Friday, November 30, 2012

Wish Upon A Star

Kalo kata Suede, "life is just a lullaby", gue mengamini dan menganggap, everything will flow. Gue sih, ngerasanya hidup lebih 'enteng' tanpa dibebani target ina itu atau ekspektasi macam-macam.

Terkesan pasrah? Ya, mungkin. Makanya kalo udah sekalinya punya mau, gue akan berusaha sekuat tenaga.

Eh, ga mau bicarain tentang itu, sih. Mau cerita tentang, tanpa gue sadari ada beberapa hal yang selalu jadi keinginan gue. Bukan target, tapi keinginan seperti 'things to do before I die', hehe. Sedikit sekali orang yang tau tentang keinginan gue ini. Bahkan kayanya suami gue ga tau, apa ga ngeh? Apa gue ga pernah cerita? Tau dah, lupa.

Here they are;

- Naik helikopter
Naik pesawat komersil, mah udah biasa. Hercules juga udah pernah. Mulai dari hercules yang buat angkut tank perang sampe hercules VIP yang ada lounge-nya gitu.
Nah, naik helikopter ini pengen banget! Gue penggemar langit (baik langit yang di atas, atau Langit anak gue, hehe). Gue selalu senang naik pesawat, dan pasti minta deket jendela, biar bisa lihat awan. Norak? Terserah, deh. But that's me.
Sayangnya, kalo pesawat komersil kan, ga bisa buka jendela *ya menurut ngana?*. Kalo helikopter kan, pintu/ jendelanya boleh dibuka, karena ketinggiannya ga seperti pesawat biasa.
Salah satu sahabat pria gue ada yang tau tentang ini. Dan kebetulan dia tergabung sama organisasi apa gitu yang erat kaitannya sama TNI gitu-gitu. Nah, suatu hari, "De, lo mo naik helikopter nggak?". Aaaack, mau dong! Tapi sayang, naik heli itu batal, kalo ga salah karena cuaca :'(

- Melihat bintang
Kan bisa tiap malam? Bukaaaaan, gue pengen lihat pake teropong bintang.
Dulu, pas kuliah semester awal, gue sering meracuni teman-teman sepaket untuk ke Planetarium TIM. Ajakannya sih cuma jalan-jalan naik kereta ke Cikini, padahal hidden agenda-nya pengen cek Planetarium. 3-4 kali kesana, selalu gagal. Lalu menyerah.
Muncul wacana lain: melihat bintang dari Boscha. Perihal ini ada satu orang yang tahu dan berusaha mewujudkannya. Tapi sayang sampe detik ini, belum jadi lihat bintang dari sana.
Yang tau hal ini biasanya nanya, "ngapain sih, kurang kerjaan amat?".
Lah, gue pengen. Itu aja sih, ga ada alasan khusus. Satu-satunya alasan yang gue punya selain pengen adalah karena gue suka langit dan benda-benda yang ada di sana. Tapi, jangan suruh gue mengenali rasi bintang gitu-gitu ya, terlalu tekhnis untuk anak IPS yang nilai akuntansinya cuma meraih angka 6 ini.

- Nulis buku sendiri
Cita-cita bener. Hal ini sebenarnya udah tersalurkan lewat Mommies Daily Pregnancy Checklist Book, tapi itu ditulis secara keroyokan. Belum berasa. Hehe.
Untuk yang terakhir ini, harusnya lebih mungkin diwujudkan dibanding kedua keinginan sebelumnya. Harusnya, lho, yaaa... :D
Kalo cuma sekedar buku chicklit gitu-gitu, insyaallah bisa (teringat naskah-naskah yang tak kunjung selesai). Tapi pengennya buku itu bermanfaat bagi banyak orang. Not just another love or life story.

Nah, itu dia. Seinget gue sih, cuma 3 keinginannya. Keinginan ini santai sih, pengen tapi gue ga kekeuh punya target kapan harus melakukannya. Apalagi setelah punya anak, 3 hal ini seperti tersimpan di sudut hati yang berdebu *ceile*.

Mudah-mudahan bisa terwujud saat tubuh ini masih sehat. Amin.



sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, November 29, 2012

Teridola Sepanjang Masa

Untuk idola, gue agak susah, deh, ngebayanginnya. Mungkin karena kebanyakan gue sukanya sama band, ya. Untuk penyanyi perempuan, ga ada bayangan, siapa gitu yang akan gue bela-belain nonton konsernya.

Beyonce, gue suka. Tapi pas dia konser di sini, biasa aja, tuh. Nggak segitu pengennya untuk nonton dia nyanyi dan joged-joged.

Setelah gue inget, inget, ada 1 perempuan yang gue suka. Gwen Stefani.

Perempuan ini usianya sekarang 43 tahun. Yap, 43 tahun. Gile, di usia segitu, gue harap masih sekeren Gwen tanpa terlihat lebay. Btw, 43 tahun itu kalo didengar sepertinya masih jauh, tapi kalo dihitung, nggak sampe 15 tahun lagi Deim.

Setiap lagu yang dia tulis, terutama yang berhubungan sama cinta-cintaan, itu kena banget dah, sama gue. Haha. Misalnya, Cool, yang mengisahkan tentang dia sama mantannya sekarang udah sahabatan.
Ada lagi nih, Underneath It All. Beberapa tahun yang lalu, kakak gue bilang, “lo denger lagu Underneath It All, deh. Itu kayanya cocok buat lo sama Igun”. Haha. Pas gue dengar, ternyata benar juga. Maksudnya di balik segala kecuekan dan ketidakramahan (siap-siap ditimpuk) wajahnya, he really lovely (ceile, abis dibeliin jersey tim sepakbola soalnya, haha).

Ini lagunya:



Nah, semalam gue baru ngeh sama lagu Settle Down-nya No Doubt. Ini dari album terbaru mereka setelah Gwen balik lagi ke No Doubt tahun 2008 lalu. Lagunya edan kerennya. Gwen pun, tetap sekeren awal kemunculannya tahun 90an.

Gue selalu suka sama lirik lagu yang Gwen bikin. Girl power banget lah pokoknya. Salah satu bait di Settle Down yang gue suka:

I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
I'm hella positive for real, I'm all good no
I'm fine (and nothing's gonna knock this girl down)
It's kinda complicated that's for sure

“and nothing’s gonna knock this girl down”

Ah, just love it! Yuk mari disimak dan berjoget bersama.



Sayangnya nih, Gwen dan No Doubt belum pernah ke Indonesia. Kalo Gwen-nya terdekat kalo nggak salah pernah konser ke Malaysia. Ya gue nggak segitunya, sih, ngejar konser sampe keluar negeri (baca: nggak ada duitnya).

