Monday, December 26, 2011

Beda kok jadi masalah?

Agak heran sama orang2 yang memandang sinis sama perayaan hari besar agama lain. Emang kenapa sih?

Adik bokap alias bu lik gw ada yg non muslim. Jadi sejak kecil sudah terbiasa kalau natal, ya datang kerumahnya. Begitu juga sebaliknya, kalau lebaran, keluarga mereka pasti akan datang, malah kalo bisa dibilang keluarganya paling rajin datang lengkap.

Pas SD, selain sekolah negeri gue juga sekolah madrasah. Nah disitu sempat diterangin mengenai perbedaan keyakinan. Bapak dan ibu guru di madrasah bilang bahwa kita yang muslim ga boleh merayakan perayaan agama lain. Gue pun sempat tanya ke bokap/ nyokap mengenai hal ini, dan dijawab nyokap, dengan datang bukan berarti keislaman kita dipertanyakan, ya semacam itu deh.
Gue atau bokap nyokap mungkin bukan yang pandai beragama. Tapi alhamdulillah, kami nggak pernah lepas beribadah. Dan sepanjang hidup gue sih, dengan datang ke rumah saudara saat perayaan agamanya, ga menyebabkan keislaman gue terganggu, ya..
Ga bisa sholat dirumahnya? Kebetulan rumah sepupu gue dekat masjid. Ya kami sholat di masjid, deh! So simple. Dan karena mereka kebaktiannya di gereja, jadi dirumahnya ya memang hanya kunjungan persaudaraan saja.
Nggak heran kalau pas hari natal, rumah (almh) bu lik gue ini malah dipenuhi sama yang pake jilbab. Secara keluarga yang lain kebanyakan pada jilbaban. Hal yang aneh? Ah, nggak juga. Kami hanya menghormati kok, seperti juga menghormati pas bokap nyokap mau berangkat haji, ya pada dateng tuh pas ratiban. Atau akad nikah gue, yg notabene ada pembacaan al quran-nya ya pada dateng juga.
Mungkin karena terbiasa dengan kehidupan ini dan kami nggak saling ganggu satu sama lain, gue heran sama orang2 yang membenci agama lain.
Gue mungkin orang yang memeluk agama bawaan maksudnya, gue muslim ya karena orangtua gue muslim. Coba kalau ortu gue non muslim, apakah gue akan menjadi muslim juga? Belum cencu kan?
Jadi yah, kalo kalian tidak memilih agama yang kalian peluk (kalian ini ditujukan buat orang2 yang mengusik ibadah agama lain) coba deh bertanya pada diri sendiri, apa benar tindakan kalian itu berdasarkan kecintaan terhadap agama yg kalian peluk? Menghina agama lain ga masuk surga. Menghina manusia (yang kebetulan memeluk agama lain) juga bukan hal yang mulia. Nggak ada agama yang mengajarkan kebencian, kan..
Dengan tindakan kalian seperti itu, malah agama yg kalian peluk yg kelihatan negatif kan? Mana bawa dan memakai simbol keagamaan pula, meneriakkan asma Allah pula, sedih lihatnya. Apa sih, yang dicari?
Cinta terhadap sesuatu menurut gue nih, bukan ditunjukkan dengan menghina hal lain yang nggak sejalan lho. Contoh bego nih, lo cinta berat sama produk apple, bukan berarti lo hina dina blackberry kan? Masing2 punya nilai positif kok, cuma cara kerja dan penggunaannya aja yang beda2.
Yah, itu mah bego2annya gue aja. Maap ga kepikiran hal lain :D

All I want to say is, peace, love and gaul aja lah!
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, December 22, 2011

Hari Ibu 2011

"Mother= 24 hours job, no pay, no day off, seldom appreciated, n impossible to resign. But we are still doing it with love."

Indeed. Paling ngena adalah, ketika jadi ibu, kita (eh gue kale, pake ngajak-ngajak) nggak bisa mengajukan resign dari profesi ini. Mo pake one month notice kek, atau bahkan 1 year notice. Satu2nya yang menghentikan kerjaan kita jadi ibu, mungkin hanya maut.
Itulah makanya gue belum berani punya anak lagi.
Itulah makanya gue ga mau macam-macam karena satu kesalahan konyol akibatnya bisa panjang
Itulah makanya gue berusaha ikhlas menjalani apa yang harus gue jalani
Mungkin ga seberat apa yang telah dialami perempuan lain, tapi alibi gue adalah, setiap orang punya batas kemampuan, toleransi dan kekuatan masing-masing. Nggak bisa dipukul rata.

Eniwei,
Tempo hari gw baca TL @nopai saat fathers day di sekolah Maika dan ada 1 anak yg orangtuanya ga dateng samsek. Si anak super kecewa.
Hari ini hari ibu, akibat Selasa kemaren Langit ga masuk
sekolah, gw ga tau bahwa hari ini ada perayaan kecil2an hari ibu di sekolahnya. Pas sampe sekolah, semua temannya pake baju bebas, sementara Langit pake seragam. Gue sediih banget, bukan perkara anak gue jadi ga 'tampil' karena pake seragam ya. Cuma gue ngerasa bodoh, udah tau kemaren nggak masuk, kenapa semalam nggak bbm orangtua murid yang lain atau gurunya?
Udah gitu, gue telanjur juga mau berangkat ke kantor jadi gue ga bisa lihat kegiatan hari ibu apa di sekolah. Selama perjalanan (yang hari ini macetnya ajegile itu) pikiran gue sibuk bertanya-tanya. Langit iri nggak ya, sama teman2nya yang mamanya ada? Kalau dia disuruh kasi kartu, terus ibunya ga ada, gimana? Tega banget sih gue ga dateng? Haduuuh, mellow!
Lebay sih emang, karena menurut salah 1 ortu murid acara tadi emang nggak besar2an, makanya nggak dikasih edaran supaya ortu murid hadir secara besok juga bagi raport.
Tapi gue (yang lagi PMS ini) ngerasa sedih dan marah :( mudah2an Langit nggak ngerasain hal yang sama ke gue ya :'(

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, December 19, 2011

Berdamai dengan kemacetan

Sudah rahasia umum lah ya, belah mana pun di Jakarta pasti macet. Coba sebutin, jalan mana yang nggak macet?
Setahun yang lalu, ketika baru berkantor di Kemang, gue masih mau sesekali bawa mobil karena jalur nyebrang ke duren tiga, lalu kalibata dan masuk tol cawang arah Bekasi nggak macet. 3 bulan kemudian? Hadeeeeeh, fly over kalibata itu sedap banget!
Lewat tol JORR? Dari kantor ke arah tol-nya aja bisa 1 jam sendiri. Lewat bangka-tendean? Hidih, mohon maaf lahir batin, NEVER! Akhirnya sekarang2 ini kalo (terpaksa) bawa mobil, gw lewat Bangka 11 yang nembus-nembus ke Mampang. Ga macet? Ya teteub lah macet, menurut looooo? Itu ngantri masuk tol di depan Trans TV menggila banget!

