500) Days of Summer

Ini adalah salah satu film favorit yang bisa gue tonton berulang-ulang dan masih kebawa sama ceritanya. Pertama gue tau film ini dari sepupu gue, Cancan (halo Cancan, gimana Surabayaaa? :p ). Menurutnya, kisah itu mirip sama dia dengan gebetannya kala itu, hihi. Terus dia suruh gue nonton film ini deh.

Pas nonton, ih! Gue langsung ngebatin, "kayanya kisah ini familiar, deh".

Pertama, silakan lihat trailernya dulu, ya, marii..



So it is not a love story, but the story about love.
Film ini mengisahkan tentang Tom Hansen, pria biasa yang kemudian jatuh cinta sama rekan sekantornya, Summer Finn.

Standar, ya.
Cuma kenapa cerita ini banyak banget yang suka?
Mungkin karena di sini Tom menjalani hubungan sama Summer tanpa kejelasan status. Summer adalah perempuan yang nggak percaya sama cinta. Summer nggak percaya sama sebuah label atau status bisa bikin sebuah hubungan langgeng jaya gemah ripah loh jinawi (lebay)
Tom: What happens if you fall in love?
Summer: Well, you don't believe that, do you?
Tom: It's love. It's not Santa Claus.
(from imdb.com)

Sementara Tom, pada akhirnya sangat cinta sama Summer.
Tom: It's official. I'm in love with Summer.
[while Montage of Summer plays]
Tom: I love her smile. I love her hair. I love her knees. I love how she licks her lips before she talks. I love her heart-shaped birthmark on her neck. I love it when she sleeps.
(from imdb.com)

Tapi suatu hari, tiba-tiba aja gitu, Summer memutuskan untuk nggak usah ketemu lagi sama Tom. Ya nggak percaya, dong, secara hubungan mereka jalani baik-baik aja. Tom udah bisa mulai menerima konsep HTS alias hubungan tanpa status tersebut.

"I don't wanna get over her, I want to get her back", kata Tom ke teman-temannya. Berhasilkah?

Gue rasa banyak banget yang mengalami hal mirip situasi ini, ya. Baik dalam posisi sebagai Summer atau sebagai Tom.

Kalau sebagai Tom, pasti sedih dan nyebelin banget, ya, kelakuan Summer ini. Walaupun, kalau menurut gue, Summer bagi Tom bukan cinta, ya. Tapi Summer adalah sebuah fase yang harus dia jalani. Summer merupakan gambaran dari imajinasinya tentang bagaimana cinta seharusnya. Makanya, nggak peduli seberapa nyebelinnya Summer, betapa perlakuan Summer itu nggak pantas buat Tom, Tom tetap cinta. Karena buat dia, Summer itu sempurna.

Terus, salah Summer?
Nggak juga. di awal tadi sebelum Tom dan Summer berhubungan, kan, Summer udah ngomong bahwa dia nggak percaya cinta.
Lah, tapi kok, akhirnya Summer malah menikah?
In my defense, saat sama Tom, Summer is happy. Tapi blank. She was never sure of her feeling. Jadi gini, dari awalnya dia nggak percaya sama cinta. Lalu datanglah Tom dengan segala kebaikannya. Mereka jalani hubungan yang fun, menyenangkan lah pokoknya. Bingung nggak sih, lo sama perasaan lo kalo dalam posisi seperti itu? Masa iya, gue jatuh cinta? Masa iya ini rasanya cinta? Nah, yang begini, nih, bikin perasaan jadi nggak jelas. Jadi, sebagai orang yang nggak percaya sama cinta, dia menjauh. Menarik diri, sebelum menyakiti Tom lebih lanjut.
Summer: I just... I just woke up one day and I knew.
Tom: Knew what?
Summer: ...What I was never sure of with you. 
(from imdb.com)

Nah, setelah menjauh dari Tom, dia setidaknya mulai percaya bahwa cinta itu ada. Eh, ketemu lah sama si cowo yang kemudian jadi suaminya itu. Summer, menurut gue, entah percaya sama destiny, atau memang yang go with the flow. Kalo gue, sih, go with the flow. I only do what I have to do.

Kalau ditanya scene mana yang paling gue suka, banyak!
Elevator scene, salah satunya:




Siapa sih, yang nggak terhura dengan kenangan manis dan keren seperti yang Tom dan Summer miliki?



Tapi kadang, yang manis dan memorable saja nggak cukup untuk membangun sebuah hubungan, kan?

*fiuh akhirnya kelar juga. Nulis ini berat ternyata :)) Pasti setelah ini masih ada poin yang gue edit dan tambahin deh :p *




Friday, November 30, 2012

Wish Upon A Star

Kalo kata Suede, "life is just a lullaby", gue mengamini dan menganggap, everything will flow. Gue sih, ngerasanya hidup lebih 'enteng' tanpa dibebani target ina itu atau ekspektasi macam-macam.

Terkesan pasrah? Ya, mungkin. Makanya kalo udah sekalinya punya mau, gue akan berusaha sekuat tenaga.

Eh, ga mau bicarain tentang itu, sih. Mau cerita tentang, tanpa gue sadari ada beberapa hal yang selalu jadi keinginan gue. Bukan target, tapi keinginan seperti 'things to do before I die', hehe. Sedikit sekali orang yang tau tentang keinginan gue ini. Bahkan kayanya suami gue ga tau, apa ga ngeh? Apa gue ga pernah cerita? Tau dah, lupa.

