Wednesday, February 29, 2012

Lovely February

Banyak banget hal yang terjadi di bulan Februari 2012 ini. Mencoba untuk berpikir positif, insyaallah semuanya membawa kebaikan dalam hidup gue.

Yang pertama dan udah pasti adalah, menginjak usia 31! Ahay, udah ngelewatin awalan kepala 3 nih. Semakin berkurang aja jatah hidup di dunia ini.

Lalu ada peluncuran buku Mommies Daily. Senang dan bangga banget bisa terlibat dalam penulisan buku ini. Asal tau aja, dari SMA salah satu impian terbesar adalah melihat buku karya sendiri terpampang di toko buku. Memang, ini bukan buku gue sendiri, melainkan keroyokan sama Affi, Hani dan Amal. Tapi kebanggaannya nggak tertandingi, deh! Kali aja ini menjadi gerbang untuk punya buku sendiri. Amiiiiin!
Oh iya, buku ini judulnya Mommies Daily Pregnancy Checklist. Jadi isinya adalah seputar checklist apa saja yang harus dilakukan seorang calon ibu saat menjalani kehamilan, persalinan dan beberapa bulan pertama si jabang bayi hadir dalam kehidupan mereka.
Karena kami penulis-penulisnya ini bukan dokter atau ahli, maka yang kami tulis seperti rangkuman pembicaraan/ diskusi para calon ibu di forum Female Daily, tepatnya adalah hal-hal yang nggak didapatkan dari buku pregnancy yang serius. Misalnya, pertanyaan saat mengunjungi dokter kandungan pertama kali, baju-baju yang masih bisa digunakan saat perut semakin membesar, stretch mark, waxing sebelum hamil, sampai ASI atau memilih nama anak. Terus, karena judulnya checklist, jadi banyak terdapat bagan yang bisa diisi sendiri oleh bumil yang baca.
Harapannya sih, semoga buku ini bisa kepake sama bumil atau calon bumil. Amiiiin!

foto bareng para bumil glowing peserta mini talkshow MD book launch, cantik2 banget ya, lagi hamil padahaaal..

Selain itu, dibulan ini juga dihadapkan dengan sejumlah pilihan yang cukup menentukan kehidupan gue sebagai ibu. Nggak berat sih, cuma lumayan bikin kepikiran aja. Apapun yang nanti gue pilih, pasti akan ada risikonya. Nah, sekarang tinggal nanya sama diri sendiri, sanggup nggak jalani risiko tersebut? Bismillah, deh..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, February 28, 2012

Passion or Money?

Kalo katanya para Career Coach kan ya, harus bisa menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion kita. Bagaimana menemukan passion?

Gue mah udah pasti bukan Career Coach, emak2 coach juga bukan, writing coach pun bukan. Patokan gue hanyalah, selama nyaman dan menyukai pekerjaan, bisa dianggap sesuai passion.

Tahun 2012 ini adalah tahun kesebelas gue bekerja. Yap, gue kerja dari tahun 2001, padahal gue angkatan 99 jadi usia gue baru 31 th. Dan kerjaan itu bukan yang magang, jadi SPG, freelancer gitu lho, bener2 kerja full time kantoran. Lah kok bisa kerja dari usia 20? Faktor keberuntungan aja sih kayanya. (Dan ketidakberuntungan karena mengakibatkan kuliah molor hingga 6 tahun *nyengir* ).

Alhamdulillah selama gue kerja, nggak pernah sekalipun bekerja yang tidak menyenangkan. Semuanya nyenengin, semuanya nyaman buat gue. Kecuali ada lah 1 yang agak bikin gue kuciwa. Tapi semuanya berhubungan sama kesukaan gue, yaitu menulis. Emang di tv elo nulis, Lit? Weits, kebetulan gue waktu di PH begini-begini adalah Head Creative lho! Padahal baru usia 24th *bangga bener-boleh ya, sekali2 sombong? Apalagi yang bisa disombongin, hihihi*. Pas di tv juga gue kebanyakan bikin program tv dan lebih in to kreatif/ penulisan naskah, dsb-nya daripada persoalan tekhnis. Pusing bok tekhnis, ngegaris aja gue mencong-mencong :D

Menurut gue sih nih ya, untuk adik-adik yang lagi cari kerja, penting banget untuk menemukan passion saat bekerja. Susah? Ya pasti lah. Yang pertama harus dilakukan adalah, mencintai pekerjaan. Kalo udah cinta, kerjaan banyak atau kudu nginep kantor 6x seminggu juga nggak masalah <-- pengalaman pribadi.