Mengenai kemacetan ini sih, utamanya sejak 1 tahun terakhir semakin sadis. Bahkan hari Sabtu pun macetnya melebihi hari kerja.
Sebenarnya sejak tahun 2008, pas pindah rumah Bekasi, gue udah lebih memilih naik angkutan umum. Tapi saat itu sih emang karena belum punya mobil sendiri aje, hehhee..
Kalau lihat di socmed tiap mau berangkat atau pulang kerja, itu bener2 mulai berasa Jakarta di kepung macet. Prediksi tahun 2015 Jakarta lumpuh total akibat perkembangan mobil yang lebih tinggi daripada jalan raya sedikit demi sedikit mulai berasa.
Banyak banget orang yang mengeluh akan kemacetan. Tapi ya sayangnya nggak melakukan apapun, selain 'nrimo'. Mungkin mengatasi kemacetan itu adalah tugas pemerintah, tapi kalo warganya juga ga melakukan sesuatu sama aja kan?
Tugas pemerintah yang pertama nih, menurut gue bukan memperbanyak jumlah jalanan (pelebaran jalan, dsb) tapi harusnya memperbaiki sistem mass transportation deh. Pelebaran jalan mah, ya emang kudunya sesuai dengan jumlah mobil yang ada, kan? Lagian, pertumbuhan jalan yang cuma 0,1% ga akan bisa mengimbangi pertumbuhan angka di dunia otomotif deh. Coba kontak2an sama Bandung Bondowoso untuk bikin jalanan dalam 1 malam.
Bus Trans Jakarta yang nyaman, orang-orang udah banyak yang mau beralih naik itu, tapi pada praktiknya di jam-jam dan jalur tertentu luar biasa penuhnya. Kali nih, bisa disiasati dengan memperbanyak armada yang populer, misalnya di koridor Cililitan- Grogol (itu yg lewatin gatsu) atau Harmoni- Blok M.
KRL, gue bukan penunggang KRL sih. Tapi sering baca twit teman2 pengguna dan pernah dengar cerita, bahwa sekarang sistemnya jadi ribet gitu ya? Yang dari Bekasi itu kudu berhenti di Manggarai untuk kemudian nyambung ke Dukuh (?) Sementara di Manggarai itu KRL-nya adalah yang dari Bogor. Penuhnya? Wassalam.
Gue pernah nonton sebuah dokumenter tentang public transportation, kereta adalah salah satu angkutan umum yang ideal untuk negara berkembang. Udah lah ya, merem dulu sama orang2 yang mampu beli tas diatas 30 juta setiap bulan. Harus diakui, Indonesia sebenarnya masih negara berkembang. Kereta ini selain (harusnya) cepat, mampu mengangkut dalam jumlah yang banyak, juga terjangkau. Kalo gue lihat di pelem2 sih, di Umrika atau Jepun aja orang2 berjas+dasi naik kereta kooook (etapi gue liatnya di pelem yak, pan belum pernah kesono). Kalo Jepun sih, kata laki gue emang demikian, sistem Kereta disana (apa itu istilahnya disono ya, eike lupa) sudah diatur sedemikian rupa sehingga nggak mungkin telat. Kebetulan dia ke Jepun bikin dokumenter pun, menurut orang yang ngatur2 sistemnya itu, keterlambatan sebuah kereta hanya ditoleransi beberapa detik saja, kalo nggak sistemnya akan berantakan.
Mungkin sudah seharusnya pemerintah (nggak cuma Jakarta doang, tapi menurut gue macet Jakarta yang semakin menggelikan ini udah bisa jadi isu nasional sih) memikirkan jalan keluar dari segala kemacetan yang ada. Udah banyak kan, riset2an yang bilang bahwa macetnya Jakarta merugikan sekian triliun. Ga usahlah berandai2 ada orang mau tender miliaran rupiah, dilihat secara praktikal aja kita sudah cukup tau berapa banyak bensin, solar, yang dihabiskan saat macet berangkat kerja yang bisa memakan waktu hampir 2 jam-an.
Bukannya sombong ya, gue sih sudah melakukan sesuatu untuk mengatasi kemacetan. Yaitu nggak bawa mobil. Walau kalo lagi kesel kadang2 ada setan berbisik, "gila apa, gue udah panas2an susah2 naik angkutan umum tapi masih kena macet juga!" Tapi ya sudahlah, itu kan yang gue pilih.
Saat ini sih, gue merasa cukup berdamai dengan kemacetan ya, kebantu banget sama yang namanya omprengan *hail omprengan!*. Perjalanan Bekasi- Kemang yang memakan waktu 2 jam bisa gue manfaatkan untuk bales2 email, nge-twit dan nulis blog (HAH!)
How about you?
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, December 12, 2011

tentang perceraian

Beberapa waktu lalu ada seorang orangtua murid yang bercerita tentang sahabatnya yang sedang proses perceraian. Minta tolong cariin pengacara sama gue.
Beberapa hari kemudian, sahabat gue cerita ada temannya dia mau cerai juga. Sekali lagi, karena kebetulan sahabat gue ini tau salah satu sahabat gue ada yang pengacara, maka dia minta tolong dikoneksikan ke dia.
Jeda dua hari setelahnya, kakak gue menceritakan tentang temannya yang juga sedang proses perceraian. Pake KDRT segala :(
Lalu tadi pagi, gue dapat kabar tentang salah satu teman yang ternyata sudah memasuki sidang kesekian untuk perceraiannya.

Apa segitu mudahnya untuk bercerai?











Speechless.
Yang kepikiran di gue adalah:
- anak, bukti nyata pernah bersama
- pengeluaran yang harusnya berdua, jadi satu
- tidur biasa sama suami, sekarang nggak
- keputusan biasanya berdua
- kalau suami (yang kemudian jadi mantan) sakit, siapa yang ngurusin?
- foto-foto/ dokumentasi pernikahan, siapa yang mau simpen?
- rumah, di setiap sudut rumah itu pasti ada ceritanya. Pagar yang dibangun, pintu kamar mandi yang rusak, kasur, lemari, dapur, siapa yang sanggup tinggal dirumah yang penuh dengan kenangan bahagia?
- dan banyak lagi

Call me mellow, tapi gue bener2 sedih dengar berita itu secara berturutan. Pasti nggak enak banget dengan kondisi seperti itu. Harus tetap tersenyum padahal dalam hati nangis (pasti ada nangisnya kan, sebenci apapun?)
Kalo kata sahabat gue, "sekarang ini lebih susah nikah daripada cerai".
Yah bisa dilihat dari tabel dibawah ini sih ya, tingkat perceraian makin kesini makin tinggi. Disaat semua orang sudah bisa menentukan jodoh sendiri, nggak harus kaya Siti Nurbaya. Lalu, apa berarti hati kita salah? Apa berarti banyak diantara kita yang jatuh cinta pada orang yang salah? :(*tabel dari situs ini


Setiap orang, setiap keluarga pasti punya cerita dan alasan sendiri dalam mengambil keputusan. Ada yang nggak bisa ditolerir dan berpisah baik-baik, tapi pasti ada juga yang menyisakan kebencian atau dendam. Gue hanya bisa berdoa, semoga langkah itu adalah yang terbaik. Untuk masing-masing individu yang terlibat.

Tapi percaya deh, perasaan saat mempersiapkan semua itu pasti nggak enak banget. Been there.

Friday, November 25, 2011

Dancing queen :))

Lately, Langit lagi senang banget nari :))
Cuma joged2 nggak jelas sih sebenarnya, tapi kocak banget! Terutama kemaren pas lagi field trip ke Mekarsari dari sekolahnya, kan ada acara ibu-ibu jogedan Poco2 barengan. Langit langsung aja naik panggung dan joged2 sendiri. Kocaaak banget gue ngeliatnya! *yah iyalah, namapun anak sendiri :)) *

Thursday, November 24, 2011

Talking about death

Kemaren waktu makan siang, entah ada angin apa tiba2 pembicaraan gw, amal, vanya dan manda berkisar seputar kematian :(
Gw sm Amal seperti biasa jadi duo aquarius pendengar yang baik bagi duo Libra Manda dan Vanya, hihihi..