Here they are;

- Naik helikopter
Naik pesawat komersil, mah udah biasa. Hercules juga udah pernah. Mulai dari hercules yang buat angkut tank perang sampe hercules VIP yang ada lounge-nya gitu.
Nah, naik helikopter ini pengen banget! Gue penggemar langit (baik langit yang di atas, atau Langit anak gue, hehe). Gue selalu senang naik pesawat, dan pasti minta deket jendela, biar bisa lihat awan. Norak? Terserah, deh. But that's me.
Sayangnya, kalo pesawat komersil kan, ga bisa buka jendela *ya menurut ngana?*. Kalo helikopter kan, pintu/ jendelanya boleh dibuka, karena ketinggiannya ga seperti pesawat biasa.
Salah satu sahabat pria gue ada yang tau tentang ini. Dan kebetulan dia tergabung sama organisasi apa gitu yang erat kaitannya sama TNI gitu-gitu. Nah, suatu hari, "De, lo mo naik helikopter nggak?". Aaaack, mau dong! Tapi sayang, naik heli itu batal, kalo ga salah karena cuaca :'(

- Melihat bintang
Kan bisa tiap malam? Bukaaaaan, gue pengen lihat pake teropong bintang.
Dulu, pas kuliah semester awal, gue sering meracuni teman-teman sepaket untuk ke Planetarium TIM. Ajakannya sih cuma jalan-jalan naik kereta ke Cikini, padahal hidden agenda-nya pengen cek Planetarium. 3-4 kali kesana, selalu gagal. Lalu menyerah.
Muncul wacana lain: melihat bintang dari Boscha. Perihal ini ada satu orang yang tahu dan berusaha mewujudkannya. Tapi sayang sampe detik ini, belum jadi lihat bintang dari sana.
Yang tau hal ini biasanya nanya, "ngapain sih, kurang kerjaan amat?".
Lah, gue pengen. Itu aja sih, ga ada alasan khusus. Satu-satunya alasan yang gue punya selain pengen adalah karena gue suka langit dan benda-benda yang ada di sana. Tapi, jangan suruh gue mengenali rasi bintang gitu-gitu ya, terlalu tekhnis untuk anak IPS yang nilai akuntansinya cuma meraih angka 6 ini.

- Nulis buku sendiri
Cita-cita bener. Hal ini sebenarnya udah tersalurkan lewat Mommies Daily Pregnancy Checklist Book, tapi itu ditulis secara keroyokan. Belum berasa. Hehe.
Untuk yang terakhir ini, harusnya lebih mungkin diwujudkan dibanding kedua keinginan sebelumnya. Harusnya, lho, yaaa... :D
Kalo cuma sekedar buku chicklit gitu-gitu, insyaallah bisa (teringat naskah-naskah yang tak kunjung selesai). Tapi pengennya buku itu bermanfaat bagi banyak orang. Not just another love or life story.

Nah, itu dia. Seinget gue sih, cuma 3 keinginannya. Keinginan ini santai sih, pengen tapi gue ga kekeuh punya target kapan harus melakukannya. Apalagi setelah punya anak, 3 hal ini seperti tersimpan di sudut hati yang berdebu *ceile*.

Mudah-mudahan bisa terwujud saat tubuh ini masih sehat. Amin.



sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, November 29, 2012

Teridola Sepanjang Masa

Untuk idola, gue agak susah, deh, ngebayanginnya. Mungkin karena kebanyakan gue sukanya sama band, ya. Untuk penyanyi perempuan, ga ada bayangan, siapa gitu yang akan gue bela-belain nonton konsernya.

Beyonce, gue suka. Tapi pas dia konser di sini, biasa aja, tuh. Nggak segitu pengennya untuk nonton dia nyanyi dan joged-joged.

Setelah gue inget, inget, ada 1 perempuan yang gue suka. Gwen Stefani.

Perempuan ini usianya sekarang 43 tahun. Yap, 43 tahun. Gile, di usia segitu, gue harap masih sekeren Gwen tanpa terlihat lebay. Btw, 43 tahun itu kalo didengar sepertinya masih jauh, tapi kalo dihitung, nggak sampe 15 tahun lagi Deim.

Setiap lagu yang dia tulis, terutama yang berhubungan sama cinta-cintaan, itu kena banget dah, sama gue. Haha. Misalnya, Cool, yang mengisahkan tentang dia sama mantannya sekarang udah sahabatan.
Ada lagi nih, Underneath It All. Beberapa tahun yang lalu, kakak gue bilang, “lo denger lagu Underneath It All, deh. Itu kayanya cocok buat lo sama Igun”. Haha. Pas gue dengar, ternyata benar juga. Maksudnya di balik segala kecuekan dan ketidakramahan (siap-siap ditimpuk) wajahnya, he really lovely (ceile, abis dibeliin jersey tim sepakbola soalnya, haha).

Ini lagunya:



Nah, semalam gue baru ngeh sama lagu Settle Down-nya No Doubt. Ini dari album terbaru mereka setelah Gwen balik lagi ke No Doubt tahun 2008 lalu. Lagunya edan kerennya. Gwen pun, tetap sekeren awal kemunculannya tahun 90an.

Gue selalu suka sama lirik lagu yang Gwen bikin. Girl power banget lah pokoknya. Salah satu bait di Settle Down yang gue suka:

I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
I'm hella positive for real, I'm all good no
I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
It's kinda complicated that's for sure

“and nothing’s gonna knock this girl down”

Ah, just love it! Yuk mari disimak dan berjoget bersama.



Sayangnya nih, Gwen dan No Doubt belum pernah ke Indonesia. Kalo Gwen-nya terdekat kalo nggak salah pernah konser ke Malaysia. Ya gue nggak segitunya, sih, ngejar konser sampe keluar negeri (baca: nggak ada duitnya).

Kepada promotor music yang terhormat, boleh lho, No Doubt dimasukin ke list artis yang diburu tahun 2013. Saya nabung dari sekarang, deh!


Wednesday, November 28, 2012

Cilaka!

Semalam sebelum tidur, tiba-tiba otak gue membuat daftar 'kecelakaan' yang pernah gue alami. Ternyata nggak terlalu banyak. Coba nih, ya, gue list down berdasarkan kategori tingkat kecelakaan :D

JATUH
Kayanya sering jatuh, haha. Dulu pas jaman SD, gue kan selalu nungguin kakak gue pulang sekolah. Berhubung kami beda cuma 2 tahun, jadi waktu sekolahnya nggak terlalu beda jauh. Sekitar 2 jam deh, gue bebas main di sekolah, lari-larian, petak umpet, sampe guling-gulingan. Nyokap gue, kalo gue sampe rumah, pasti komentarnya "Ini anak kalo pake baju nggak bisa bersih, ya?", kalau lagi cerita masa lalu, pasti nyokap bilang gue kalo main kaya anak laki-laki, dari ujung rambut sampe kaki, nggak ada yang bening. Sudahan lagi kaos kaki, dekil maksimal!