Sampai jaman udah emak-emak pun, alhamdulillah selalu kerja di tempat yang menyenangkan. Nggak heran kalau gue bilang, me time gue adalah di saat kerja. Lah kalo ada yang nggak percaya, coba situ cek lagi, mungkin kerjaan kamu nggak sesuai sama passion-nya ya? Atau working only for money?

Gimana nggak me time, waktu di tv kerjanya review program, ngomongin konsep program tv, meeting sama orang2 hebat tentang program tv, nyenengin kan? Di 21, kerjaannya review film melulu, asyik kan? Di Mommies Daily, kerjaannya nulis, dateng ke seminar parenting/ kesehatan/ event, dan menggunakan socmed sebagai sarana kerjaan. Eksis juga kan?

Suami gue juga salah satu penganut bekerja harus sesuai passion dan kenyamanan. Kami sama-sama alhamdulillah bisa kerja sesuai dengan passion. Mungkin yang kami dapatkan nggak sebanyak jika kami mau bekerja untuk uang, tapi kenyamanan dan kesesuaian dengan passion itu penting.

Kalo udah kerja sesuai passion ternyata keluar juga, biasanya karena urusan politik. Tau sendiri lah, office politics, we don't like it! Ga suka aja gitu terlibat sama politik kantor, wong kami sudah bersyukur kerja di tempat yang sesuai sama minat dan niatnya cari nafkah dari situ kok.

Masalah lainnya yang datang biasanya adalah karena tawaran kerja di tempat yang sama-sama sesuai dengan passion kami. Huff.. :D

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, February 22, 2012

please don't stop the music...

Langit sama Nadira seneng banget sama musik! Alhamdulillah sejauh ini musiknya hanya anak-anak dalam dan luar negeri, Barney, gitu2 deh! Kalau lagu jaman sekarang, nggak deh! Kecuali waktu Nadira 'meracuni' Langit dengan "nggak-nggak-nggak kuat.." dengan gaya Cherriebell -____-'

Selain kompak main musik, Langit sama Nadira juga sering gue dan kakak gue pakein baju seragaman, hihihi! Lucu soalnya, mengingatkan kami masa kecil dulu. Padahal sekarang kami suka protes kalo lihat foto jaman dulu dimana suka pake baju samaan. Mungkin ntar kalo udah besar Langit dan Nadira akan protes juga ya? Yah, mumpung belum protes, mari dipakein baju-baju samaan itu :))



T shirt: Baby Fits Special edition for Mommies Daily
Legging: unbranded

Tuesday, February 21, 2012

Tentang Rejeki

Kemaren gue naik omprengan sendirian! Eh tentunya sama sang sopir dong ya, mosok beneran sendiri sih. Biasa deh, agak telat sedikit, mobil di pangkalan tinggal 1. Sudah nunggu sekian lama, nggak ada penumpang yang datang lagi. Sang sopir memutuskan untuk berangkat.

Ini bukan pertama kali gue sendirian naik omprengan, kalo kata Komar sang timer di pangkalan omprengan, "abis gajian melulu ya, borong omprengan?" :))

Biasanya kalo pas sendirian, gue jarang banget ngobrol sama sopir. Ngobrol sih, tapi pasti akan ada #kemudianhening moment.

Berbeda dengan kemaren. Kebetulan kayanya gue belum pernah naik omprengan Pak Diman (sang sopir sekaligus empunya mobil), jadi agak seru ngobrol di awal. Perkenalan, gitu-gitu deh. Emang kudu gitu bok, kalau nggak terancam membisu selama perjalanan Galaxy- Kuningan, emang enak?!

Pak Diman kayanya memang tipe pencerita, pas deh, gue tipe pendengar dan rajin bertanya (ciri-ciri wartawan yang baik, hihihi). Untungnya cerita beliau menarik sih. Mengalirlah berbagai cerita, mulai dari istrinya yang baru saja meninggal, ia sempat stress ga beraktifitas sebulanan dan ia mengaku sampai saat ini ia kadang masih menganggap istrinya ada, nungguin dia dirumah saat ia pulang kerja :'(

Wakwaow-nya adalah saat ia bilang, "nah, meninggalnya aja di dalam mobil ini, mbak, tuh di kursi belakang pas mau dibawa ke dokter" katanya sambil menunjuk kursi tengah (kalau dia bilang di kursi yang lagi gue dudukin, mungkin gue melipir turun mobilnya).