Cerita keduanya benar2 bikin hati gw 'nyes' dan pikiran gw melayang ke 'what if'- 'what if'..
Semua manusia, tanpa terkecuali, akan bertemu dengan kematian. Itu pasti. Bahkan Albus Dumbledore penyihir hebat aja metong. Cuma kapan dan bagaimananya kita nggak bisa tau.
Ada orang2 yang begitu di sayang Allah, meninggal dalam kedamaian dan ketenangan. Misalnya, waktu sholat, tidur atau di pangkuan/ dikelilingi orang2 yang mereka cintai dan mencintai mereka.
Tapi ada juga yang apa ya, kurang beruntung, tepat ga? Meninggal tanpa diketahui identitas, di tempat yang jauh dari mereka yang mereka inginkan, atau diberikan rasa sakit yang teramat sebelum menemui ajal.
Ada juga penyebab kematian yang tiba2 (rasanya semua kematian datang dengan tiba2 ya, bahkan yang sakit pun, keluarga mereka pasti berharap si sakit akan sembuh). Maksudnya, misal kecelakaan. Yang hidup biasanya akan berandai2, andai A ga terbang dengan pesawat itu, andai B nyetir mobilnya nggak dalam keadaan ngantuk, andai C ga usah pergi ke ulangtahun kawannya, dst dsb. Tapi jika andai itu dijalankan, apa benar kematian nggak akan menjelang? Only God knows.

Minggu lalu gw ke Nias. Untuk ke dan dari Nias harus nyebrang pake pesawat baling2 bambu (kata crew airport Polonia). Sewaktu harusnya kembali ke Medan dari Nias, cuaca sangat buruk. Pesawat yang dari Medan ke Nias nggak bisa berangkat, sementara dari Nias ke Medan harus menunggu pesawat tersebut.
Saat nunggu pesawat, Mala wartawan dari Deli TV bercerita tentang beberapa bulan lalu ada pesawat dari Nias yang nekad terbang padahal cuaca buruk. Hasilnya? Pesawat itu hilang :(
Entah harus bersyukur atau apa, tapi hari itu semua penerbangan dari Nias di cancel. Memang, ini semua menyebabkan rombongan kami harus stay di Nias lebih lama. Bukan hanya delay beberapa jam, tapi 2 hari! Di rombongan kami ada yang harus menghadiri seminar esok harinya, ada yang anaknya sakit, istri sakit, istri hamil, atau hanya sekedar kangen keluarga. Tapi gw percaya, itu semua belum sebanding dengan harga sebuah nyawa (lebay nggak sih?).

Kembali ke topik, gw yakin ada segelintir orang yang merasa sudah siap untuk bertemu dengan kematian. Sementara sisanya, sama nggak kaya gw yang lebih kaya Ungu di lagu yang judulnya Andai Kutau?

"Aku manusia, yang takut neraka.. Tapi aku juga, tak pantas di surga.."


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, November 11, 2011

demo untuk siapa?

Gue gemes banget baca berita kemarin tentang sejumlah mahasiswa yang demo lalu bakar ban dan bahkan lempar-lemparin tinja. Gila apa?
Alibi yang mereka lontarkan, ""Karena menunjukkan pemerintahan ini telah kotor. Kita kan anti kekerasan makanya kita pilih yang lembut," yaitu dengan melemparkan tinja. (diambil dari detik.com)
Anak-anak muda yang harusnya penerus bangsa ini, apa yang ada di otak mereka ya? Apa dengan melakukan tindakan itu lalu pemerintah bakal bersih dari koruptor? Macet Jakarta akan berkurang? Atau presiden berhenti nyanyi *eaaa, yang terakhir ini ngaco*, hihihi..

Gue sih nggak memandang sebelah mata dengan tindakan demonstrasi ya, dulu suami gue juga salah satu yang ada di garis depan kalo ada demo (tapi era 90an sih, hihihi, ketauan usia). Tapi kayanya dulu demo nggak selalu bakar ban, rusuh atau saling dorong sama aparat kepolisian deh.
Postingan ini nggak bermaksud ngomongin politik sih, secara gue nggak paham politik juga. Cuma gue sedih aja, dengan aneka demo yang terjadi, sudahannya pasti sampah dimana-mana. Yang kudu bebersih siapa? Yah, pastinya petugas kebersihan kan? Mending sh, kalo sampahnya hanya botol minuman atau kertas, lumayan buat pemulung barang bekas. Lah kalo bekas demonya ini tinja?
Hei, pemuda-pemuda pemberani penerus bangsa, kalian mikir sampai situ nggak? Kalian anggap pekerjaan sebagai petugas kebersihan jalan itu nggak keren kan? Hargai dong mereka, jangan menambah beban kerja mereka dengan harus membersihkan kotoran manusia yang notabene harusnya bukan disitu tempatnya.


Sebenarnya kalian demo untuk siapa sih? Atas nama rakyat? Rakyat yang mana, apakah orang-orang yang harus membersihkan sisa tindakan kalian itu yang mau diwakili?
Harusnya ada cara yang lebih elegan untuk mengkritisi pemerintah, yang pasti bukan dengan mengotori tempat dimana kalian mencari ilmu, orangtua kalian mencari uang atau membuat kemacetan sehingga banyak pencari nafkah yang tertunda hingga berjam-jam untuk sampai kerumah.
Plis deh!

#gasante
Link

Wednesday, November 9, 2011

Spread the love, shall we?

Dari hasil psikotes (mulai dari SD, SMP, SMA bahkan sampai pas psikotes kerja) maupun ramalan (yak, yang belakang ini sangat ga masuk akal) hasil pekerjaan yang cocok buat gue selalu ada: pekerja sosial.
Apa benar ya, gue cocok di lapangan kerja sosial?

Pertama yang pasti sih, gue sangat berterimakasih karena pernah ngerjain sebuah program sosial. Program itu ditayangkan sebulan penuh selama Ramadhan. Saat itu, harusnya gue punya tanggung jawab lain, tapi dengan semangat gue mengajukan diri ngerjain program ini mulai dari liputan, editing hingga live dan bahkan penyerahan hasilnya. Maap, bukan mau riya. Sumpah deh.

Banyak banget momen yang nggak terlupakan buat gue saat mengerjakan program ini. Ketemu sama keluarga serba nggak punya yang anaknya kena penyakit tertentu, masuk ke pelosok-pelosok kolong jembatan menemui warga dibawahnya, nongkrong sama anak-anak jalanan atau bahkan pernah lari tunggang langgang dikejar2 pake parang sama salah satu orangtua yang nggak mau anaknya di syuting.

Salah satu cerita yang nggak terlupakan, saat mengunjungi sekolah kartini milik ibu kembar. Jadi ibu kembar ini (asli sampai saat ini gue kesulitan menghapal baik nama mereka masing2 apalagi membedakan keduanya). Sekolah ini awal berdirinya hanya pake tenda terpal biru, anak-anaknya duduk di lantai pake tikar plastik. Kalo pas gue kesana siih, udah baguuuus... pake tembok kayu dan atap triplek. Anak2 juga udh punya kursi dan meja lho! Waktu kesana pas kedua kalinya, gue bawaiin mereka susu uht dan beberapa snack. Ya ampun, senangnya mereka! Dari dulu emang udah bakat jadi #timmewek, jadi saat satu2 anak itu salim sama gue dan kru, mewek deh gue T___T
Tapi teteub sih ada kerusuhan. Yaitu ketika orangtua mereka datang, pada ikut berebut bok! huff...