- Gue pernah jatuh dari atas fly over. Haha.
Di kompleks gue tinggal, ada fly over yang akhirnya nggak kepake, kayanya karena masalah pembebasan lahan. Eh, sutralah, sebagai anak kecil, mana kepikiran kan? Yang pasti, jadi punya lahan bermain baru. Nah, gue sering tuh, naik sepeda sampai bagian puncak fly over itu, terus turun sepeda sambil lepas tangan kek, atau sebagainya.
Hingga suatu hari sore, gue ke atas fly over sama teman gue. Berdua-duaan, siang-siang tengah hari bolong bengkak :)) Kebetulan dari dulu emang nggak suka tidur siang, dan nyokap memang nggak mengharuskan anak-anaknya tidur siang selayaknya anak usia sekolah lain. Pas turunnya, gue boncengin teman (yang notabene lebih tua dan lebih berat, karena dari kecil postur gue emang kurus). Pas dari atas  sih, serunya minta ampun. Nah pas setengah jalan, gue lepas tangan (jangan ditiru!), stang seepeda mulai oglek-oglek, terus berapa detik kemudian, teguling deh, sepedanya lengkap dengan dua gadis cilik bau matahari. Hahahaha...
Jatuh ini cukup parah, menghasilkan besot, bonyok, darah dimana-mana (lebay) sekujur tubuh. Lukanya sih cuma di kaki kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri. Tapi full :)))) Sementara teman yang gue boncengin, badannya nggak apa-apa, cuma dahinya robek, hehe.
Hasilnya: ga sekolah 3 hari karena nggak bisa jalan.

- Jatuh dari atas genteng
Rumah gue jaman SD ada pelataran atasnnya buat jemur pakaian, Nah, pelataran atas ini langsung nyambung ke genteng. Demenan gue tuh, dari kecil tiduran di genteng sambil menatap langit. Ahey banget, ya?
Suatu siang yang panas (lagi-lagi siang hari), gue naik ke atas, terus mau tiduran di genteng kok panas, ya? Dan gue tergoda untuk naik ke genteng yang lebih tinggi. Akhirnya gue berhasil dan berani naik ke genteng teratas, lalu jalan sepanjang rumah gue.
Setelah itu, kok tergoda lagi untuk turun ke sisi depan. Nah, pas lagi jalan ke sisi depan, kaki gue slip atau gimana gitu. Nyusruk dah! :)))
Hasilnya: ga lupa parah, pegal-pegal aja karena sempat nyangkut di pohon depan rumah.

Jatuh-jatuh lain, ya banyak. Misal, jatuh di depan masjid kampus pas di depannya banyak mahasiswa (ini mah nggak sakit, tapi tengsinnya itu!) atau aneka kebodohan seperti main perosotan di genteng rumah siang-siang, ternyata menyebabkan celana yang gue pake (berbahan kaos) jadi 'aus' dan bolong, dan banyak lagi keseruan lainnya :))

O iya, ada 1 cerita jatuh yang juga epic. Gue dibonceng sama editor gue yang baru bisa naik motor, terus jatuh keserempet mobil. Hasilnya? Masih ada nih, luka bakar kena knalpot di betis kanan :))))
Gue bilangnya, "tanda mata dari Mas Topan", karena pas malamnya kami ada acara besar kantor, sementara gue datang dengan luka bakar di kaki.

Ah, abis nulis ini jadi inget 1 kebodohan lain yang menyebabkan luka fisik: kejatuhan kaleng krupuk! Hampun ini mah, sungguh nggak keren! Gue lagi makan di rumah sepupu, terus mau ambil kerupuk dari kaleng kerupuk yang abang-abang itu. Nah,gue cuma angkat bagian tutupnya, ternyata tutupnya nggak dalam posisi kencang. Tiba-tiba, bruk! Jatuh lah si kaleng ke jempol kaki gue! Sakitnya, luar biasa! Hasilnya: Kuku gue setengah copot :)))

TABRAKAN
Ga separah tabrakan kecelakaan itu, tentunya. Ini biasanya kekonyolan diri gue sendiri, sih.

- Nabrak Yaris
Ini pas udah ibu-ibu sih. Pas jaman nggak ada ART dan kantor gue di Daan Mogot, gue nitipin Langit ke rumah nyokap. Jadi perjalanan pulang Daan Mogot- Condet- Bekasi. Lumayaaan *urut betis*.
Nah, pas dari Condet ke Bekasi, Langit tidur. Terus lagi ngantre di dekat Halim itu, Langit kaget kebangun, gue pun puk-pukin dia. Pas lagi begitu, tau-tau.. brak! (asli pelan). Mobil gue (yang bumper depannya kebetulan diganti pake baja, untuk keperluan off road) sukses menyentuh mobil masa kini, Yaris. Eh, bonyok, dong, mobil itu.
Buka kaca, say sorry, dan mencari tempat yang nggak bikin macet untuk negosiasi dengan pemilik mobil tersebut. Si bapak pengemudi Yaris itu, mungkin juga tau bahwa gue ga akan kabur, setuju.
"Pak, saya akan ganti berapa pun kerusakannya. Tapi nggak bisa sekarang, kalau bapak mau, kita ke atm terdekat, nanti saya transfer dari sana"
Akhirnya malah tukeran no hp dan business card. Besok paginya si bapak ngabarin bahwa dia pake asuransi dan hanya minta gantiin uang jalan untuk agen asuransinya dia. Alhamdulillah!
Kalo gue gantiin full, bisa diatas sejutaan, tuh. Secara ya, bonyok ke dalam itu bagian belakangnya. Sementara mobil gue, bumpernya aman sentosa ga cacat sedikit pun.

mobil perkasa


- Nabrak Pak Pulisi
Suatu hari buru-buru mau ke lokasi meeting. Ini pas gue masih di PH (tentunya Jakarta belum semacet sekarang, ya, jadi masih mau bawa mobil sendiri). Pas lampu hijau tinggal sedikit lagi, gue buru-buru jalan. Eh, nyenggol sebuah sedan merah. Langsung gue berhenti, keluar mobil untuk minta maaf.
Yang keluar, jeng-jeng.... suami istri, dua-duanya pake seragam polisi x_x
Untungnya nggak parah, gue minta maaf dan mau gantiin, Si bapak polisi nanya gue mau kemana, ya seadanya gue jawab, mau meeting di sebuah stasiun tv.
Hasilnya: "Ya sudah, lain kali kami hati-hati nyetir mobilnya", kata si bapak polisi.  Hooray!