Ada juga ceritanya saat kerja sebagai sopir bus malam, sopir PPD, berbagai random facts di dunia omprengan sampai masalah polisi dan tilang. Yang bikin gue tertarik sama ceritanya adalah, kadang-kadang kita pasti bisa ngerasain mana yang cerita beneran mana yang bluffing semata. Si Bapak sih, gue ngerasanya beneran ya. Misalnya, "saya 35 tahun di PPD, ditawari untuk lanjut setelah pensiun, nggak mau ah. Sekarang masih banyak kawan saya yang narik". Nggak berapa lama ada bus patas lewat, klakson-klakson, pas buka kaca, ternyata sopir patas-nya melambaikan tangan ke dese.

Atau, "saya sempat ditawari bawa Trans Jakarta, tapi nggak mau, saya kasihan sama ribuan perut yang dihidupi sama sopir bus PPD waktu trayeknya dihilangkan. Jadi saya masukin aja ada 1 sopir omprengan, pengen katanya". Eh nggak lama, beneran lho ada sopir Trans Jakarta ngedim lampu dan klakson ke dese. Cangcing!

Diantara sekian banyak ceritanya (2 jam perjalanan, cyin, semacam Jakarta- Bandung kan?), yang paling menarik adalah tentang rejeki.

"Rejeki udah ada yang ngatur, mbak. Allah nggak akan salah ngaturnya, apa ke siapa dengan jumlah berapa". Omongan ini saat ia cerita tentang jumlah penumpang di satu omprengan. Saat jam pulang kerja, mobilnya biasanya hanya 'narik' 8 orang, kok suatu hari bisa sampe 11 orang. Antara bersyukur dan bingung, bener aja, nggak jauh dari situ omprengannya ditilang. Si penilang dikasih uang damai persis sejumlah bayaran 3 penumpang yang lebih itu.

"Nah kan, emang mungkin rejeki saya ya 8 penumpang itu, sisanya itu rejeki pak polisinya, tapi disampaikan lewat saya".

Deg! Gue jadi berpikir, bener juga sih, rejeki sudah diatur oleh Yang Di Atas. Kalo kata-Nya nggak, ya nggak. Kalaupun dikasih, pasti akan ada sesuatu dibelakangnya. Bukan berarti pasrah ya, kan di Quran juga dibilang, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika ia tidak mengubahnya (mohon maaf jika salah menuliskannya).

Sudah banyak banget gue dengar omongan tentang rejeki sih. Misalnya @syita, anak kecil ini aja bilang, "kerja kalo ikhlas, walaupun uangnya diatas kertas seperti mustahil, tapi pasti cukup kak". Suami gue juga bilang gitu, "kerja harus sesuai sama kata hati, ikhlas dan nggak boleh bohongin orang (baca korupsi, mark up, dst dsb), berapapun yang didapat, ya itu memang rejekinya".

Lagian ya kalau dpikir-pikir, manusia kan memang nggak pernah puas. Jaman gaji masih sejutaan, pengen gaji 3 juta supaya bisa nabung, dst dsb. Pas gaji udah 3 juta, pengen 5 juta, karena sudah mulai bisa lirik barang-barang bagus, pas gaji 5 juta, pengen gaji sekian juta.
Padahal sapa tau di sekian yang kita terima itu ada 'jatah' rejeki orang lain yang disampaikan lewat kita (selain 2,5% jangan lupa, ya..)?

Blogpost ini nggak ada intinya sih, cuma sekedar mengingatkan aja bahwa kebaikan atau pembelajaran itu bisa datang dari manapun, dari siapapun. Sopir kek, tukang becak, tukang koran, semuanya deh. Jadiiiiii, jangan memandang rendah siapapun, karena kita belum tentu lebih baik dari mereka.