Masih di kolong jembatan area situ juga, kami kerumah salah satu nenek (duh, maafkan, lupa juga namanya). Nenek ini tinggal sendiri, penglihatannya sudah parah sekali. Salah satunya malah nggak bisa lihat sama sekali. Sebenarnya dia harus memakai satu obat yang bisa mmebantu matanya melihat dengan lebih baik guna menopang pekerjaannya yaitu mungutin plastik. Tapi apa daya ya, obat gratisan habis, ya nggak ada uang lagi juga untuk beli. Wong makan sehari-hari aja kalo terpenuhi sudah bagus. Yang nyebelinnya nih, si nenek pernah dong uangnya dirampok. Padahal sudah ditaro di tempat tersembunyi di rumahnya. Tega banget ya :(
Oh iya, bicara rumah, jangan bayangin rumah seperti yang kita tinggali ya. Lengkap ada atap, tembok dan pintu/ jendela. Bangunan yang dianggap rumah ini hanya 4 buah triplek yang disusun sedemikian rupa supaya nggak kena hujan.

Cerita lain, masih dari area yang sama. Ada seorang anak kira2 usianya 12-13 tahun. Ia sebatangkara. Menurut 'tetua' disitu, anak ini dibuang oleh orangtuanya saat ia berusia 4-5 tahunan di sekitar jembatan itu. Entah dibuang sengaja atau ketinggalan atau ditinggal. Sebut saja si B ini saat itu menjadi remaja yang serba curiga sama orang lain. Nggak mau ngobrol sama siapapun. Tidurnya? Di sebuah gerobak tempat ia mengangkut barang bekas.

Atau nongkrong bareng anak2 jalanan di perepatan Grogol juga pernah. Padahal disitu kan kesannya rawan ya, tapi alhamdulillah gue bisa menghabiskan senja sambil bercanda-canda sama mereka. Banyak cerita yang didapatkan. Mulai dari cita-cita mereka, keinginan saat ini (beliin nenek mukena, sekolah lagi sampai makan Mekdi!) atau pengalaman mereka di 'garuk' petugas sosial. Tahun 2009 gue berkantor di Daan Mogot, ada yang masih mengenali gue lho! Alhamdulillah, jadi aman jalan sekitar situ, hehehe...

Satu anak yang sampai saat ini saya ingat. Namanya Rahayu, usianya 3-4 tahunan. Ia penderita hydrochephallus. Ia sudah pernah dioperasi berkat donasi dari sekelompok mahasiswa. Tapii, bagi penderita hydrochephallus, operasi nggak hanya cukup sekali. Setelah mengeluarkan cairan dalam kepala, harus di rekonstruksi ulang tulang2 tengkorak kepalanya (cmiiw, ini yang gue tangkap saat itu ya). Jadi saat saya ketemu Rahayu, kondisi bentuk kepala botaknya masih belum layaknya kepala kita (saya masih kebayang gimana bentuknya- mewek beneran). Saya bawakan popok dan boneka (ala) barbie, karena katanya Ayu suka sama boneka perempuan dan ingin punya rambut panjang tergerai indah. Gue, kameramen, bahkan driver yang menemani syuting siang itu nangis semua.
Jeda sebulan dari tanggal kami syuting, Ayu ulangtahun. Gue janji untuk membawakan kue ulangtahun dan baju2 cantik yang bisa bikin dia kelihatan seperti boneka yang ia peluk. Tapi nggak lama setelah hasil syuting ditayangkan, dan gue akan menyerahkan hasil donasi episode tersebut, Rahayu ternyata sudah nggak ada.

Bicara soal kegiatan sosial atau apapun namanya, selalu bikin gue kalo nggak mewek yah efek2 tercekat biji kedondong atau berkaca-kaca. Gimana caranya supaya anak-anak jalanan atau mereka nggak lagi berada di bawah garis kemiskinan ya?

Makanya awal 2010 waktu Mommies Daily bikin #Mooveit, gue gegap gempita menyambutnya. Nah, tahun ini bikin #Mooveit lagi, mudah2an lancar dan berharap supportnya dari semua pihak. Amiiin...

Kalau mau tau #Mooveit itu apa, silakan klik banner yang nangkring manis di pojok kiri atas blog ini ya :) Mau pasang di blog masing2 juga boleh, hitung2 menyebarkan kebaikan. Kan kata Quran, "sebarkanlah meski hanya satu ayat".

Wednesday, October 26, 2011

Percaya nggak percaya

Eh, ini bukan mau cerita soal hal-hal yang mustahil atau hil-hil yang mustahal yak..

Kayanya gw emang perlu belajar banyak banget masalah trust in a relationship. Ga cuma sekarang, tapi dari dulu gw selalu bermasalah sm kepercayaan.
Bukannya posesif atau cemburu sih, tp lebih ke nggak percaya aja :))
Dan mungkin juga karena kebanyakan nonton CSI serta baca aneka buku-buku jadi kalo jawaban belum masuk akal pasti akan berkembang ke pertanyaan berikutnya sampe sebuah jawaban masuk ke nalar gue.
Apa mungkin karena gw buaya, jd ga bisa dikadalin? :p

Sama Igun, gw belajar hal ini.
Gw sering anggapnya dia cuek, ga perhatian, ga khawatir, dst dsb. Tapi setelah gw pikir2 *yah oke, emang selain di cuek ya orgnya* dia hanya percaya sm gw.
Misalnya beberapa waktu lalu yang gw nonton konser Suede. Gw bilang, gw sendiri. Dia tanya ga jd sama si A, B,C? Gw bilang ketemu disana. Oh ya udah, tiati aja, katanya. Coba kalo gw bohong kan bisa banget ya?
Dia telp gw pas sore hari lagi tanya dimana sama siapa pulang jam brapa, that's it. Pas jam yang gue bilang akan pulang, dia sms nanya lagi.
Buat dia rupanya ga penting perintilan aneh2, cukup tau gw dimana sama siapa ngapain, ya cukup.
Cobaaaaaak kalo gw yg di posisi dia, bah, ga usah pergi senang2 kerja aja kalo jawabannya agak ga masuk akal bisa gw cecer abis2an *beginilah kalo naluri jurnalistiknya agak kenceng*
Ga bener sih, sikap gw yang demikian ini. Bisa bikin pasangan merasa ga dipercaya *maaf ya* Sekali lagi, bukan posesif/ cemburu, mungkin karena gue selalu punya jawaban yang masuk akal ya (ya karena emang nggak pernah macam-macam juga setelah nikah dan punya anak) jadi gue selalu butuh jawaban yang sama masuk akalnya dengan gue. Dan kadang2 ya emang pengen nanya aja yang butuh simple answer.
Eh bahkan lagi sebelum menikah pun, dengan yang lain juga gitu sih , baik pacar atau sekedar neneng2an kalo jawaban ga masuk akal bakal gue tanya terus sambil otak gue 'bermain' menyusun jawaban2 itu. Kalo ada missing pieces, nah siap2 dah :D

Keuntungannya dari sikap ini? Kalo ada kondisi dimana gue harus berbohong (dan ini kayanya once in a blue moon), maka gue bisa menyiapkan sampai detail dan celah terkecil :D
Kidding!
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, October 11, 2011

Are You Busy, Mom?

Beberapa waktu lalu gw lagi nganter Langit ke sekolah dan nungguin di kaca pembatas kelas (tempat ngintip para pengantar ke dalam kelas gitu deh).
Ada 1 anak di kelasnya Langit yang selaluuuuu menyendiri.
"Tuh, kayanya ga mungkin kalo si A yg nakalin anak gue" kata salah 1 orangtua murid
"Iya ya, kalo dilihat2 A selalu menyendiri, menjauh malah dari rame2" kata gue
Tiba2 ada seorang mbak2 yg berdirinya dekat kita nyamber jaya, "si A kurang perhatian bu, dari orangtuanya. Kasihan deh, dari pertama sekolah minta dianterin sama mama atau papanya, tapi belum kesampean juga. Udah gitu mama papanya berangkat sebelum A bangun dan pulang setelah A tidur".
Gue dan ibu2 lain langsung terdiam. Yang gue tau, dada gue sakiiiit banget, lebay ya memang, tapi beneran. Belah saja dadaku kalo ga percaya *Rano Karno mode on. Eh apa Rhoma Irama sih, itu?*

Gue selalu mengantar Langit ke sekolah, alhamdulillah gw diberkahi dengan pekerjaan yang memungkinkan gue untuk melakukan ini. Setelah masuk kelas dan intip sebentar plus say hi dengan ibu2 lain (biar ga ketinggalan gosip seputar sekolah, eh maksudnya berita penting gitu lowh), gue berangkat kerja. Langit dijemput sama mbaknya. Dengan kondisi begitu aja, gue kadang suka sedih. Apalagi kebetulan gue ada akrab dgn beberapa ortu murid yg lain, mereka suka bbm-in foto Langit lg ngapain di sekolah/ kalo lagi kegiatan gitu.