- Nabrak Tukang Bubur
Ok, yang ini epic, sih. Bahkan sempat bikin gue trauma bawa motor sendiri *ceila.
Jadi, di suatu hari yang cerah, gue naik motor ke rumah sepupu gue, mau berangkat kuliah, tapi minta anter dia. Terus, tiba-tiba aja pas lagi nyetir motor, tas gue agak jatuh. Ribet ngebenerin tas, tau-tau.. BRAK!
Nabraknya nggak kencang, tapi efeknya dahsyat. Tukang bubur yang lagi jalan di pinggir jalan, kesenggol kakinya, bikin dia kehilangan keseimbangan, dan jatuh segerobak-gerobaknya *tutup muka*.
Mana tukang bubur itu baru keluar basecamp, jadi buburnya masih penuh, bok. Haduuuh, bikin macet secondet raya deh.
Hasilnya: gue nggak berani bawa motor sampai sekitar 5 tahunan ke depan.

Nabrak-nabrak lainnya, tentu masih banyak. Tembok, tiang listrik, atau matahin kran di garasi rumah sendiri yang mengakibatkan banjir di garasi rumah juga pernah. Hehe... O, iya, pas belajar naik sepeda juga pernah, tuh, nabrak pohon gede yang di bawahnya banyak pecahan beling. Lumayan lah, besot-besot.

Kecelakaan lain, apa ya? Alhamdulillah sejauh ini nggak ada yang efeknya serius. Amit-amit, jangan sampe lah, ya...

Pantes lah kalo nyokap gue bilang gue kaya anak cowok. Mengingat kelakuan anaknya yang satu ini emang jauh dari imej anak perempuan :))
Tapi buat gue, pengalaman-pengalaman itu jadi cerita, sih. Setiap bekas luka yang ada di badan gue jadi ada ceritanya masing-masing. Haha..

Sekian dan terimakasih pembukaan aib diri sendiri ini.




Tuesday, November 20, 2012

Terus, Salah Gue?

Kalo baca berita, terutama belakangan ini, seperti biasa dong, ya, #TeamJokowi, gue selalu baca setiap berita tentang beliau. Nah, banyak banget masalah yang 'dilemparkan' ke pemprov. Misalnya macet, banjir, UMP, angkutan umum, kesejahteraan guru, dan lain sebagainya.

Gue ga mau bicarain masalah Jokowi, sih, di sini (tapi di beberapa post ke depan PASTi akan ngomongin dia dan Ahok, haha). Gue cuma mau cerita, betapa kadang manusia gampang banget melemparkan masalah ke orang lain.

Macet.
"Pemerintah sih, ga mau nyediain angkutan umum yang memadai"

Kalau angkutan umum memadai, situ yakin, mau naik angkot? Beneeeer? Bawa mobil pribadi kan enak, nyaman, adem, ga kehujanan, ga nunggu lama, dst dsb.

Era Sutiyoso, dese mau bikin Trans Jakarta. Angkot nyaman untuk masyarakat. Yang caci maki? BANYAK! Yang sinis? BANYAK! Eh, tapi setelah ada, ternyata banyak yang suka tuh!

Trans Jakarta, sebenarnya udah jadi salah satu contoh moda transportasi publik yang mendekati ideal. Walaupun, sampai saat ini masih banyak banget kekurangan sana sini.

Jalurnya ga steril, banyak kendaraan pribadi masuk. Salah pemerintah?
Haltenya kemaren ditembaki pas dini hari. Salah pemerintah?
Pas transit halte pindah jurusan, jalannya jauh. Salah pemerintah?
Armada kurang. Nah, kalo ini gue ga tau deh, salah siapa. Hehe.

Sedianya, Trans Jakarta bisa menjadi penarik perhatian para kaum eksekutif yang membawa kendaraan pribadi. Ternyata, nggak juga. Jumlah kendaraan pribadi di jalan Jakarta, berdasarkan contekan dari akun @nebengers masih 98%.

Memecahkan masalah kemacetan, menurut hemat gue (yang suka ga hemat juga sih), ga bisa diletakkan di pundak pemerintah semata. Atau sebulan terakhir ini, pundaknya Jokowi dan Ahok.

Mau dibikin jalanan sebanyak apa pun, yakin seyakin-yakinnya, yang bawa kendaraan pribadi makin banyak.

Mau disediakan angkutan umum yang nyaman, paling hanya 20-30% yang mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka di rumah. Ga percaya? Yuk, buktikan.

Studi atau wacana mengenai kemacetan udah banyak banget, deh. Pemberlakuan ganjil genap, warna mobil, ERP (electronic road pricing), dst. Tapi percayalah, selama manusianya/ masyarakatnya ga berpartisipasi dalam perubahan, ya kondisinya juga bakal begini-begini doang. Contoh, 3 in 1 yang menurut gue pantas di meng-endorse akun @nebengers aja malah mendatangkan profesi baru: joki.

Banjir.
Sahabat gue, kebetulan rumahnya dekat sama lokasi banjir luapan Sungai Ciliwung. Percaya nggak percaya, pihak RT/ RW-nya ga menyediakan lokasi pembuangan sampah. Lah, kalo sampah rumah tangga penuh, piye? Hup! Tinggal lempar depan rumah, alias Kali Ciliwung :(

Sahabat gue pendatang di daerah situ, protes dengan kondisi ini. Pihak birokrat (maksudnya RT/ RW) bilang, ya sudah terbiasa di sini demikian. Pernah disediakan, ga kepake. Karena dongkol, sahabat gue beserta suaminya, sering keliling tetangga sekitar untuk pisahin sampah-sampah kering kemudian dia tumpuk di halaman rumahnya. Pas ada tukang beling/ pengumpul barang bekas, baru dia kasih. Kasih 'pendidikan' ke orang-orang sekitar pun ga berguna. Ini, salah pemerintah?

Salah satu rencana Jokowi adalah membuat Kampung Deret/ Susun, dsb. Gue pernah baca di sebuah situs berita, komentar warga sekitar bantaran sungai tersebut mengenai hal ini. "Yah, ga mau pindah dari sini. Banjir mah, udah biasa. Lagian kalo rumah susun, ribet ah". Salah pemerintah?