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, February 15, 2012

Alone againts the world

Kemarin bisa dibilang seharian yang sangat rempong. Diawali dengan baru nyadar bahwa tgl 14 Februari ada ulangtahun teman sekolahnya Langit pas waktu mau tidur! Beuh, langsung puter otak, beliin apa iniiiih?! Da dimana toko yang udah buka pagi sebelum jam 8?
Alhamdulillah, jangan sebut Galaxy, kalo nggak ada :))
Urusan perkadoan beres, gue langsung capcus menuju Pacific Place, ada undangan dari Kidzania. Telat lah ya, sampai sana. Tapi nggak apa-apa, yang dibutuhkan cuma live twit sih, dan yang harus di twit pun alias talkshow-nya belum mulai.
Petualangan dimulai, di undangan acara selesai ja 13.30, which is berarti lumayan singkat nunggu ke acara berikutnya di Blitz jam 3 sore. Ternyata eh ternyata, jam 12 kurang udah selesai aja bok! nah, 3 jam gue ngapain cobak? Akhirnya nangkring di gerai donat, mana nggak bawa laptop, alhasil menulis sejumlah artikel di notes blackberry sajah. Dan gue cuma sanggup nongkrong sampai jam 2 siang, sumpek, banyak asap rokok.
Emang nggak mau muter-muter PP sih, karena nggak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (baca: belanja hal nggak penting).
Akhirnyaaaa, gue nongkrong di Blitz, deh! Hihihihi.. Panitia acara sampe terkesima, karena gue dateng barengan sama mereka.
Oh iya, di Blitz ini acara screening film Negara 5 Menara, adaptasi dari novel berjudul sama karya Ahmad Fuadi. Menurut gue... bagus filmnya! Salman Aristo (lagi-lagi) berhasil mengadaptasi novel ke sebuah skenario film tanpa menghilangkan esensi cerita si novel tersebut. Untuk akting, namapun pemain utamanya new comer semua, nggak bisa dibilang jelek. Tapi cukup bikin gue si #TimMewek ini meneteskan air mata :')
Kalo gue bilang, satu hal lain yang gue bisa ambil dari film ini adalah, kalau biasanya digembar-gemborin, orangtua akan melakukan apapun untuk orangtua, maka film ini membuktikan Alif juga mengorbankan cita-citanya untuk seperti Habibie dengan mengikuti keinginan orangtuanya agar ia menjadi seperti Hamka.
Lalu, kata-kata bahwa orangtua melakukan sesuatu untuk kebaikan anaknya, juga tercermin dari film ini. Alif emang 'dipaksa' sekolah sesuai keinginan orangtua, tapi toh akhinya dia menikmati dan alhamdulillah berhasil. Man Jadda wa Jadda, yang sungguh-sungguh, pasti berhasil.
Oh iya, satu lagi yang gue petik dari film ini adalah, confirm bahwa Donny Alamsyah itu memberikan kesegara terhadap mata :))

Here are some pictures from yesterday!


Lalu baliknya mampir ke Tebet Green, untuk makan di Bebek Cak Topa. Menerjang kemacetan Jakarta sampai bisa motret Patung Pancoran begini :p




Daaan, nggak lupa foto diri sendiri :))


Top: unbranded
Skirt: Closet Quikies
Shoes: Marie Claire
Shawl: Aunty Can
Bag; KS

Sampe rumah itu goodie bag dari Kidzania yang isinya Salonpas, kepake beneeeer :))

Monday, February 13, 2012

It's my birthday!

So what?
Kebetulaaaan, gue bukan termasuk orang yang menganggap hari ulangtahun sebagai hari yang spesial. Bedanya di hari ini adalah, timeline facebook, twitter, bbm, sms, dst dsb itu rameee :D

Tentu, bukan gue nggak keberatan. Gue seneng lah, apalagi kalau ada teman yang nggak akrab2 amat meluangkan waktu mereka, di sela2 kesibukannya untuk mampir dan mengucapkan selamat ulangtahun. Gimana nggak senang, cobak?

Gue pernah mengalami masa2 dimana ulangtahun itu spesial banget. Harus makan-makan, harus pake baju bagus, harus ditemani orang2 yang spesial, sahabat harus ngucapin pertama, dst dsb. Passion itu kayanya berhenti beberapa tahun yang lalu (apa luruh bersama air ketuban?)

Sekarang sih, bisa mencapai 13 Februari di setiap tahunnya aja udah alhamdulillah. Bersyukur banget-banget masih bisa menghirup udara paginya (eh nggak tahun ini, karena kesiangan, haha), masih bisa melewatkan pergantian hari, masih bisa mengucapkan terimakasih sama orang2 yang mengucapkan. Udah uzur sih *halah*. Sejak usia 25an, gue selalu menganggap bahwa ulangtahun bukan bertambah umur, melainkan berkurangnya jatah usia gue di muka bumi ini. Ya nggak? :D
Makanya, lebih seneng didoakan kesehatan daripada panjang umur. Umur kan sudah diatur sama Allah, tapi kalau kesehatan? Wallahualam :)
Dikasih umur panjang, tapi nggak sehat kan jadi percuma, yaaa... Diberikan kesuksesan tapi nggak sehat kan juga percuma.