Kepada promotor music yang terhormat, boleh lho, No Doubt dimasukin ke list artis yang diburu tahun 2013. Saya nabung dari sekarang, deh!


Wednesday, November 28, 2012

Cilaka!

Semalam sebelum tidur, tiba-tiba otak gue membuat daftar 'kecelakaan' yang pernah gue alami. Ternyata nggak terlalu banyak. Coba nih, ya, gue list down berdasarkan kategori tingkat kecelakaan :D

JATUH
Kayanya sering jatuh, haha. Dulu pas jaman SD, gue kan selalu nungguin kakak gue pulang sekolah. Berhubung kami beda cuma 2 tahun, jadi waktu sekolahnya nggak terlalu beda jauh. Sekitar 2 jam deh, gue bebas main di sekolah, lari-larian, petak umpet, sampe guling-gulingan. Nyokap gue, kalo gue sampe rumah, pasti komentarnya "Ini anak kalo pake baju nggak bisa bersih, ya?", kalau lagi cerita masa lalu, pasti nyokap bilang gue kalo main kaya anak laki-laki, dari ujung rambut sampe kaki, nggak ada yang bening. Sudahan lagi kaos kaki, dekil maksimal!

- Gue pernah jatuh dari atas fly over. Haha.
Di kompleks gue tinggal, ada fly over yang akhirnya nggak kepake, kayanya karena masalah pembebasan lahan. Eh, sutralah, sebagai anak kecil, mana kepikiran kan? Yang pasti, jadi punya lahan bermain baru. Nah, gue sering tuh, naik sepeda sampai bagian puncak fly over itu, terus turun sepeda sambil lepas tangan kek, atau sebagainya.
Hingga suatu hari sore, gue ke atas fly over sama teman gue. Berdua-duaan, siang-siang tengah hari bolong bengkak :)) Kebetulan dari dulu emang nggak suka tidur siang, dan nyokap memang nggak mengharuskan anak-anaknya tidur siang selayaknya anak usia sekolah lain. Pas turunnya, gue boncengin teman (yang notabene lebih tua dan lebih berat, karena dari kecil postur gue emang kurus). Pas dari atas  sih, serunya minta ampun. Nah pas setengah jalan, gue lepas tangan (jangan ditiru!), stang seepeda mulai oglek-oglek, terus berapa detik kemudian, teguling deh, sepedanya lengkap dengan dua gadis cilik bau matahari. Hahahaha...
Jatuh ini cukup parah, menghasilkan besot, bonyok, darah dimana-mana (lebay) sekujur tubuh. Lukanya sih cuma di kaki kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri. Tapi full :)))) Sementara teman yang gue boncengin, badannya nggak apa-apa, cuma dahinya robek, hehe.
Hasilnya: ga sekolah 3 hari karena nggak bisa jalan.

- Jatuh dari atas genteng
Rumah gue jaman SD ada pelataran atasnnya buat jemur pakaian, Nah, pelataran atas ini langsung nyambung ke genteng. Demenan gue tuh, dari kecil tiduran di genteng sambil menatap langit. Ahey banget, ya?
Suatu siang yang panas (lagi-lagi siang hari), gue naik ke atas, terus mau tiduran di genteng kok panas, ya? Dan gue tergoda untuk naik ke genteng yang lebih tinggi. Akhirnya gue berhasil dan berani naik ke genteng teratas, lalu jalan sepanjang rumah gue.
Setelah itu, kok tergoda lagi untuk turun ke sisi depan. Nah, pas lagi jalan ke sisi depan, kaki gue slip atau gimana gitu. Nyusruk dah! :)))
Hasilnya: ga lupa parah, pegal-pegal aja karena sempat nyangkut di pohon depan rumah.

Jatuh-jatuh lain, ya banyak. Misal, jatuh di depan masjid kampus pas di depannya banyak mahasiswa (ini mah nggak sakit, tapi tengsinnya itu!) atau aneka kebodohan seperti main perosotan di genteng rumah siang-siang, ternyata menyebabkan celana yang gue pake (berbahan kaos) jadi 'aus' dan bolong, dan banyak lagi keseruan lainnya :))

O iya, ada 1 cerita jatuh yang juga epic. Gue dibonceng sama editor gue yang baru bisa naik motor, terus jatuh keserempet mobil. Hasilnya? Masih ada nih, luka bakar kena knalpot di betis kanan :))))
Gue bilangnya, "tanda mata dari Mas Topan", karena pas malamnya kami ada acara besar kantor, sementara gue datang dengan luka bakar di kaki.

Ah, abis nulis ini jadi inget 1 kebodohan lain yang menyebabkan luka fisik: kejatuhan kaleng krupuk! Hampun ini mah, sungguh nggak keren! Gue lagi makan di rumah sepupu, terus mau ambil kerupuk dari kaleng kerupuk yang abang-abang itu. Nah,gue cuma angkat bagian tutupnya, ternyata tutupnya nggak dalam posisi kencang. Tiba-tiba, bruk! Jatuh lah si kaleng ke jempol kaki gue! Sakitnya, luar biasa! Hasilnya: Kuku gue setengah copot :)))

TABRAKAN
Ga separah tabrakan kecelakaan itu, tentunya. Ini biasanya kekonyolan diri gue sendiri, sih.

- Nabrak Yaris
Ini pas udah ibu-ibu sih. Pas jaman nggak ada ART dan kantor gue di Daan Mogot, gue nitipin Langit ke rumah nyokap. Jadi perjalanan pulang Daan Mogot- Condet- Bekasi. Lumayaaan *urut betis*.
Nah, pas dari Condet ke Bekasi, Langit tidur. Terus lagi ngantre di dekat Halim itu, Langit kaget kebangun, gue pun puk-pukin dia. Pas lagi begitu, tau-tau.. brak! (asli pelan). Mobil gue (yang bumper depannya kebetulan diganti pake baja, untuk keperluan off road) sukses menyentuh mobil masa kini, Yaris. Eh, bonyok, dong, mobil itu.
Buka kaca, say sorry, dan mencari tempat yang nggak bikin macet untuk negosiasi dengan pemilik mobil tersebut. Si bapak pengemudi Yaris itu, mungkin juga tau bahwa gue ga akan kabur, setuju.
"Pak, saya akan ganti berapa pun kerusakannya. Tapi nggak bisa sekarang, kalau bapak mau, kita ke atm terdekat, nanti saya transfer dari sana"
Akhirnya malah tukeran no hp dan business card. Besok paginya si bapak ngabarin bahwa dia pake asuransi dan hanya minta gantiin uang jalan untuk agen asuransinya dia. Alhamdulillah!
Kalo gue gantiin full, bisa diatas sejutaan, tuh. Secara ya, bonyok ke dalam itu bagian belakangnya. Sementara mobil gue, bumpernya aman sentosa ga cacat sedikit pun.

mobil perkasa


- Nabrak Pak Pulisi
Suatu hari buru-buru mau ke lokasi meeting. Ini pas gue masih di PH (tentunya Jakarta belum semacet sekarang, ya, jadi masih mau bawa mobil sendiri). Pas lampu hijau tinggal sedikit lagi, gue buru-buru jalan. Eh, nyenggol sebuah sedan merah. Langsung gue berhenti, keluar mobil untuk minta maaf.
Yang keluar, jeng-jeng.... suami istri, dua-duanya pake seragam polisi x_x
Untungnya nggak parah, gue minta maaf dan mau gantiin, Si bapak polisi nanya gue mau kemana, ya seadanya gue jawab, mau meeting di sebuah stasiun tv.
Hasilnya: "Ya sudah, lain kali kami hati-hati nyetir mobilnya", kata si bapak polisi.  Hooray!