Sering banget gue lihat mobil keren di jalan, buka jendela, 'plung' dengan entengnya melemparkan entah itu tisu, bungkus permen, puntung rokok, dan banyak lagi. "Ah, cuma selembar tisu, it won't kill you". 1000 orang mikirnya begitu, salah pemerintah?

Ya-ya, di beberapa negara, pemerintahnya memang 'keras' untuk urusan kebersihan dan disiplin. Ada seorang teman, sekarang tinggal di Swiss, menurutnya untuk buang sampah di sana kudu mikir. Kenapa? Karena plastik untuk wadah sampahnya itu mahal harganya. Emang ga bisa pake plastik bekas carefour atau giant? Hehe.. "Ya sampahmu nggak akan diangkut, Lit".

Satu sisi pemerintah harus keras untuk urusan sampah ini. Masalah banjir, selain posisi Jakarta yang memang cekungan, ruang terbuka untuk serap air kan juga udah jauh berkurang. Bayangin, Jakarta tempo dulu, lupa tahun berapa persisnya, pokoknya pas Pitung masih hidup, deh! Waktu belum banyak gedung bertingkat (mal, apartemen, perkantoran, dst dsb) udah pernah banjir besar, lho. Nah, bandingkan dengan saat itu, tanah Jakarta menurut sebuah penelitian juga amblas sekian cm per tahun.

Nah, dengan kondisi seperti ini, masa iya kita nih, yang pada pinter-pinter, mau berharap sama beberapa orang aja? Mulai dari diri sendiri, dong!

Kalau dalam agama gue, 'anna zhofatu minal iman, kebersihan itu sebagian dari iman'. Langit aja tau lho :)

Masih banyak contoh-contoh lainnya. Tapi jempol udah pegel ngetiknya pake bb.

Sebaiknya niiiih, sebelum menuntut sama orang lain (pemerintah dalam hal ini), yuk kita ngaca dulu, periksa diri sendiri, kita sudah melakukan apa untuk hal yang kita protes itu? Udah naik angkot tapi masih kena macet? Ya emang ga fair, sih. Kita udah panas-panasan, desak-desakan naik angkot, masih juga kena macet. Kalo gue mah mikirnya, yang waras ngalah, karena bawa mobil dengan kondisi jalanan seperti saat ini bikin gue nggak waras :))

Kalo ngomongin masalah kemacetan dan angkutan umum sama gue ga akan ada habisnya, deh. Haha!

Hidup angkot!


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Today's Outfit: From #FDGarageSale

Jadi semenjak #FDGarageSale, gue ketambahan jumlah tas (belum bisa disebut koleksi tas, karena memang bukan kolektor, haha). Salah satunya adalah tas House of Leather ini yang pada akhirnya jadi rebutan mulai dari rekan sekantor sampai tante gue -____-


Jadi, awal tau mengenai brand ini, di mana lagi, ya, selain di Fashionese Daily. Hani pernah nulis tentang brand ini, ngiler! Pas #FDGarageSale kemaren, lapak terheboh milik Tante Lince, menawarkan tas ini dengan harga: seratus ribu rupiah saja. BUNGKUS!

Sekarang, tas ini lagi demen-demennya gue pake :)

all from #FDGarageSale
Unbranded Orange Blouse 20k | Kivee Black Pants 25k | Rubi Black Shoes 25k  | House Of Leather Bag 100k

Coba hitung berapa kerusakan yang gue buat untuk pakaian di atas? Not Bad, eh?

Tas ini roomy banget! Laptop pun bisa masuk. Terus kulitnya juga baguuus, serius! Warnanya juga pada bilang sih, merah. Tapi bukan merah yang merah gitu, agak sedikit campur oranye dan cokelat, kali ya.

Nah, karena warnanya kece, menurut gue sih, netral-netral aja dipake sama warna baju apapun. Walaupun gue juga bukan orang yang suka matching-in tas/ sepatu sama baju :D


Dan, karena memang bawaan gue baik kalo ke kantor ataupun sama Langit pasti segambreng, makanya pas kakak gue ngajak makan di Mang Engking Depok, tas ini tetap gue bawa. Muat segalanya, bok!

UI emang kece dah buat poto-poto :)
Tak lupa dong foto bersama Langit, yang kekeuh pake rok tutu -____- padahal kami main ke hutan, danau dan segalanya. Zzzz...


Jadi, 100 ribu untuk tas seperti ini, i don't mind at all!