I won't judge A's parents. Mungkin kondisi pekerjaan mereka memang tidak bisa ditinggal sama sekali. Banyak lah kemungkinan karena gue juga nggak menjalani hidup yang mereka jalani, jadi gue ga bisa kasih komentar. Toh, Langit juga hanya selalu diantar ibunya, bapaknya nggak pernah nongol :)
Tapi mungkin, mendengar cerita si mbaknya yang bilang A minta dianter mama papanya, dari sisi psikis anak sangat berpengaruh ya. Mungkin si anak ngelihat anak2 lain yang suka dianter/ jemput mama papanya. Ga semua lho, di kelas Langit cuma ada 4 anak yg full ditunggui ibunya. Sisanya sama mbak, termasuk anak gue. Etapi gw selalu nganter+nunggu sampe masuk. Eeaa, malah bela diri :)) beberapa anak lain, sesekali diantar oleh ibunya sebelum berangkat kerja. Mungkin si anak akan merasa bangga kalau diantar ibunya, "hey, aku juga punya ibu lho", "hey, ibu aku cantik sekali". Atau mungkin si anak ingin ibunya tau kegiatan dia di sekolah sehari2 seperti apa, ingin mengenalkan teman2nya ke ibu, guru2nya, dan lain sebagainya. Mungkinnnnn ya.

Waktu ikut seminar ibu Elly, katanya diatas 6 th kita sbg orangtua harus mampu jadi sahabat anak. Gimana bisa jadi sahabat ya, kalo semasa dibawah 6 th si anak dibentak, dimarahi, or even worse, diabaikan permintaannya (yang mungkin hanya hal remeh temeh seperti minta dipeluk, ditemani atau mengobrol)?

*mewek dipojokan taksi*
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, October 6, 2011

Belajar Menunggu

Bunda sedang belajar menunggu

Menunggumu menyelesaikan makan siang saat sore mulai merayap

Menunggumu memunguti pakaian yang tersebar bak bukit kecil

Menunggumu selesai menangis karena kecewa

Bunda juga akan tetap belajar menunggu

dalam lelah bunda,

dalam kesal bunda,

dalam sibuk bunda,

dalam waktu bunda

Karena bunda tau, kamu pun pasti sedang belajar menunggu, kan?

Menunggu kapan saatnya harus meminta

Menunggu bunda mengerti apa yang kamu inginkan

Menunggu masa di mana bunda memahamimu

Menunggu kebersamaan yang selalu menanti di ujung hari

Menunggu pun ternyata harus dipelajari...

- taken from Novelmomlit, Ibu-ibu Anda -

Maaf ya nak, ibu sering berangkat saat kamu belum bangun dan pernah kembali saat kamu sudah tertidur. Ketika suara pagar dibuka, kamu pasti langsung membuka pintu dengan wajah sumringah dan berteriak "ibu dali manaaaaa ajaaa....?"

I'll do my best, for you and me. For two of us. And i promise you, we will spend mooooore time together soon...

Sunday, October 2, 2011

36 things about you (or me?)

Errr, us aja kali deh :D

1. Gue milih cv dan applicationnya dari meja pak direktur dan bilang, "ini aja pak, kita belum punya yang anak kampus ini"
2. Dia orang pertama yang berani godain gue (karena waktu itu seluruh dunia tau gue punya pacar posesip) dengan manggil gue "si cantik" dan gue godain balik dengan manggil "si ganteng"
3. Gue punya visual favorit (hingga saat ini) dari dia dan maap cuma gue simpen sendiri ya :)
4. Pernah diajak kekantornya saat udah misah kantor dan belum pacaran, teman2nya heboh :D
5. Nelpon gue dan karena gue lagi sibuk main billiard (!!) Gue suru dia nelpon teman gue yang lain
6. Juli 2005, dia sms gue dengan nada yang beda.
7. Gue ngomong ke sahabat2 gue, "dia kenapa ya? Lagi ga bener kayanya" :))
8. Gue tantang dia dateng, eh dia nongol beneran.
9. Pernah jemput gue jam 3 pagi cuma untuk anter pulang
10. (Ternyata) gue pacar pertama yang dikenalin ke bokap nyokapnya
11. Keliling agen, cariin koran buat bahan sample skripsi gue
12. Nganter gue sidang dari jam 6 pagi
13. Karena dia gue masuk Astro
14. Gue diem2 aja dgn hubungan kita, eh dia yang buka kartu duluan ke sesama cameramen
15. Maret 2007, ngajak nikah
16. Juli 2007, nikah deh!
17. 1 September gue hamil :)
18. Cariin KFC malam2 krn gue pengen makan itu
19. Rajin beliin bubur ayam (dari jaman PDKT)
20. Keliling cari teh india untuk ASI
21. Ga bisa ngomong I love you or such things, tapi balesnya dengan pelukan
22. Bawain ASIP yang suka ketinggalan di kulkas kantor
23. Peluk kalo lagi tidur
24. Agustus 2008, beliin rumah!
25. Beribu kali ngambek2an, marah2an, berantem, dsb but we're still together
26. Kalo gue masak (walaupun ga enak) tetap dimakan (and I promise u, I will cook more often for you)
27. Jarang komen penampilan gue. Kalo udah komen, either it is good (which is saaaaangat jarang) berarti parah menurut dia
28. Ga bisa diajak ngobrol pas bangun tidur
29. Kalo udah ngobrol, bisa sampe subuh
30. 2009, Beliin mobil :)
31. Looove his smell
32. And his hands
33. And his lips
34. And his shoulder
35. And his hair
36. And everything

Love and proud of you, Pe. Happy 36th birthday..

*harusnya di post pas 30 September kemarin*
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, September 28, 2011

Menduakan, Diduakan, Menjadi yang Kedua

Rame2 soal poligami, apalagi ada salah 1 pejabat yang keparat itu mengeluarkan statement menyetujui hal ini bikin gue gemes gila.

Menduakan
Jaman pacaran sih boleh2 aja ya, walaupun gue tidak melakukannya. Setia? Nggak juga sih, menurut gue, menduakan itu perilaku nggak adil.
Pernah sih nakal2 sedikit, itu pun gue anggap sebagai jalan terakhir karena pacar (waktu itu) nggak mau putus2 juga. Aneh ya, alasannya? But yes, that's me.
Gue sangat2 tidak suka dengan menduakan ini. Sahabat2 gue (yang kebetulan jaman single) banyakan laki tau itu. Sekali ketauan mereka menduakan pacarnya, bisa kena sentil sama gue. Gue akan selalu bilang, "gue ini sahabat lo, cewe, nyokap lo cewe, (dan kebanyakan dari sahabat gue ini) punya saudara cewe. Kalau gue atau mereka yang diduakan, lo senang?".
Alhamdulillah sih, pada lempeng2 aja. Yah nakal2 sedikit, gpp juga. Namapun anak muda. Dan skg sahabat2 gue menikah dengan perempuan2 yang benar2 mereka cintai (yes, I know them so well so I can see from their eyes/ what they said).