- Nabrak Tukang Bubur
Ok, yang ini epic, sih. Bahkan sempat bikin gue trauma bawa motor sendiri *ceila.
Jadi, di suatu hari yang cerah, gue naik motor ke rumah sepupu gue, mau berangkat kuliah, tapi minta anter dia. Terus, tiba-tiba aja pas lagi nyetir motor, tas gue agak jatuh. Ribet ngebenerin tas, tau-tau.. BRAK!
Nabraknya nggak kencang, tapi efeknya dahsyat. Tukang bubur yang lagi jalan di pinggir jalan, kesenggol kakinya, bikin dia kehilangan keseimbangan, dan jatuh segerobak-gerobaknya *tutup muka*.
Mana tukang bubur itu baru keluar basecamp, jadi buburnya masih penuh, bok. Haduuuh, bikin macet secondet raya deh.
Hasilnya: gue nggak berani bawa motor sampai sekitar 5 tahunan ke depan.

Nabrak-nabrak lainnya, tentu masih banyak. Tembok, tiang listrik, atau matahin kran di garasi rumah sendiri yang mengakibatkan banjir di garasi rumah juga pernah. Hehe... O, iya, pas belajar naik sepeda juga pernah, tuh, nabrak pohon gede yang di bawahnya banyak pecahan beling. Lumayan lah, besot-besot.

Kecelakaan lain, apa ya? Alhamdulillah sejauh ini nggak ada yang efeknya serius. Amit-amit, jangan sampe lah, ya...

Pantes lah kalo nyokap gue bilang gue kaya anak cowok. Mengingat kelakuan anaknya yang satu ini emang jauh dari imej anak perempuan :))
Tapi buat gue, pengalaman-pengalaman itu jadi cerita, sih. Setiap bekas luka yang ada di badan gue jadi ada ceritanya masing-masing. Haha..

Sekian dan terimakasih pembukaan aib diri sendiri ini.




Tuesday, November 20, 2012

Terus, Salah Gue?

Kalo baca berita, terutama belakangan ini, seperti biasa dong, ya, #TeamJokowi, gue selalu baca setiap berita tentang beliau. Nah, banyak banget masalah yang 'dilemparkan' ke pemprov. Misalnya macet, banjir, UMP, angkutan umum, kesejahteraan guru, dan lain sebagainya.

Gue ga mau bicarain masalah Jokowi, sih, di sini (tapi di beberapa post ke depan PASTi akan ngomongin dia dan Ahok, haha). Gue cuma mau cerita, betapa kadang manusia gampang banget melemparkan masalah ke orang lain.

Macet.
"Pemerintah sih, ga mau nyediain angkutan umum yang memadai"

Kalau angkutan umum memadai, situ yakin, mau naik angkot? Beneeeer? Bawa mobil pribadi kan enak, nyaman, adem, ga kehujanan, ga nunggu lama, dst dsb.

Era Sutiyoso, dese mau bikin Trans Jakarta. Angkot nyaman untuk masyarakat. Yang caci maki? BANYAK! Yang sinis? BANYAK! Eh, tapi setelah ada, ternyata banyak yang suka tuh!

Trans Jakarta, sebenarnya udah jadi salah satu contoh moda transportasi publik yang mendekati ideal. Walaupun, sampai saat ini masih banyak banget kekurangan sana sini.

Jalurnya ga steril, banyak kendaraan pribadi masuk. Salah pemerintah?
Haltenya kemaren ditembaki pas dini hari. Salah pemerintah?
Pas transit halte pindah jurusan, jalannya jauh. Salah pemerintah?
Armada kurang. Nah, kalo ini gue ga tau deh, salah siapa. Hehe.

Sedianya, Trans Jakarta bisa menjadi penarik perhatian para kaum eksekutif yang membawa kendaraan pribadi. Ternyata, nggak juga. Jumlah kendaraan pribadi di jalan Jakarta, berdasarkan contekan dari akun @nebengers masih 98%.

Memecahkan masalah kemacetan, menurut hemat gue (yang suka ga hemat juga sih), ga bisa diletakkan di pundak pemerintah semata. Atau sebulan terakhir ini, pundaknya Jokowi dan Ahok.

Mau dibikin jalanan sebanyak apa pun, yakin seyakin-yakinnya, yang bawa kendaraan pribadi makin banyak.

Mau disediakan angkutan umum yang nyaman, paling hanya 20-30% yang mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka di rumah. Ga percaya? Yuk, buktikan.

Studi atau wacana mengenai kemacetan udah banyak banget, deh. Pemberlakuan ganjil genap, warna mobil, ERP (electronic road pricing), dst. Tapi percayalah, selama manusianya/ masyarakatnya ga berpartisipasi dalam perubahan, ya kondisinya juga bakal begini-begini doang. Contoh, 3 in 1 yang menurut gue pantas di meng-endorse akun @nebengers aja malah mendatangkan profesi baru: joki.

Banjir.
Sahabat gue, kebetulan rumahnya dekat sama lokasi banjir luapan Sungai Ciliwung. Percaya nggak percaya, pihak RT/ RW-nya ga menyediakan lokasi pembuangan sampah. Lah, kalo sampah rumah tangga penuh, piye? Hup! Tinggal lempar depan rumah, alias Kali Ciliwung :(

Sahabat gue pendatang di daerah situ, protes dengan kondisi ini. Pihak birokrat (maksudnya RT/ RW) bilang, ya sudah terbiasa di sini demikian. Pernah disediakan, ga kepake. Karena dongkol, sahabat gue beserta suaminya, sering keliling tetangga sekitar untuk pisahin sampah-sampah kering kemudian dia tumpuk di halaman rumahnya. Pas ada tukang beling/ pengumpul barang bekas, baru dia kasih. Kasih 'pendidikan' ke orang-orang sekitar pun ga berguna. Ini, salah pemerintah?