Sunday, November 18, 2012

The One That Got Away

Ternyata kalimat itu adalah judulnya Katy Perry #kemanaajalo :))
*ya wajar lah, buat yang playlist-nya muter antara Aerosmith, Suede, Rancid, Slank dan kawan-kawan*
Lagu itu tentang seorang perempuan yang lagi ceritain cinta monyetnya yang begitu mendalam. Eh, kayanya bukan cinta monyet, ya, tapi 1 kisah percintaannya yang paling membekas.
Gue ga mau cerita tentang itu, ah, tar galau, haha. Udah lagi ditinggal suami, terus galau gegara the one that got away, ciyan *pukpuk diri sendiri*.
Salah satu kebiasaan gue adalah membaca ulang buku-buku yang gue punya. Buku gue genre-nya agak lebar, sih, mulai dari Kamus Bahasa Isyarat sampe Chicklit (ditengah-tengahnya itu fiksi sejarah) <-- biar disangka pinter.
Nah, tadi iseng baca ulang bukunya Icha Rahmanti, bukan, bukan yang Cintapuccino. Tapi yang Beauty Case. Nah, sampe salah satu bagian dimana si Nadja lagi chatting sama mantan pacar terlamanya, Rifky. Nadja yang lagi down urusan perpacaran, merasa Rifky akan selalu ada buat dia, selalu cinta dan pasti akan menerima dia. Tapi sayang, setelah Nadja bermanja-manja dan sempat blast from the past sama Rifky, Rifky (eh, apa Rifki? Ya itu lah, ya) malah ngabari bahwa dia akan tunangan dan menikah. Jeng-jeng!
Ada yang pernah mengalami hal serupa?
Di saat kita berpikir, "ah, kalo gue ga jadi sama yang A, gue balik sama si B aja deh, dia kan memuja gue, cinta banget sama gue, and we'll happily ever after". Eh ga taunya, si B yang kita jadikan tumpuan harapan urusan cinta, udah move on. Punya kehidupan baru dan pastinya cinta yang baru... Untuk orang lain.
Kalo gue, umm, ummm, gimana ya? Kasih tau ga, ya? *toyor*
Ada beberapa kali gue berpikiran seperti itu (dulu- ceile butuh diperjelas, daripada dikeplak Igun, hihi). Saat lagi hopeless urusan percintaan, segera buka 'black book' berisi data dan alamat semua mantan, haha #lebay. Kaga lah, emang gue hits banget, apa, sampe list mantannya dibikin buku. Kalaupun iya, ga akan setebal yellow pages lah #eh.
Kembali ke Nadja, dari ceritanya dia di situ, gue seperti bisa merasakan bagaimana ga baiknya 'mencadangkan' seseorang apalagi untuk urusan hati. Kalo Rifky-nya sampe batal tunangan/ nikah karena ceting sama Nadja, padahal posisi Nadja disitu memang lagi down karena cowo yang dia taksir punya pacar lain, gimana? Unfair kan?
Lah, emang bisa gegara ceting doang, terus batal nikah?
Ga usah yang masih pacaran atau BARU MAU kawin, yang sudah dalam ikatan pernikahan pun sangat mungkin 'tergoda', kok. Coba, ngacung deh, yang kalo ceting sama mantan pacar atau gebetan lalu senyam senyum sendiri? Atau lebih riang? Atau malah, merasa bersalah sama suami/ pasangan?
Eh, jangan salah, rasa bersalah itu merupakan alarm, lho. Alarm bahwa kita masih ingat sama batasan yang ada dalam diri kita. Yang bahaya adalah kalau udah ga punya rasa bersalah. Yang bahaya adalah jika sudah melemparkan kesalahan ke pasangan.
Ya, gue tau ini pembahasannya ngaco. Maap ya, tapi tiba-tiba otak gue lompat ke perbincangan sore tadi dengan sahabat gue tentang rekan sekantornya yang selingkuh. Alasannya, suami kurang perhatian. D'oh, ga ada alasan yang lebih kece lagi?
Balik lagi ke topik deh, untuk menutup ketikan di dinihari ini. Kalo dipikir-pikir, saat ini semua mantan gue udah pada nikah (eh, bener ga, ya, udah nikah semua? Lupa). Dan setiap dapat undangan atau kabar satu per satu mereka nikah, gue senang. Iya dong, senang, karena kan gue nikah duluan. Hohoho! Jadi ga merasa #gagalmoveon *pemikiran cetek* hahaha..
Kaga deh, maksudnya, mereka memang pernah menjadi sesuatu dalam hidup gue. Dan masing-masing punya porsi berbeda. Tapi masa gue mo ngarepin gue selalu jadi nomor satu dalam hidup mereka? Sape gueee? Cakep juga kaga, haha..
Jadi, seperti Nadja, pas dengar Rifky akan menikah, dia mengenang masa-masa manisnya lalu mengingat kenapa mereka nggak bersatu, dan tersadar, bahwa bahagia bukan tergantung sama orang lain, tapi keputusan diri kita sendiri. (Ciye, ini kesimpulan ngasal gue yang subyektif, karena bercampur dengan opini pribadi, hihi).
Setelah itu, Nadja mengucapkan selamat ke Rifky, terus tutup buku deh. Kelar.
Eh tapi ya, coba deh, dengar atau baca lirik lagunya si Katy Perry yang The One That Got Away. Iiiih, #jleb deh! *melipir*
*udah tidur, Litaaaaa, 5 jam lagi bocah sebelahmu pasti jejeritan ngajak main, minta makan atau mau pipis*

Nambahin ah, ini videonya. Silakan menikmati..




sent from my Telkomsel Rockin'Berry®


















Tuesday, November 13, 2012

Nyapres, Dagelan Baru

Belum kelar gue ketawa gegara ARB nyapres, eh sekarang udah ada dagelan baru lagi: Rhoma Irama siap maju di Pilpres 2014.

Wakwaow!

Ok, bahas yang pertama dulu, ya.

Warning: pembahasan ini datang dari orang yang BUKAN ahli politik, jadi maap-maap kalo cetek bin dangkal.

ARB, siapa yang nggak kenal lah ya, dia adalah empunya usaha dengan embel-embel Bakrie *kecuali Holland Bakrie #kriuk*.

Terjun ke dunia politik kayanya udah beberapa dekade, deh. Basic-nya pengusaha. Gue mah, tutup mata, ya, walaupun pernah PH tempat gue kerja dihutangin sama TV-nya sampe ber-M-M :D

Sampe kemudian salah satu anak perusahaannya *cmiiw* menyebabkan banjir lumpur di sebuah desa di Jawa Timur tahunnya agak lupa *sebenernya bisa googling, tapi kalo googling dulu ntar gue lupa mau nulis apaan lagi- ok, tmi*. Udah lebih dari 10 tahun musibah ini bisa dikatakan diabaikan. Entah berapa banyak keluarga kehilangan rumah, anak-anak ga bisa sekolah, kehilangan mata pencarian, dan harta.
Kalau nggak salah, beberapa tahun lalu sempat ada pernyataan dari pemerintah bahwa musibah 'Lapindo' ini dikategorikan sebagai bencana nasional.

Lah? Banjir, topan, gempa, tuh bencana nasional. Nah ini kan, human error (atau perusahaan error), deh, kayanya.

Nggak sedikit warga yang menuntut keadilan, tapi sampai detik ini rasanya permasalahan ini belum terselesaikan dengan baik.

Makanya gue ketawa pas dia mencalonkan diri untuk jadi presiden. C'moooon, benerin 1 desa itu, buktikan bahwa ga ada masalah, baru bisa nyapres. Walaupun mungkiiiin, dia nggak berkaitan langsung dengan musibah tersebut, tetap lah, namanya menjadi tokoh sentral pada kasus ini.

Bahkan Mbaknya Langit di rumah bilang, "dih, kaya gitu mo jadi presiden, Indonesia mau jadi apa?". Hear-hear..!!

Dagelan kedua dalam sejarah pencapresan datang dari si Raja Dangdut, Rhoma Irama. Oh iya, fyi, nama aslinya adalah R.H. Oma Irama, kemudian dimudahkan jadi Rhoma Irama.