Lesson learned.
Pria menduakan cinta is a lame! Kalau mau tegas. Selesaikan dulu yang 1 lalu pindah ke yang lain. Nyesel? Ya itu risiko yang harus lo tanggung. Kan elo yang mau?

Diduakan.
Pernah diduakan? Umm, waktu jaman pacaran nggak pernah. Gue galak bok! Ketauan mereka flirting dikit aja, abis sama gue. Mengutip kakak gue ngomong sih, "pacarannya sama bekas satpam ya begitu deh".
Nggak sih, gue ga galak. Cuma ya itu, gue tegas. Once gue tau ada yang salah atau sedikit mencurigakan, lo harus pilih. Gue atau dia? Atau mau pernah lebih jahat lagi, I did the same thing. Jalan sama pria lain. 1 sama tho?!
Gue sangat tidak menolerir masalah pendua2an ini. Call me conservative, but all I know is in a relationship there's only 2 persons allowed. Bukan 3, atau lebih. Jika lebih dari 2, PASTI salah satu hanya birahi atau bego2annya aja.

Lesson learned.
Perempuan jangan mau dibodohi. Gue ga tau bagaimana suami gue saat ini. But all I know is, I trust him the way he trusts me.
Yang perlu diingat, relationship itu seperti melihat bayangan lo dalam kaca. Saat elo berpaling, maka bayangan dalam kaca juga akan berpaling. Tapi selama elo menatap ke dalam kaca dan tersenyum, maka bayangan dalam kaca akan melakukan hal yang sama.

Menjadi yang Kedua.
OMG, this is sooooooo stupid! Extremely moron, I can say. Jaman single pernah dong ada pria yang udh mo kawin deket2in gue. Layanin aja dulu, pas dia bilang, "nanti kalo aku nikah, aku ga mau hubungan kita berubah". Preeettt! Enak aja, lo pikir lo segitu hebatnya sampe bisa punya 2 perempuan dalam hidup lo? Nope honey, you're not that special.
Pernah sih jalan sama pacar orang, tapi itu juga status gue masih pacar orang :))
Lagian apa enaknya jadi yang kedua, ketiga, dan seterusnya *idih amit-amit*. Selama hidup lo, lo cuma jadi yang kedua, nggak diprioritasin. Gue rasa semua manusia di muka bumi ini selalu pengen jadi yang pertama deh, terutama dalam urusan cinta2an.
Apalagi yang istri kedua, hiiih, gue sih kebayangnya seumur hidup bakal dihantui perasaan bersalah dan khawatir kalau2 si laki2 ternyata punya yang ketiga atau seterusnya.
Dan perempuan2 (atau ada juga laki2?) yang menjadi kedua, please get a life! Dunia ga selebar daun kelor, masih banyak ikan di laut, kenapa lo harus ngambil ikan yang udh nyangkut di mata kail? Pernah nggak kalian mencoba berada di posisi orang yang diduakan? You just don't know how much it hurts, berapa besar kerusakan yang telah lo lakuin dan berapa banyak anak kehilangan figur ayah (terkadang juga ibu, karena si perempuan yang diduakan keburu stres misalnya) karena kelakuan kalian.

Lesson learned.
All I can say, if a man can't be with u all the way, it means that he doesn't love u that much.
Dan menurut gue, semua perempuan berhak mendapatkan yang terbaik untuk hidupnya.
Kepikir ga, dengan segampang itu dia ngomong maka suatu hari nanti dia bisa ngomong hal yang sama dengan perempuan lain? Don't be a fool.

"Bila tak lagi kau resapi, cinta hanya 'tuk dua hati.."
-Sudah Berlalu, Iwan Fals
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, September 13, 2011

Don't be a Fool, Coz You're not Fool

Menurut gue nih, walaupun perempuan hidup di dunia yang serba patriarki, tapi sebenarnya perempuan memiliki kekuatan untuk menggerakkan dunia.
Di buku Pope Joan yang gw baca tempo hari, emang sih fiksi sejarah. Tapi bahkan sebuah fiksi (apalagi tema sejarah) pasti ditulis berdasarkan riset kan? Disana jelas tertera bahwa kaum perempuan sangat dilarang untuk pintar. Ga usahlah pintar, bisa baca aja bagaikan kiamat dalam sebuah keluarga.
Terus, belum lagi emansipasi perempuan yang begitu digembar-gemborkan. Emang kenapa harus sih? Segitu lemahnya-kah perempuan? Jadi berlawanan sih ya, perempuan dianggap lemah hingga harus dibela (sampai2 ada menteri peranan wanita, kenapa peranan pria nggak ada? Dunia ini kan ada 2 jenis kelamin. Helloooo... )
Kalo dipikir-pikir, kenapa sih segitu nggak bolehnya perempuan jadi pintar?
Mungkin, mungkin niiiih, sejak awal terbentuknya dunia ini (gue ga mau merujuk ke agama apapun ya, di luar kekuasaan), kawula pria sudah menyadari bahwa perempuan memiliki 'kekuatan' lebih jika dibiarkan mereguk *ceile bahasa gue* kebebasan yang sama dengan mereka. Pria menyadari bahwa perempuan memiliki kekuatan yang mereka nggak miliki. Apa sih? Gue ga tau sih, bisa jadi hati, perasaan, sentuhan, atau bahkan lirikan.
Seperti kita semua sudah tau ya, pria biasanya akan lemah kalau sudah berurusan dengan air mata apalagi jika birahi sudah bicara.
Nah, dari sini gw baru ngomongin masalah selingkuh, poligami, dan lain sebagainya (terinspirasi dari ramenya sebuah pengakuan reader di blog kakak gue sih, hihihi)
Gw pernah dengar dari para generasi tua, bahwa selingkuh, cinta2an, dsb itu nggak mungkin terjadi kalau perempuannya ga kasih kesempatan.
Ilustrasi yang paling mudah ya dari pengakuan si mbak itu di blog kakak gw. Setelah sekian lama menghilang, si mbaknya lalu kembali mencari si lakor alias laki orang itu. Sesimpel itu langsung gw nuduh bahwa perempuan memberi kesempatan? Inget postingan gw tentang perempuan itu kuat? Yak, disana gw bilang bahwa seorang lelaki bisa move on dengan mudahnya. Sejauh ini pria2 yg gue kenal juga gitu ya, secinta2nya sama seorang perempuan, they will move to another woman. Belum pernah ketemu sih, yang nungguin cintanya sampe mati. Kalo perempuan, banyak. Bukan karena perempuan bodoh ya, tapi karena perempuan will do anything for love, even if it hurts. (Hayo ngaku deh, iya kaaaaaan? *ngaca* )
Seperti juga si oknum mbak itu, dia melakukan karena katanya cinta. Cinta siapa? Dia kan. Emang lakor itu cinta? Kalo cinta juga, ya tinggalin 1st wife dan hidup bahagia sejahtera aman sentosa dong, sama si mbak ini. Dalam pandangan konservatif gue nih, cinta atau jodoh itu hanya untuk 2 manusia, bukan 3 apalagi lebih. Kalo cinta sudah melibatkan lebih dari 2 orang, namanya bukan cinta lagi, tapi salah satunya pasti birahi. Dan si lakor ini, sayangnya telah kalah dengan 'kekuatan' si mbak ini mengejarnya.
Ini baru 1 contoh kasus, pasti ada belasan, puluhan, bahkan ribuan kasus serupa seperti mbak dan lakor ini.
Mudah2an ilustrasi gue yang serba lompat2an ini bisa menggambarkan ya, betapa 'kekuatan' perempuan itu luar biasa. Dan mudah2an sih, kita (kita? Elo aja kali, Lit!) Nggak menyalahgunakan kekuatan yang kita miliki ini. Amin!