Salah satu rencana Jokowi adalah membuat Kampung Deret/ Susun, dsb. Gue pernah baca di sebuah situs berita, komentar warga sekitar bantaran sungai tersebut mengenai hal ini. "Yah, ga mau pindah dari sini. Banjir mah, udah biasa. Lagian kalo rumah susun, ribet ah". Salah pemerintah?

Sering banget gue lihat mobil keren di jalan, buka jendela, 'plung' dengan entengnya melemparkan entah itu tisu, bungkus permen, puntung rokok, dan banyak lagi. "Ah, cuma selembar tisu, it won't kill you". 1000 orang mikirnya begitu, salah pemerintah?

Ya-ya, di beberapa negara, pemerintahnya memang 'keras' untuk urusan kebersihan dan disiplin. Ada seorang teman, sekarang tinggal di Swiss, menurutnya untuk buang sampah di sana kudu mikir. Kenapa? Karena plastik untuk wadah sampahnya itu mahal harganya. Emang ga bisa pake plastik bekas carefour atau giant? Hehe.. "Ya sampahmu nggak akan diangkut, Lit".

Satu sisi pemerintah harus keras untuk urusan sampah ini. Masalah banjir, selain posisi Jakarta yang memang cekungan, ruang terbuka untuk serap air kan juga udah jauh berkurang. Bayangin, Jakarta tempo dulu, lupa tahun berapa persisnya, pokoknya pas Pitung masih hidup, deh! Waktu belum banyak gedung bertingkat (mal, apartemen, perkantoran, dst dsb) udah pernah banjir besar, lho. Nah, bandingkan dengan saat itu, tanah Jakarta menurut sebuah penelitian juga amblas sekian cm per tahun.

Nah, dengan kondisi seperti ini, masa iya kita nih, yang pada pinter-pinter, mau berharap sama beberapa orang aja? Mulai dari diri sendiri, dong!

Kalau dalam agama gue, 'anna zhofatu minal iman, kebersihan itu sebagian dari iman'. Langit aja tau lho :)

Masih banyak contoh-contoh lainnya. Tapi jempol udah pegel ngetiknya pake bb.

Sebaiknya niiiih, sebelum menuntut sama orang lain (pemerintah dalam hal ini), yuk kita ngaca dulu, periksa diri sendiri, kita sudah melakukan apa untuk hal yang kita protes itu? Udah naik angkot tapi masih kena macet? Ya emang ga fair, sih. Kita udah panas-panasan, desak-desakan naik angkot, masih juga kena macet. Kalo gue mah mikirnya, yang waras ngalah, karena bawa mobil dengan kondisi jalanan seperti saat ini bikin gue nggak waras :))

Kalo ngomongin masalah kemacetan dan angkutan umum sama gue ga akan ada habisnya, deh. Haha!

Hidup angkot!


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Today's Outfit: From #FDGarageSale

Jadi semenjak #FDGarageSale, gue ketambahan jumlah tas (belum bisa disebut koleksi tas, karena memang bukan kolektor, haha). Salah satunya adalah tas House of Leather ini yang pada akhirnya jadi rebutan mulai dari rekan sekantor sampai tante gue -____-


Jadi, awal tau mengenai brand ini, di mana lagi, ya, selain di Fashionese Daily. Hani pernah nulis tentang brand ini, ngiler! Pas #FDGarageSale kemaren, lapak terheboh milik Tante Lince, menawarkan tas ini dengan harga: seratus ribu rupiah saja. BUNGKUS!

Sekarang, tas ini lagi demen-demennya gue pake :)

all from #FDGarageSale
Unbranded Orange Blouse 20k | Kivee Black Pants 25k | Rubi Black Shoes 25k  | House Of Leather Bag 100k

Coba hitung berapa kerusakan yang gue buat untuk pakaian di atas? Not Bad, eh?

Tas ini roomy banget! Laptop pun bisa masuk. Terus kulitnya juga baguuus, serius! Warnanya juga pada bilang sih, merah. Tapi bukan merah yang merah gitu, agak sedikit campur oranye dan cokelat, kali ya.

Nah, karena warnanya kece, menurut gue sih, netral-netral aja dipake sama warna baju apapun. Walaupun gue juga bukan orang yang suka matching-in tas/ sepatu sama baju :D


Dan, karena memang bawaan gue baik kalo ke kantor ataupun sama Langit pasti segambreng, makanya pas kakak gue ngajak makan di Mang Engking Depok, tas ini tetap gue bawa. Muat segalanya, bok!

UI emang kece dah buat poto-poto :)
Tak lupa dong foto bersama Langit, yang kekeuh pake rok tutu -____- padahal kami main ke hutan, danau dan segalanya. Zzzz...


Jadi, 100 ribu untuk tas seperti ini, i don't mind at all!