Beberapa hari yang lalu isu ini mulai muncul di banyak media. Pas pertama dengar, reaksi gue, "CIYUUUUS?" :)))))

Asli deh. Untuk orang dengan latar belakang seperti dia, NGGAK BANGET! Dia bahkan kasi statement #tekonclang2012 "massa selalu membludak saat OM Soneta manggung, ini bukti bahwa elektabilitas saya tinggi".

OMG, pengen gue tepok jidatnya!!
Mau jadi apa Indonesia kalo pemimpinnya menentukan elektabilitas pencapresan dari jumlah penonton saat konser? Kalo gitu, Ariel bisa nyapres juga dong?!

Kebetulan gue pernah beberapa kali ketemu dia untuk keperluan syuting. Rempongnya, HASTAGAH! Dulu pernah ada 1 reporter gue yang pas mau wawancara dia, repot cari kerudung, karena dia ga mau diwawancara sama perempuan kalo ga pake kerudung. Talking about moral, siapa ya, yang ke gap tengah malam di apartemen perempuan cantik nan seksi, berduaan?! Kalo ga bisa nahan nafsu sendiri, ya itu masalah lo, bukan masalah perempuannya, dong! Helllooooh.. *emosional*

Yang begini mau jadi presiden? *cabutin bulu dadanya pake pinset*

Dari sekian banyak orang yang ada di Indonesia, emang nggak ada ya, yang sungguhan bisa mimpin negara ini menjadi lebih baik? Ya, memang, nggak gampang menjadi pemimpin sebuah negara. Nggak usah negara, mimpin keluarga aja pasti susah, kan, bapak-bapak?

Tapi gue rasa, balik lagi ke niat. Niatnya apa? Membawa kebaikan untuk negara? Atau membawa kebaikan untuk keluarga? Atau golongan?

Bahwa politik memang masalah kepentingan, itu benar. 100% benar. Jokowi yang dianggap manusia setengah dewa dan lagi dielu-elukan semua masyarakat pun pasti punya kepentingan. Sah aja. Asalkan nggak bikin masyarakat menderita untuk meraih kepentingan itu, silakan.

Jadi, bukan sekedar punya penonton konser banyak atau spanduk dan baliho dimana-mana, nyong, untuk bisa jadi presiden. It should be mooooore than that!

Semoga dagelan capres berhenti di Rhoma Irama.

Dan akan muncul seseorang yang high qualified untuk menjadi pemimpin Indonesia seterusnya. Setujuuuuu?

*ditulis oleh emak-emak yang ga niat untuk kelihatan pinter (karena emang nggak), semata-mata karena concern sama negaranya.


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, November 12, 2012

Tentang Langit

Ada seuntai rindu di matanya
Saat aku memasuki halaman rumah
Di ujung hari

Ada selintas kecewa di redup matanya
Saat aku melambaikan tangan tanda berpisah
Di awal hari

Ada sekerjap cahaya di binar matanya
Saat aku menghabiskan sepanjang hari dengannya

Ada kehangatan di setiap peluknya,
Senyumnya,
Celotehnya..

She's my home..

Ibu sayang kamu, Langit.
Walaupun ibu nggak selalu ada di sampingmu
Tapi kamu selalu ada di hati ibu,
di setiap langkah,
di setiap desah nafas..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, November 9, 2012

Poetic Me

Kali mah nggak ada yang percaya ya, kalau di balik penampilan yang serampangan ini tersimpan jiwa yang romantis dan puitis. Wuhuuuuy!

Eh serius ini mah, yang pernah dekat di hati (termasuk suami waktu belum jadi suami) pernah membuktikannya, haha!

Gue suka puisi, baik itu membacanya atau bikin. Tapi entah kenapa semenjak jadi ibu-ibu, jiwa romantisnya hilang :)) Kalau gue bilangnya ke @AnindyaAdi, mungkin karena sekarang udah lebih realistis mikirnya, mulai dari dana pendidikan, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, GTM, ASI, dst dsb :)) Nah, udah keburu males dah tuh, si jiwa romantisnya keluar.

Gue bukan ahli puisi sih, masih malu-maluin pulak puisi yang gue bikin. Bukan puisi kayanya, cuma sederetan kata-kata yang menurut gue tersusun dengan indah. Menulis puisi butuh jiwa yang romantis, menurut gue. Bukan romantis seperti kasih bunga gitu-gitu, ye. Tapi jiwa yang mau berpikir dari sudut lain saat melihat sesuatu. Dalam berpuisi, 'Celana' pun bisa menjadi indah.Dalam berpuisi, Kuda pun jadi cantik. Kalau jiwanya terlalu realistis (seperti saya saat ini, haha) mana bisa melihat keindahan dari sebuah celana :D

menurut gue foto in romantis, menurut ngana?

 Gue selalu mengasosiasikan romantisme dengan malam, senja, langit, bintang dan hujan.
Nggak ada pagi atau siang kan, ya? Karena saat itu adalah waktu untuk bekerja, bukan beromantis-romantisan :))

Semalam, gue lagi googling tiba-tiba nemu blog-nya Pak Joko Pinurbo. Beliau adalah seorang penyair asal Yogya. Buat beliau, berpuisi adalah ibadah :D
Gue kebetulan punya buku puisi beliau yang judulnya Kekasihku dan Trouser Doll. Puisi Pak Jokpin banyak yang bercerita mengenai kasih dan sayangnya anak ke orangtua, atau sebaliknya. Selain blog dia punya akun twitter juga. Gue buka dong, hwarakadah! Indah banget setiap 140 karakter yang ia tweet. Serius! Ini diantaranya:

: Bulan sedang mandi di matanya, membersihkan awan yang membalut tubuhnya. 

atau ini

: Saya ingin menganggap sajakmu tak pernah ada. Karena apa? Karena saya terlalu merindukannya.  

Gue sampe berkaca-kaca baca tweet-tweet beliau. Tapi yang paling HITS adalah pas gue baca tweet ini:

: Ada puisi di dalam kamu. Sebagian barisnya tertinggal di dalam aku.

HAKJLEB!

Oh iya, gue langsung follow @JokoPinurbo, dan setelah beberapa kali gue RT tweet beliau, dan kebetulan banyak  yang nyamber, tau-tau "Joko Pinurbo is following you". WIDIH!!
Berasa mau memenuhi timeline dengan  puisi bok!