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, August 5, 2011

career and ambition

Gw sering banget mengulangi statement bahwa gue bukan orang yang punya perencanaan dengan baik. Boro2 dengan hidup, masalah baju aje gue bisa ya, udah di pintu mau berangkat tiba2 ganti baju hanya karena perasaan yang nggak enak.
And yes, I trust my instinct.
Mungkin ga selalu benar, tapi sejauh ini, gw bersahabat dengan instinct atau feeling.
Lah, hubungannya dengan karir dan ambisi apa?
Sabar kale, kan itu baru prolog.
Di beberapa post blog ini, gue kerap merasa bersyukur dengan karir atau pekerjaan yang gue miliki. Semuanya berjalan dengan lancar atau malah terlalu smooth.
Tahun 2001 adalah atau berarti masih 20 tahun saat itu (damn, I'm old!) Gue magang di sebuah tabloid. Baru magang statusnya, selama 3 bulan. Kelar magang, ditawarin lanjut, redaktur dan pemred sempat memuji hasil tulisan gue yang katanya nggak kaya anak kuliah *uhuk-uhuk, jiwanya tua kali ye* tapi di saat bersamaan, gue dapet tawaran juga di PH tidak dengan status magang. Gajinya emang nggak seberapa, tapi yah, buat anak umur 20 tahun dan belum lulus kuliah, duit yang saat ini mungkin cuma cukup buat beli LC Cabas+jajan kopi starbuck, cukup bener!
Sejak pertama gue kerja di PH, bisa dibilang kenaikan karir gue cukup cepat. Dari reporter, produser pelaksana, produser lalu creative division head. Yang terakhir ini malah gw pegang pas umur gue baru 25tahun, sementara rekan selini lainnya rata2 sudah 30an.
Apa pencapaian itu karena ambisi? Sama sekali nggak. Gue bukan tipe yang ambisius when it comes to work or men or bags or anything. Eh jadi sebenernya, intinya gue bukan orang yang ambisius deh. Saat itu gue hanya menjalani apa yang harus gue jalani sebaik2nya. Saat jadi reporter, pas penulis naskahnya resign, kebetulan gue bisa nulis, yah gue yang nulis naskah. Saat jadi produser pelaksana, pas produsernya nggak jelas, yah gue yang ngedit, nemenin live di studio atau liputan kalo reporter nggak ada. Pas jd CDH, ketika orang art kelimpungan disuruh bikin 200 biji pompom (yg kaya cheerleader), ya gue ikut begadang bikin itu.
Itu ambisi bukan sih? Nggak sih, karena gue melakukannya bukan untuk tujuan pribadi, gue melakukannya untuk program yang gue pegang. Supaya bagus, supaya banyak yang nonton, banyak yang suka. That's it.

Tahun lalu, dapet beberapa tawaran yang lumayan. Pertama, jadi manajer produksi di sebuah PH. Beuh, walaupun yang ditawarkan amat sangat lumayan, tapi gua tau banget pasti kerjanya bakal lebih berat, tanggung jawabnya apalagi!
Kedua, tawaran jadi editor di sebuah majalah lifestyle franchise luar. Lumayan juga, but again, ada sebuah komitmen yang telanjur gue ucap untuk diri gue sendiri.
Ketiga, sebuah stasiun tv besar. Hummm, kangen memang sama dunia televisi. Tapi dengan lingkungan yang sudah sangat establish, bukan ga mungkin saling menjatuhkan terjadi.
Dan akhirnya gue end up di tempat sekarang. Minim persaingan, less stressed, dan lebih nyaman. Mencari ketenangankah gue? Mungkin. Lingkungan yang ambisius, penuh dengan sikut2an kayanya bukan diri gue deh. Bukan berarti gue ga punya keinginan kuat ya, yes I still have it. Tapi bukan dengan cara seperti itu. Persaingan sehat, diberikan kesempatan untuk membuktikan bahwa apa yang gue pegang akan lebih baik, serta nggak dibatasi kreativitas, itu yang gue cari.
Oh satu lagi deh, komitmen. Alhamdulillah, gue selalu mencoba komit dengan apa yang sudah gue ucapkan.
Sempat seorang mantan bos gue nanya, "lo sekarang gitu2 doang, neng? Nggak sayang?"
Percuma atau tidak, insyaallah gue tau, yang gue lakukan nggak hanya baik untuk diri gue sendiri tapi juga untuk orang lain. Amin.

*ini postingan nggak jelas ya, tapi yang pasti bukan nyombong. Intinya mau menekankan, komitmen&usaha itu pasti bisa mengalahkan orang yang pinternya kaya einstein sekalipun tapi cuma buat dirinya sendiri*
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, August 2, 2011

Behind Breastfeeding Week

Awal ide bikin video ini lagi rumpi2 sore sama Vanya ita ngomongin masalah iklan2an sampe akhirnya masuk ke Sufor. Terus inget pendapat salah satu mods FD, Mike Okta, yang pernah ngomong ke gue kira2, "kalo kita harus permisif sama sufor, terus yang belain ASI siapa?" Iya juga ya, pendanaan sufor itu kan dahsyat bener, sementara campaign ASI ya mostly hanya dari mulut ke mulut saja. Tanya kenapa :D

Akhirnya tercetuslah untuk bikin video tentang ASI. Berhubung disini yang dulunya di TV hanya gue, jadi gue juga lah yang jadi PIC-nya. Tadinya mau buat event besar MD yang satu lagi, tapi dirasa kelamaan ntar keburu dicontek orang dan diaku-aku, jadi buat Breastfeeding Week aja deh :)

Setelah puter otak sana sini, akhirnya gw memutuskan untuk bikin semacam voxpop aja. Setelah syuting selama beberapa hari, akhirnya jadi juga video ini. Mana sang editor, Affi, lagi sakit. Huhuhu, maaf ya Fiii...
Soo, here it is!



Thursday, July 21, 2011

There's nothing to hide (?)

Kalo suruh describe, gw termasuk introvert atau ekstrovert pasti gue bingung.

Satu sisi, gw sangat ekstro dengan kemampuan gue membicarakan masalah, pemikiran, pendapat, dsb ke teman/ keluarga. Bahkan termasuk dunia maya dengan menggunakan identitas asli gue.
Itu makanya, akun twitter gue ga pernah dikunci. Karena selain emang nggak kepikiran, juga mikirnya nggak ada juga yang perlu gue sembunyikan dari twit2 gue yang (kebanyakan) isinya hanya omong2 kosong itu. Makanya gue juga kadang nggak peduli dengan fitur list atau inner circle yang ada di twitter.
Kalo facebook, memang gue lock untuk umum. Tapi bisa di add sama siapapun dan semua yang statusnya friend, bebas melihat 'kegiatan' gue di fb termasuk sepupu, keponakan, tante, om bahkan nyokap gue, saking nggak ada yang menurut gue perlu disembunyikan.
Beberapa saat lalu sempat bikin friends list di fb, tapi kok lama2 males juga dan I don't get the idea. Kalo seseorang udah jadi teman gue (walo hanya dunia maya), yaudah ga perlu juga ada hal2 general yang disembunyikan. (Eh tapi juga emang karena orangnya pemalas aja sih) Gue nge-lock untuk umum juga karena males kalo ada yang isyeng2 kirim message ga jelas (pernah bok, diajakin kenalan endesbrey2, bukannya ke-GR-an yak, tapi emang gue dari dulu paling males orang ngajak2 kenalan di dunia maya, sejak jaman MiRC, boleh.com atau friendster)