Sunday, November 18, 2012

The One That Got Away

Ternyata kalimat itu adalah judulnya Katy Perry #kemanaajalo :))
*ya wajar lah, buat yang playlist-nya muter antara Aerosmith, Suede, Rancid, Slank dan kawan-kawan*
Lagu itu tentang seorang perempuan yang lagi ceritain cinta monyetnya yang begitu mendalam. Eh, kayanya bukan cinta monyet, ya, tapi 1 kisah percintaannya yang paling membekas.
Gue ga mau cerita tentang itu, ah, tar galau, haha. Udah lagi ditinggal suami, terus galau gegara the one that got away, ciyan *pukpuk diri sendiri*.
Salah satu kebiasaan gue adalah membaca ulang buku-buku yang gue punya. Buku gue genre-nya agak lebar, sih, mulai dari Kamus Bahasa Isyarat sampe Chicklit (ditengah-tengahnya itu fiksi sejarah) <-- biar disangka pinter.
Nah, tadi iseng baca ulang bukunya Icha Rahmanti, bukan, bukan yang Cintapuccino. Tapi yang Beauty Case. Nah, sampe salah satu bagian dimana si Nadja lagi chatting sama mantan pacar terlamanya, Rifky. Nadja yang lagi down urusan perpacaran, merasa Rifky akan selalu ada buat dia, selalu cinta dan pasti akan menerima dia. Tapi sayang, setelah Nadja bermanja-manja dan sempat blast from the past sama Rifky, Rifky (eh, apa Rifki? Ya itu lah, ya) malah ngabari bahwa dia akan tunangan dan menikah. Jeng-jeng!
Ada yang pernah mengalami hal serupa?
Di saat kita berpikir, "ah, kalo gue ga jadi sama yang A, gue balik sama si B aja deh, dia kan memuja gue, cinta banget sama gue, and we'll happily ever after". Eh ga taunya, si B yang kita jadikan tumpuan harapan urusan cinta, udah move on. Punya kehidupan baru dan pastinya cinta yang baru... Untuk orang lain.
Kalo gue, umm, ummm, gimana ya? Kasih tau ga, ya? *toyor*
Ada beberapa kali gue berpikiran seperti itu (dulu- ceile butuh diperjelas, daripada dikeplak Igun, hihi). Saat lagi hopeless urusan percintaan, segera buka 'black book' berisi data dan alamat semua mantan, haha #lebay. Kaga lah, emang gue hits banget, apa, sampe list mantannya dibikin buku. Kalaupun iya, ga akan setebal yellow pages lah #eh.
Kembali ke Nadja, dari ceritanya dia di situ, gue seperti bisa merasakan bagaimana ga baiknya 'mencadangkan' seseorang apalagi untuk urusan hati. Kalo Rifky-nya sampe batal tunangan/ nikah karena ceting sama Nadja, padahal posisi Nadja disitu memang lagi down karena cowo yang dia taksir punya pacar lain, gimana? Unfair kan?
Lah, emang bisa gegara ceting doang, terus batal nikah?
Ga usah yang masih pacaran atau BARU MAU kawin, yang sudah dalam ikatan pernikahan pun sangat mungkin 'tergoda', kok. Coba, ngacung deh, yang kalo ceting sama mantan pacar atau gebetan lalu senyam senyum sendiri? Atau lebih riang? Atau malah, merasa bersalah sama suami/ pasangan?
Eh, jangan salah, rasa bersalah itu merupakan alarm, lho. Alarm bahwa kita masih ingat sama batasan yang ada dalam diri kita. Yang bahaya adalah kalau udah ga punya rasa bersalah. Yang bahaya adalah jika sudah melemparkan kesalahan ke pasangan.
Ya, gue tau ini pembahasannya ngaco. Maap ya, tapi tiba-tiba otak gue lompat ke perbincangan sore tadi dengan sahabat gue tentang rekan sekantornya yang selingkuh. Alasannya, suami kurang perhatian. D'oh, ga ada alasan yang lebih kece lagi?
Balik lagi ke topik deh, untuk menutup ketikan di dinihari ini. Kalo dipikir-pikir, saat ini semua mantan gue udah pada nikah (eh, bener ga, ya, udah nikah semua? Lupa). Dan setiap dapat undangan atau kabar satu per satu mereka nikah, gue senang. Iya dong, senang, karena kan gue nikah duluan. Hohoho! Jadi ga merasa #gagalmoveon *pemikiran cetek* hahaha..
Kaga deh, maksudnya, mereka memang pernah menjadi sesuatu dalam hidup gue. Dan masing-masing punya porsi berbeda. Tapi masa gue mo ngarepin gue selalu jadi nomor satu dalam hidup mereka? Sape gueee? Cakep juga kaga, haha..
Jadi, seperti Nadja, pas dengar Rifky akan menikah, dia mengenang masa-masa manisnya lalu mengingat kenapa mereka nggak bersatu, dan tersadar, bahwa bahagia bukan tergantung sama orang lain, tapi keputusan diri kita sendiri. (Ciye, ini kesimpulan ngasal gue yang subyektif, karena bercampur dengan opini pribadi, hihi).
Setelah itu, Nadja mengucapkan selamat ke Rifky, terus tutup buku deh. Kelar.
Eh tapi ya, coba deh, dengar atau baca lirik lagunya si Katy Perry yang The One That Got Away. Iiiih, #jleb deh! *melipir*
*udah tidur, Litaaaaa, 5 jam lagi bocah sebelahmu pasti jejeritan ngajak main, minta makan atau mau pipis*

Nambahin ah, ini videonya. Silakan menikmati..




sent from my Telkomsel Rockin'Berry®


















Tuesday, November 13, 2012

Nyapres, Dagelan Baru

Belum kelar gue ketawa gegara ARB nyapres, eh sekarang udah ada dagelan baru lagi: Rhoma Irama siap maju di Pilpres 2014.

Wakwaow!

Ok, bahas yang pertama dulu, ya.

Warning: pembahasan ini datang dari orang yang BUKAN ahli politik, jadi maap-maap kalo cetek bin dangkal.

ARB, siapa yang nggak kenal lah ya, dia adalah empunya usaha dengan embel-embel Bakrie *kecuali Holland Bakrie #kriuk*.

Terjun ke dunia politik kayanya udah beberapa dekade, deh. Basic-nya pengusaha. Gue mah, tutup mata, ya, walaupun pernah PH tempat gue kerja dihutangin sama TV-nya sampe ber-M-M :D

Sampe kemudian salah satu anak perusahaannya *cmiiw* menyebabkan banjir lumpur di sebuah desa di Jawa Timur tahunnya agak lupa *sebenernya bisa googling, tapi kalo googling dulu ntar gue lupa mau nulis apaan lagi- ok, tmi*. Udah lebih dari 10 tahun musibah ini bisa dikatakan diabaikan. Entah berapa banyak keluarga kehilangan rumah, anak-anak ga bisa sekolah, kehilangan mata pencarian, dan harta.
Kalau nggak salah, beberapa tahun lalu sempat ada pernyataan dari pemerintah bahwa musibah 'Lapindo' ini dikategorikan sebagai bencana nasional.

Lah? Banjir, topan, gempa, tuh bencana nasional. Nah ini kan, human error (atau perusahaan error), deh, kayanya.

Nggak sedikit warga yang menuntut keadilan, tapi sampai detik ini rasanya permasalahan ini belum terselesaikan dengan baik.

Makanya gue ketawa pas dia mencalonkan diri untuk jadi presiden. C'moooon, benerin 1 desa itu, buktikan bahwa ga ada masalah, baru bisa nyapres. Walaupun mungkiiiin, dia nggak berkaitan langsung dengan musibah tersebut, tetap lah, namanya menjadi tokoh sentral pada kasus ini.

Bahkan Mbaknya Langit di rumah bilang, "dih, kaya gitu mo jadi presiden, Indonesia mau jadi apa?". Hear-hear..!!

Dagelan kedua dalam sejarah pencapresan datang dari si Raja Dangdut, Rhoma Irama. Oh iya, fyi, nama aslinya adalah R.H. Oma Irama, kemudian dimudahkan jadi Rhoma Irama.

Beberapa hari yang lalu isu ini mulai muncul di banyak media. Pas pertama dengar, reaksi gue, "CIYUUUUS?" :)))))

Asli deh. Untuk orang dengan latar belakang seperti dia, NGGAK BANGET! Dia bahkan kasi statement #tekonclang2012 "massa selalu membludak saat OM Soneta manggung, ini bukti bahwa elektabilitas saya tinggi".

OMG, pengen gue tepok jidatnya!!
Mau jadi apa Indonesia kalo pemimpinnya menentukan elektabilitas pencapresan dari jumlah penonton saat konser? Kalo gitu, Ariel bisa nyapres juga dong?!