Kalau orang2 suka bikin birthday wish, target, resolusi atau apapun di usianya yang baru, ummm... gue nggak pernah! Hihihii, payah sih emang, tapi gimana dong, gue mungkin memang bukan orang yang punya target pencapaian tertentu. Semua hal gue jalani sebaik mungkin, tanpa harus orang lain tau seberapa 'hebat' pencapaian yang udah pernah gue raih (kaya ada yg hebat aja, Lit?Hihihi) atau betapa canggihnya target gue. Nggak sih, alhamdulillah, semuanya gue jalani apa adanya, semampu gue, sebisa gue dan yang pasti jangan sampe merugikan orang lain.

Jadiiii, yah beruntunglah Igun menikah sama gue yang juga agak cuek sama urusan ulangtahun atau anniversary dan lain-lain. Dia ada di samping gue dan ngucapin pas jam pergantian hari aja itu udah sesuatu banget *halah*. Lucunya, pernah pas gue ultah ke 28 (ya ampun, kenapa mesti sebut angkanya sih), dia lagi tugas di KL, sebagai suami sayang istri -GR bener, dia ngucapin dong pas jam 12..... waktu Kuala Lumpur :))

Jadi ya, hari-hari ulangtahun gue belakangan ini memang berjalan biasa aja. Hari ini tetap ngantor, terus pas lagi seru2an kerja, tau2 dicolek Affi dan pas nengok, bocah2 itu *lirik Syita, Manda, Vanya, dst* pada bawa birthday cake sambil nyanyi "happy birthday to you..."
This is delicious cake! Thanks alot, Ladies! This is the first time (after sooo many years) someone bought me a cake :)

Friday, February 10, 2012

Socmed= jendela kehidupan

Halah cihuy banget ga sih, judulnya :))

Gara-gara lihat timeline twitter seseorang yang lagi live report kecelakaan di Cisarua, jadi sadar bahwa lewat hanya sebuah jejaring sosial yang tenar dengan 140 karakternya itu kita bisa 'melihat' sisi dunia yang nggak kita lihat.
*140 karakter harusnya gue BOLD ya, buat para banci RT atau tmi*
Coba apa yang nggak kita dapet di twitter?
Dari mulai lokasi macet, info diskon, fashion, beauty, parenting (seperti @mommiesdaily gitu <-- teteub promo :)) politik, orang hilang, resep masakan, konsultasi dokter gratis, sampaaaaiiiii berantem! Yang terakhir ini lumayan seru sih, istilahnya twitwar :D
Segi positifnya tentu banyak, ya.
Segi negatifnya? Ya nggak kalah banyak, dong!
Dengan twitter, semua orang bisa melakukan kegiatan jurnalistik, yaitu melaporkan kegiatan atau berita yang terjadi di depan mereka, ada yang pakai istilahnya citizen journalism. Hal ini bagus2 aja sih, tapi namapun masyarakat biasa yang report ya, kadang ada hal-hal yang nggak seharusnya tersebar ke publik jadi kesebar. Misalnya, foto korban kecelakaan. Kalau di media, harus di blur. Atau foto seleb berpose 'nakal' yang tadinya mungkiiin hanya untuk lucu-lucuan di akun pribadi/ teman2nya malah kesebar akibat ReTweet bertubi-tubi. Masuk berita, deh!
Eh iya, ada juga yang menjadikan akun twitter mereka untuk sekedar eksistensi. Banyak-banyakan follower, walaupun ini ada keuntungannya, yaitu si orang tersebut bisa di menjadi buzzer/ endorser bagi produk tertentu. Bahkan ada beberapa seleb yang 1x twit harganya berjuta-juta, lho! Salah? Ya enggaklah, emang jamannya aja yang berubah. Dengan twitter, it become more personal. Soalnya kan 'dikiriim langsung dari handphone sayah' <-- ketauan angkatan berapa.
Dengan twitter, seorang fans bisa tau seleb idolanya lagi ngapain, dimana, sukanya apa, dan si seleb bisa interaksi langsung sama fans mereka.
Tapiiii karena sifatnya spontan (nggak seperti blog yang biasanya kita baca dulu sebelum klik publish), seringkali jadi 'kebaca' gimana sifat asli si pemilik akun.
Ada yang 'kelepasan' galau atau emosi, sehingga kita kadang bisa menebak ada apa dengan dirinya atau malah membuat skenario sendiri dari runtutan twit-nya.
Misalnya, yang terbaru kasus twitwar antara artis lawas dengan keluarga musisi *smile*.
Kalau gue pribadi, memanfaatkan twitter pure untuk informasi (dari yang penting hingga yang tidak penting seperti akun-akun ramalan bintang, hihih atau #memetwit, hohoho) serta networking dan melatih kemampuan gue bercerita dalam 140 karakter.
Sebagai ibu, waktu gue untuk bersosialisasi tentunya lebih terbatas dibandingkan dulu. Supaya nggak stres akibat juggling between work and the role as a mother and wife, gue butuh bersosialisasi. Ngobrol sama orang lain, ketemu orang lain, dari berbagai lingkaran pertemanan, profesi dan status :) caranya gimana, ya salah satunya adalah dengan bersosmed ria.
Yang pentiiiing, inget waktu dan batasan kali ya. Sensor dulu mana yang perlu di publish mana yang nggak. Jangan sampeee (amit-amit) terjadi hal-hal nggak diinginkan akibat keranjingan bersosmed. Contohnya? Mulai dari berantem akibat beda pendapat di twitter, atau bahkan membuka celah untuk perselingkuhan. Hiiiih, knock-knock on the wood! Will post about the latest one, soon :D
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, February 6, 2012