Ini apa kabar kalo "Seno Gumira Adjidarma  is following you"? Bisa berhenti nge-tweet demi mendapatkan kata-kata yang canggih dan terlihat cerdas nih :p



Tuesday, November 6, 2012

We're Cool..

Rite?
Haha..

Tadi lagi nyetir, tiba-tiba lagu Gwen Stefany yang judulnya Cool diputar. I was like, "eh, gue banget nih!".
Ciyeee...
Sebenarnya pertama memang karena gue ngefans sih, sama Gwen. Gimana nggak, perempuan ini ekstra keren! Udah mamak-mamak, tapi gayanya masih cihuy dan super keren. Udah gitu, dia menyusui! Jadi siapa bilang, rock n roll mommy memandang enteng urusan menyusui? Haha..

Kedua, gue selalu menganggap para mantan *wuhuk* atau mereka yang pernah ada di hati *ceilee* sebagai aset. Lah? Nggak, maksudnya nggak jadi ke pelaminan bukan akhir dunia kan? Bukan jadi musuhan kan? Kalau nggak ketemu sama mereka dulu, mungkin gue nggak akan seperti ini. Banyak banget pelajaran yang bisa gue ambil from each of them (pelajaran biologi termasuk nggak? -dikeplak).
Kalau kata Padi mah, "tetaplah menjadi bintang di langit..." Kan langit lebih indah kalau bintangnya banyak, bukaaan? *jadi maksud lo, hidup lebih indah kalo mantannya banyak, Lit?*

Anyway, balik lagi ke lagu Cool, ini lirik lagunya, silakan diresapi:

It's hard to remember how it felt before
Now I found the love of my life...
Passes things get more comfortable
Everything is going right

And after all the obstacles
It's good to see you now with someone else
And it's such a miracle that you and me are still good friends
After all that we've been through
I know we're cool

We used to think it was impossible
Now you call me by my new last name
Memories seem like so long ago
Time always kills the pain

Remember Harbor Boulevard
The dreaming days where the mess was made
Look how all the kids have grown
We have changed but we're still the same
After all that we've been through
I know we're cool 

And I'll be happy for you
If you can be happy for me
Circles and triangles, and now we're hangin' out with your new girlfriend
So far from where we've been
I know we're cool


Lagu ini sebenarnya diilhami oleh kisah cintanya Gwen sendiri dengan rekan seband, Tony Kanal. Pacaran mereka kayanya cukup serius, dan pas mereka putus banyak yang menyayangkan sekaligus spekulasi bahwa either Gwen atau Tony akan cabut dari No Doubt. Ternyata eh ternyata, mereka baik-baik saja tuh!

Bener banget salah satu kalimat lagu di atas, "time always kills the pain". Seiring berjalannya waktu, biasanya seseorang akan lebih mudah menerima sakit hati. Entah itu lewat pacaran dengan orang lain (rebound,gue sih nggak melakukan ini yaaa..), simply forgetting, atau malah ada yang berusaha berhubungan baik. Durasi berdamai dengan rasa sakit hati juga beragam. Ada yang 1-2 hari sembuh, ada yang sampe tahunan. In my defense, rugi kalau sampe tahunan. You're not getting any younger.

Lalu, bagaimana kondisi kehidupan gue dengan para mantan?
Alhamdulillah sejauh ini gue berhubungan baik dengan sekitar 3/4 dari mereka. Sisanya ada yang hilang tanpa jejak atau ada yang memang gue menghindar (bok, psycho!). Nah, nggak ada alasan karena gue sakit hati, tho? Sakit hati kok dipelihara, kambing noh, bisa gede :p

Dengan mereka yang berhubungan baik, gue sangat bersyukur. Kebetulan gue memang banyak berteman dengan laki-laki, jadi kan sahabat gue lebih banyak. Batasan kedekatan, tentu harus ada, ya. Hello, eike udah mamak-mamak, bini orang! Pasti ada perbedaan signifikan antara yang dari dulu sahabat atau dengan yang akhirnya jadi sahabat, hehe. Contoh yang paling nyata, curhat mengenai masalah rumah tangga. Banyak artikel-artikel perempuan yang mengatakan curhat mengenai rumah tangga ga boleh dilakukan ke sahabat lawan jenis. Yah, kalo pernah atau ada di posisi gue, justru salah satu sahabat laki-laki gue sejak SMA adalah 'tempat sampah' gue tentang apapun, dan sebaliknya. Kami terbuka banget satu sama lain. Menurutnya, curhat sama gue bisa ngerti permasalahan dari sudut pandang sang istri, dan gue pun begitu. Perlu diketahui, persahabatan kami sejak SMA sih, jadi kayanya udah nggak kepikiran saling macam-macam *knock-knock on the wood*

Nah sementara dengan mantan. Alhamdulillah sejauh ini belum ada hal-hal yang membahayakan. Malahan gue senang karena kadang-kadang kami malah menertawakan kebodohan masa lalu, (insyaallah) tanpa ada tendensi apa-apa. Cerita-cerita mengenai kegiatan saat ini, atau hanya sekedar ngobrol. Tentu kita pernah mencintai atau minimal menyayangi seseorang karena sebuah alasan, kan? Entah itu karena menyukai lagu yang sama, selera fashion (err, kok ini?), memiliki banyak sahabat yang berasal dari lingkaran yang sama, atau simply seneng aja ngobrol sama dia. Haromkah? :D
IMHO, nggak sama sekali. Asal sama-sama tau batasan masing-masing.
Bagaimana dengan suami? Suami gue pernah berkata, "nggak baik tau memutus tali silaturahmi" ajiye banget sih, kamu, suami! Tapi tentu gue berharap dia tidak melakukan lewat dari batas seharusnya. Dan gue yakin dia tau bahwa gue nggak akan macam-macam juga. Amin.

Mengenang masa lalu? Yah, ini beda lagi, nanti gue bahas lain kali deh.
Tapi sedikit highlight, bagi yang memang lemah hatinya, mendingan menjauhi kegiatan ini :p

Anyway, untuk mereka yang pernah ada di hati, we're cool, rite? Rite-laaaah, enjoy the song!



*poles lipen merah ala Gwen*