Kebetulan gue pernah beberapa kali ketemu dia untuk keperluan syuting. Rempongnya, HASTAGAH! Dulu pernah ada 1 reporter gue yang pas mau wawancara dia, repot cari kerudung, karena dia ga mau diwawancara sama perempuan kalo ga pake kerudung. Talking about moral, siapa ya, yang ke gap tengah malam di apartemen perempuan cantik nan seksi, berduaan?! Kalo ga bisa nahan nafsu sendiri, ya itu masalah lo, bukan masalah perempuannya, dong! Helllooooh.. *emosional*

Yang begini mau jadi presiden? *cabutin bulu dadanya pake pinset*

Dari sekian banyak orang yang ada di Indonesia, emang nggak ada ya, yang sungguhan bisa mimpin negara ini menjadi lebih baik? Ya, memang, nggak gampang menjadi pemimpin sebuah negara. Nggak usah negara, mimpin keluarga aja pasti susah, kan, bapak-bapak?

Tapi gue rasa, balik lagi ke niat. Niatnya apa? Membawa kebaikan untuk negara? Atau membawa kebaikan untuk keluarga? Atau golongan?

Bahwa politik memang masalah kepentingan, itu benar. 100% benar. Jokowi yang dianggap manusia setengah dewa dan lagi dielu-elukan semua masyarakat pun pasti punya kepentingan. Sah aja. Asalkan nggak bikin masyarakat menderita untuk meraih kepentingan itu, silakan.

Jadi, bukan sekedar punya penonton konser banyak atau spanduk dan baliho dimana-mana, nyong, untuk bisa jadi presiden. It should be mooooore than that!

Semoga dagelan capres berhenti di Rhoma Irama.

Dan akan muncul seseorang yang high qualified untuk menjadi pemimpin Indonesia seterusnya. Setujuuuuu?

*ditulis oleh emak-emak yang ga niat untuk kelihatan pinter (karena emang nggak), semata-mata karena concern sama negaranya.


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, November 12, 2012

Tentang Langit

Ada seuntai rindu di matanya
Saat aku memasuki halaman rumah
Di ujung hari

Ada selintas kecewa di redup matanya
Saat aku melambaikan tangan tanda berpisah
Di awal hari

Ada sekerjap cahaya di binar matanya
Saat aku menghabiskan sepanjang hari dengannya

Ada kehangatan di setiap peluknya,
Senyumnya,
Celotehnya..

She's my home..

Ibu sayang kamu, Langit.
Walaupun ibu nggak selalu ada di sampingmu
Tapi kamu selalu ada di hati ibu,
di setiap langkah,
di setiap desah nafas..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, November 9, 2012

Poetic Me

Kali mah nggak ada yang percaya ya, kalau di balik penampilan yang serampangan ini tersimpan jiwa yang romantis dan puitis. Wuhuuuuy!

Eh serius ini mah, yang pernah dekat di hati (termasuk suami waktu belum jadi suami) pernah membuktikannya, haha!

Gue suka puisi, baik itu membacanya atau bikin. Tapi entah kenapa semenjak jadi ibu-ibu, jiwa romantisnya hilang :)) Kalau gue bilangnya ke @AnindyaAdi, mungkin karena sekarang udah lebih realistis mikirnya, mulai dari dana pendidikan, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, GTM, ASI, dst dsb :)) Nah, udah keburu males dah tuh, si jiwa romantisnya keluar.

Gue bukan ahli puisi sih, masih malu-maluin pulak puisi yang gue bikin. Bukan puisi kayanya, cuma sederetan kata-kata yang menurut gue tersusun dengan indah. Menulis puisi butuh jiwa yang romantis, menurut gue. Bukan romantis seperti kasih bunga gitu-gitu, ye. Tapi jiwa yang mau berpikir dari sudut lain saat melihat sesuatu. Dalam berpuisi, 'Celana' pun bisa menjadi indah.Dalam berpuisi, Kuda pun jadi cantik. Kalau jiwanya terlalu realistis (seperti saya saat ini, haha) mana bisa melihat keindahan dari sebuah celana :D

menurut gue foto in romantis, menurut ngana?

 Gue selalu mengasosiasikan romantisme dengan malam, senja, langit, bintang dan hujan.
Nggak ada pagi atau siang kan, ya? Karena saat itu adalah waktu untuk bekerja, bukan beromantis-romantisan :))

Semalam, gue lagi googling tiba-tiba nemu blog-nya Pak Joko Pinurbo. Beliau adalah seorang penyair asal Yogya. Buat beliau, berpuisi adalah ibadah :D
Gue kebetulan punya buku puisi beliau yang judulnya Kekasihku dan Trouser Doll. Puisi Pak Jokpin banyak yang bercerita mengenai kasih dan sayangnya anak ke orangtua, atau sebaliknya. Selain blog dia punya akun twitter juga. Gue buka dong, hwarakadah! Indah banget setiap 140 karakter yang ia tweet. Serius! Ini diantaranya:

: Bulan sedang mandi di matanya, membersihkan awan yang membalut tubuhnya. 

atau ini

: Saya ingin menganggap sajakmu tak pernah ada. Karena apa? Karena saya terlalu merindukannya.  

Gue sampe berkaca-kaca baca tweet-tweet beliau. Tapi yang paling HITS adalah pas gue baca tweet ini:

: Ada puisi di dalam kamu. Sebagian barisnya tertinggal di dalam aku.

HAKJLEB!

Oh iya, gue langsung follow @JokoPinurbo, dan setelah beberapa kali gue RT tweet beliau, dan kebetulan banyak  yang nyamber, tau-tau "Joko Pinurbo is following you". WIDIH!!
Berasa mau memenuhi timeline dengan  puisi bok!

Ini apa kabar kalo "Seno Gumira Adjidarma  is following you"? Bisa berhenti nge-tweet demi mendapatkan kata-kata yang canggih dan terlihat cerdas nih :p



Tuesday, November 6, 2012

We're Cool..

Rite?
Haha..

Tadi lagi nyetir, tiba-tiba lagu Gwen Stefany yang judulnya Cool diputar. I was like, "eh, gue banget nih!".
Ciyeee...
Sebenarnya pertama memang karena gue ngefans sih, sama Gwen. Gimana nggak, perempuan ini ekstra keren! Udah mamak-mamak, tapi gayanya masih cihuy dan super keren. Udah gitu, dia menyusui! Jadi siapa bilang, rock n roll mommy memandang enteng urusan menyusui? Haha..