Till we meet again..

Minggu lalu dapet kabar bahwa Odel, salah satu member ICAS mau cabut dari Indonesia. Pindahnya ga tanggung-tanggung, ke New Zealand, aja duluuu...
Akhirnya weekend kemarin kita ngumpul-ngumpul deh, setelah sekian lama nggak ngumpul bareng. Kalau dulu kita kongkow after office hour dengan ngupi2 atau billiard, sekalinya weekend, ya sekalian jogging, basket atau bola (iyeee, gue mah nonton doang :))


Sekarang, kongkow prefer di weekend, tentunya lengkap dengan membawa rombongan sirkus masing-masing :))
Dulu obrolan kita berkisar sama kerjaan, gebetan terbaru, problema di tempat kerja, dst dsb. Maka sekarang obrolan kita berkisar sama biaya rumah, sekolah anak, kesehatan, dst dsb. Canggih! Time flies...
Oh iya, udah gue kasih tau kan kalo ICAS ini isinya 8 orang laki2 dan seorang gue (cewe dong, pastinya). 'Geng' ini terbentuk awalnya cuma dari main2 aja, nggak ada tanggal ultahnya, nggak ada tes masuknya, nggak ada terms and conditionnya. Semuanya benar2 berjalan dengan waktu. Persahabatan gue sama ICAS ini membuktikan banget bahwa perbedaan gender bisa kok jadi sahabat. Gue main sama anak-anak ini sejak kelas 2 SMA (1998- damn, ketauan deh umurnya berapa), berarti sampe 2012 sudah 14 tahun! Giling..
Memang sih, seiring dengan kesibukan masing-masing, waktu kami untuk ketemu nggak sesering dulu, latest news juga nggak selalu update saat itu juga, dan ada juga yang tiba-tiba 'ngilang' dari peredaran, tapi alhamdulillah saatnya ketemu pasti akan di sum-up kehidupan masing-masing.
Beberapa tahun yang lalu, kami suka ngelantur "sampe nggak ya, kita terus ngumpul pas udah punya anak", atau sibuk-sibuk ngayal, "ntar anaknya Odel tau-tau pacaran sama anaknya Mido", dan seterusnya. Eh, alhamdulillah kejadian.

"Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing, ingatlah hari ini.."- Project Pop

Wednesday, February 1, 2012

Today's Outfit: Pink and Grey

Maklum ya, lagi narsis.. jadi sedang rajin posting TO gitu deh :D

Pink Maxidress : Maxlane
Grey Blouse: Loushkii Cropped Tee
Pink Strappy Shoes: Toko Dua Amoi
Pink Bag: Mayonette
Bracelet: Oleh2 Syita dari Indihe :)
Necklace: H&M
Jam Tangan: Accent
Tye Dye Shawl: Random OLS

Ya ampyun, kenapa pinky-pinky beginiiih? Ampooon x_x