Kedua, gue selalu menganggap para mantan *wuhuk* atau mereka yang pernah ada di hati *ceilee* sebagai aset. Lah? Nggak, maksudnya nggak jadi ke pelaminan bukan akhir dunia kan? Bukan jadi musuhan kan? Kalau nggak ketemu sama mereka dulu, mungkin gue nggak akan seperti ini. Banyak banget pelajaran yang bisa gue ambil from each of them (pelajaran biologi termasuk nggak? -dikeplak).
Kalau kata Padi mah, "tetaplah menjadi bintang di langit..." Kan langit lebih indah kalau bintangnya banyak, bukaaan? *jadi maksud lo, hidup lebih indah kalo mantannya banyak, Lit?*

Anyway, balik lagi ke lagu Cool, ini lirik lagunya, silakan diresapi:

It's hard to remember how it felt before
Now I found the love of my life...
Passes things get more comfortable
Everything is going right

And after all the obstacles
It's good to see you now with someone else
And it's such a miracle that you and me are still good friends
After all that we've been through
I know we're cool

We used to think it was impossible
Now you call me by my new last name
Memories seem like so long ago
Time always kills the pain

Remember Harbor Boulevard
The dreaming days where the mess was made
Look how all the kids have grown
We have changed but we're still the same
After all that we've been through
I know we're cool 

And I'll be happy for you
If you can be happy for me
Circles and triangles, and now we're hangin' out with your new girlfriend
So far from where we've been
I know we're cool


Lagu ini sebenarnya diilhami oleh kisah cintanya Gwen sendiri dengan rekan seband, Tony Kanal. Pacaran mereka kayanya cukup serius, dan pas mereka putus banyak yang menyayangkan sekaligus spekulasi bahwa either Gwen atau Tony akan cabut dari No Doubt. Ternyata eh ternyata, mereka baik-baik saja tuh!

Bener banget salah satu kalimat lagu di atas, "time always kills the pain". Seiring berjalannya waktu, biasanya seseorang akan lebih mudah menerima sakit hati. Entah itu lewat pacaran dengan orang lain (rebound,gue sih nggak melakukan ini yaaa..), simply forgetting, atau malah ada yang berusaha berhubungan baik. Durasi berdamai dengan rasa sakit hati juga beragam. Ada yang 1-2 hari sembuh, ada yang sampe tahunan. In my defense, rugi kalau sampe tahunan. You're not getting any younger.

Lalu, bagaimana kondisi kehidupan gue dengan para mantan?
Alhamdulillah sejauh ini gue berhubungan baik dengan sekitar 3/4 dari mereka. Sisanya ada yang hilang tanpa jejak atau ada yang memang gue menghindar (bok, psycho!). Nah, nggak ada alasan karena gue sakit hati, tho? Sakit hati kok dipelihara, kambing noh, bisa gede :p

Dengan mereka yang berhubungan baik, gue sangat bersyukur. Kebetulan gue memang banyak berteman dengan laki-laki, jadi kan sahabat gue lebih banyak. Batasan kedekatan, tentu harus ada, ya. Hello, eike udah mamak-mamak, bini orang! Pasti ada perbedaan signifikan antara yang dari dulu sahabat atau dengan yang akhirnya jadi sahabat, hehe. Contoh yang paling nyata, curhat mengenai masalah rumah tangga. Banyak artikel-artikel perempuan yang mengatakan curhat mengenai rumah tangga ga boleh dilakukan ke sahabat lawan jenis. Yah, kalo pernah atau ada di posisi gue, justru salah satu sahabat laki-laki gue sejak SMA adalah 'tempat sampah' gue tentang apapun, dan sebaliknya. Kami terbuka banget satu sama lain. Menurutnya, curhat sama gue bisa ngerti permasalahan dari sudut pandang sang istri, dan gue pun begitu. Perlu diketahui, persahabatan kami sejak SMA sih, jadi kayanya udah nggak kepikiran saling macam-macam *knock-knock on the wood*

Nah sementara dengan mantan. Alhamdulillah sejauh ini belum ada hal-hal yang membahayakan. Malahan gue senang karena kadang-kadang kami malah menertawakan kebodohan masa lalu, (insyaallah) tanpa ada tendensi apa-apa. Cerita-cerita mengenai kegiatan saat ini, atau hanya sekedar ngobrol. Tentu kita pernah mencintai atau minimal menyayangi seseorang karena sebuah alasan, kan? Entah itu karena menyukai lagu yang sama, selera fashion (err, kok ini?), memiliki banyak sahabat yang berasal dari lingkaran yang sama, atau simply seneng aja ngobrol sama dia. Haromkah? :D
IMHO, nggak sama sekali. Asal sama-sama tau batasan masing-masing.
Bagaimana dengan suami? Suami gue pernah berkata, "nggak baik tau memutus tali silaturahmi" ajiye banget sih, kamu, suami! Tapi tentu gue berharap dia tidak melakukan lewat dari batas seharusnya. Dan gue yakin dia tau bahwa gue nggak akan macam-macam juga. Amin.

Mengenang masa lalu? Yah, ini beda lagi, nanti gue bahas lain kali deh.
Tapi sedikit highlight, bagi yang memang lemah hatinya, mendingan menjauhi kegiatan ini :p

Anyway, untuk mereka yang pernah ada di hati, we're cool, rite? Rite-laaaah, enjoy the song!



*poles lipen merah ala Gwen*



Monday, November 5, 2012

Balance

Haha, sok iye deh, judulannya.

Sabtu kemaren, tau salah satu sahabat bbm pagi-pagi, "mau nonton Creed nggak?". Jawaban gue, "kalo gretong mau, dong!" Haha, naluri gretongan emang nggak bisa lepas dari dirikuh. Dia lalu menjawab, "gampang, tapi nggak pake neneng, ye".

Gue pun segera mengurus izin nonton konser yang dikeluarkan oleh suami. Basically bukan izin, tapi ngasih tau, hehe. Karena dia tau, daripada melarang nanti malah rempong urusannya.

Sampai jam 3 sore, belum ada kabar, jadi gue anggap, ya sudah nggak usah. Tau-tau jam 5 dia bbm lagi, nanyain jalan jam berapa. Etdah, jadi ini kita?

Setelah menunaikan tugas sebagai istri yang baik, yaitu mengantar suami ke dokter gigi (dan menyebabkan ia kehilangan 3 buah giginya, hehe), gue langsung capcus cari taksi untuk meluncur ke Kuningan, kost sang sahabat lalu cus ke Gandaria City, lokasi akang Scott Stapp dan kawan-kawan manggung. Sebelum masuk ke Skeeno, mari kita makan dulu. Berhubung Gancit malam minggu luar biasa puenuhnya dan 30 menit lagi si akang manggung, jadi makanlah di tempat terdekat, yaitu Eat & Eat. Eh, Mie Kepiting Pontianaknya enaaak!

Kelar makan, ga pake banyak cingcong, langsung masuk ke Skeeno. 5 menit kemudian langsung mulai (canggih emang feelingnya, jadi nggak nunggu lama), kebetulan kami berdua nggak negfans-ngefans amat, jadi nggak perlu lah sampe nangkring depan panggung. Malahan kami berdua di belakang, lalu bbm-an sama beberapa teman, tapi nggak ketemu karena juga malas cari, haha.

Overall, Creed was great! Suaranya Scott (sok akrab) emang keren. Eh salah, KEREN BANGET! Gila ya, suaranya yang berat edan itu, dia nyanyi tanpa kudu keluar urat bok! Sayangnya, Skeeno sound-nya kurang ok deh, untuk konser. Bergaung dalam gitu.

Jam 11 kurang, kelar kami langsung cabut. Ngantre taksi di Gancit itu bagaikan ngantre di biro jodoh, ye. Panjang beneeeer....

Long story short, it was fun! It was great to hang out with an old dearest friend of mine. Let's do it again, pal!

Minggu pagi gue bangun dalam kondisi hang over (NOT!), hang over gegara nunggu taksi, gue rasa. Kebangun karena teringat bahwa pagi ini janji kumpul sama ibu-ibu Bekasi untuk mengaji. Yak betul, nggak salah baca kok, mengaji. Kami emang udah lama punya ide supaya kumpul-kumpulnya nggak melulu ngoyen dan ngomongin orang (hehe), lebih bermanfaat lah gitu.

Jadilah pagi itu, bbm @uwipasta, nanya alamat rumah @verazka plus nitip makanan, karena memang nggak mau ngerepotin yang punya rumah, jadi yang datang pada bawa makanan untuk bersama.

Masih ngantuk, jadilah si emak-emak yang habis nonton konser semalam ini mandi dan berangkat pengajian. Udah ada @indahkurniawaty, @R33n3 (ini ID-nya bener apa kagak sih, Rince, banyak beut angkanya), @amoetiara @retma79 @uwipasta dan tuan rumah @verazka serta mbak yang akan sharing ilmu, Mbak Nana.

Ini bukan pengajian dimana kami mengaji bersama-sama atau dengerin Mbak Nana ceramah, sih. Tapi lebih ke diskusi, Mbak Nana kan memiliki lebih banyak pengetahuan daripada kami, dan dia bersedia ditanya-tanya, jadi 'pengajian' atau diskusi ini berjalan dengan cukup lancar dan menyenangkan (sambil ngunyah kue yang ternyata banyak banget). Gue yang udah lama banget nggak ikutan acara seperti ini, seperti diingatkan kembali, seperti disiram kembali jiwanya (uhuy, nggak lebay kan?), insyaallah membawa kebaikan deh buat semuanya.

Mengenai isinya apaan aja, nah biasanya @indahkurniawaty tuh, yang rajin mencatat poin demi poin. Banyak banget sih, yang dibahas. Mulai dari merias wajah, pola asuh sampai poligami (yeah, yang bagian ini gue paling berapi-api, hahahaha). Satu yang menurut gue wajib dibagi disini adalah:

"Islam itu mudah, tapi bukan berarti bisa dimudahkan (digampangkan)".

Selesai acara, Vera ternyata nyiapin makan siang. Ah, Vera ini kok repot-repot amat *nyomot ayam goreng*. Terus ga lupa ditutup dengan sesi foto bersama! Awalnya repot, karena nggak ada yang motoin, ya semuanya kan pengen tampil ya, bo.. akhirnya masalah ini terselesaikan berkat ide brilian gue:




Ketebak nggak, motonya gimana?
Yak betul, pake jempol kaki gue, dong! Hoohohoo..

Anyway, mengutip kata Uwi, "hidup lo balance bener ya, Lit, semalam konser metal paginya pengajian". Haha, alhamdulillah ya, Wi. Kalo nggak ketemu kalian,malah bisa-bisa nggak ngaji-ngaji deh, gue. Harus rutin nih, yaaaa....

Thursday, November 1, 2012

Galau tu de meks!*

Agak lupa istilah yang sering digunakan jaman gue muda apa, ya, untuk mengungkapkan kata galau? Risau? Resah? Gundah? Kok ga ada yang pas? Hihihi..

Untuk yang berhubungan dengan pikiran, galau definisinya adalah kacau tidak karuan. Kata ini rasanya udah lama bener nggak gue dengar digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tapi beberapa bulan (tahun?) Belakangan ini, makin sering digunakan, kebanyakan oleh anak-anak muda yang lagi bingung atau nggak jelas perasaannya perkara cinta *uhuy*

Entah siapa yang mempopulerkannya pertama kali kembali, gue lupa juga, sih. Kata galau kemudian jadi akrab untuk digunakan sehari-hari. Bingung mau resign dari pekerjaan saat ini, galau. Kangen sama pacar atau pasangan, galau. Mau putusin pacar, galau. Kecengan ternyata nggak naksir, galau. Dengerin tembang kenangan dengan mantan, galau. Pokoknya, semua serba galau!

Satu sisi, ada bagusnya sih, jadi mengenal kata bahasa Indonesia yang udah jarang digunakan. Tapi di sisi lain, penggunaannya acap kali jadi tidak tepat. Seperti yang udah gue bilang di atas, galau hubungannya dengan pikiran, sementara yang sering dipake saat ini lebih ke perasaan.

Ah, lagian kenapa jadi serius amat, sih, ngomongin bahasa, hihi. Nulis aja masih sering salah atau typo :))

Balik lagi ke galau (atau apalah perasaan yang mirip dengan kata ini). Kalau dulu jaman muda, mah, hal kecil juga bisa jadi bibit galau. Kecengan ga respon sms, pacar ga ada kabar, mantan ngajakin balik, atau mutusin pacar, pasti bisa dengan mudah bikin galau.

Seiring berjalannya waktu, kayanya udah ga ada tempat untuk galau lagi deh, di hati gue *ceileeee-toyor*.

Kalo happy, jalani. Nggak happy, ya jangan.
Kalo masih bisa diasikin, jalani. Kalau udah nggak bisa asik lagi, ya nggak usah.
Simple aja sih.

#kalokataguenih

Hidup cuma sekali, sayang banget kalau segala hal harus dibikin bingung (resah? Gundah? Ah, ya, galau itu lah!). Jalanin aja dulu. Nikmati. Kalau nggak bisa, ya cari jalan lain yang bikin happy, yang bisa dinikmati.

Tuhan sayang kok, sama umat-Nya. Masa iya nggak akan dikasih bahagia? Masa iya, dikasihnya galau melulu? Haha.

Lagian, bahagia kan kita yang menentukan. Kita yang punya. Jadi, mo bahagia menikmati hidup apa mau galau?

Its all up to you!


*dibaca: galau to the max!

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®