Pun dengan twitter. Seperti gue mention diatas, ga pernah kepikiran nge-lock akun gue. Pikiran dangkal gue nih, judulannye aje social media, kalo di lock dimana letak sosialisasinye ye?
Selain juga gue saat ini bekerja di bidang yang membutuhkan aktivitas dunia maya, gue menjadikan twitter sebagai penyaluran hasrat ngoceh gue yang cukup tinggi tapi kadang nggak tersalurkan lewat mulut. Misalnya, lihat mbak2 pake baju dengan punggung terbuka eh ada bekas kerokannya, kan nggak mungkin gue ngomong2, lebih baik di twit saja (tujuan yang salah) dan kayanya kemaren juga akhirnya bisik2 sama @missyita @hanzkyy dan @ondeymandey sih tentang hal ini :p
Nah, kalo akun gue di lock, kesian dong orang2 yang pengen dapet info penting seputar ada bapak2 asik ngupil di omprengan atau ibu2 meletakkan kepalanya dgn mesra ke ABG saat ketiduran di bus? :p

Gimana dengan blog? Hadeeeeh, ini lagi. Ada yang baca aje udah syukur *murahan* :))
Lagian, hidup di dunia nyata gue udah cukup rempong, tak usah lah di dunia maya pun rempong dengan mengkotak2an atau memilah-milah teman atau takut ada yang stalking, etc. Walaupun balik lagi ke masing2 pribadi ya, semua orang melakukan sesuatu pasti ada alasannya :)

Lalu, apakah gue se-ekstrovert itu kenyataannya?
Humm, can you help me to answer it?

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, July 14, 2011

Perempuan itu Kuat

Yap, semua setujuuu..?
Dari hal yang paling ringan, rasa sakit menjelang menstruasi setiap bulan, misalnya. Walaupun banyak yang sampe kaya mau pingsan (lirik @irrasistible) tapi pada umumnya perempuan masih bisa berpikir dengan jernih harus ngapain di kala itu *hello Kiranti :)) *
Ketika perempuan sudah bisa mengatasi rasa sakit menstruasi, datanglah saat2 menegangkan yaitu hamil dan melahirkan (ini nggak dihitung berapa banyak jumlah perempuan yang mengaku merasa sakit pada saat malam pertama pernikahan mereka ya). Gue waktu melahirkan sayangnya nggak dikasih kesempatan untuk merasakan sakitnya kontraksi sih, tapi hampir 99% perempuan yang gue temui mengakui bahwa melahirkan itu SAKIT. Lebayatunnya sih, kebahagiaan saat melihat bayi mungil itu lahir bisa menutupi rasa sakit selama proses melahirkan, tapi teteub bok, (katanya) SAKIT.
Pasca melahirkan, jangan dikira kehidupan seorang perempuan bisa tenang2 aja. Menyusui bagi beberapa ibu juga menyakitkan loh. Nipple crack, milk duct, dan aneka keluhan lainnya mewarnai kehidupan para perempuan menyusui.Tapi para busui ini terus melakukan menyusui seakan2 nggak menghiraukan puting lecet atau bahkan berdarah. Busui nggak peduli harus makan aneka makanan aneh demi supply ASI tetap lancar.
Demi anak2 mereka, demi buah hati mereka, perempuan menyisihkan rasa sakit yang mereka rasakan demi orang lain.

Perempuan itu kuat,
Saat mereka dikhianati atau sakit hatinya sehingga rasanya mau nangis semalam suntuk, dia tetap bisa menutupinya dengan senyum di hadapan anak2 mereka.
Belajar dari orang2 sekitar, gue bisa memastikan banyak perempuan yang kondisinya sedang luka batin *ceile* tappi harus bisa tersenyum dihadapan anak, teman, saudara atau bahkan orangtua mereka.
Banyak perempuan bisa menyembunyikan tangis dengan senyuman.
Banyak perempuan bisa menyembunyikan gundah dengan riang gembira.

Sekarang bandingkan dengan laki2 ya (yah memang gue belum pernah jadi laki2 sih)
Berdasarkan pengamatan gue, rasa sakit fisik yang mereka harus tanggung seumur hidup hanyalah SUNAT. Eh, belakangan ini sunat juga banyak yang semakin canggih. Smart clamp lah, laser lah, kayanya bentar lagi ada sistem yang putus sendiri (emang buntut cicak ape.. hihii).
Dan jarang banget gue dengar cerita (iyeeee, karena banyak temen gue yang berjenis kelamin laki2) mereka kesakitan pas malam pertama. Life is so unfair, huh?
Saat istrinya kesakitan antara hidup dan mati kala proses melahirkan, pada umumnya suami masih bisa makan, telp2an sama teman, atau ngerokok :)
Ada sih yang cerita selama istrinya kontraksi, gigitin tangan suami sampe berdarah2. But hey, itu kan luka bisa sembuh seketika, cing! *ceile cing, 80an bener*
Cerita lain, ketika pria sakit hati, ya mereka bisa nongkrong sama teman2, have fun lah!
Sementara perempuan? Ketika mereka berkeinginan menghilangkan penatnya atau lukanya sesuai dengan gaya mereka waktu single, ada anak yang harus disusui, ada anak yang harus ditiduri, ada anak yang menangis mencari mereka saat mau tidur.. (Sekalian curcooool, apa kabar billiard, karaoke, konser musk)

Berapa banyak perempuan yang mewek karena kangen sama anaknya kala berpisah karena harus ngantor? Terdengar lebay? But that's the fact!
Perempuan nggak cuma harus menanggung hamil, melahirkan, menyusui, dsb akibat kodratnya dengan rahim di tubuh mereka, tapi ditambah juga dengan cari nafkah membantu perekonomian rumah tangga. We, women are very strong, huh?!

Cerita lain lagi, berapa banyak laki2 yang sanggup tahan lama hidup sendiri pasca putus sama pacar, cerai sama istri, atau ditinggal mati?
Survey kecil2an dari orang2 yang gue kenal, rata2 pihak laki2 akan move on duluan dibandingkan perempuan. Malah ada yg baru 3 bulan cerai sudah menikah lagi. Entah karena cinta atau memang laki2 lebih lemah sehingga ga bisa hidup sendiri?
Sementara perempuannya, berjibaku sendiri antara mencari nafkah demi anak2 mereka dan mengayomi si anak. Pria menikah lagi, beranak pinak lagi dengan keluarga barunya. Kasihan ya?
Kasihan para lelaki, ternyata nggak sekuat yang gue kira..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Saturday, July 9, 2011

Solitude

Yup, sometimes we need to be alone.

From the outside, solitude and loneliness look a lot alike. Both are characterized by solitariness. But all resemblance ends at the surface.

Loneliness is a negative state, marked by a sense of isolation. One feels that something is missing. It is possible to be with people and still feel lonely—perhaps the most bitter form of loneliness.

Solitude is the state of being alone without being lonely. It is a positive and constructive state of engagement with oneself. Solitude is desirable, a state of being alone where you provide yourself wonderful and sufficient company.

Solitude is a time that can be used for reflection, inner searching or growth or enjoyment of some kind. Deep reading requires solitude, so does experiencing the beauty of nature. Thinking and creativity usually do too.

Solitude suggests peacefulness stemming from a state of inner richness. It is a means of enjoying the quiet and whatever it brings that is satisfying and from which we draw sustenance. It is something we cultivate. Solitude is refreshing; an opportunity to renew ourselves. In other words, it replenishes us.

Loneliness is harsh, punishment, a deficiency state, a state of discontent marked by a sense of estrangement, an awareness of excess aloneness.

Solitude is something you choose. Loneliness is imposed on you by others.

We all need periods of solitude, although temperamentally we probably differ in the amount of solitude we need. Some solitude is essential; It gives us time to explore and know ourselves. It is the necessary counterpoint to intimacy, what allows us to have a self worthy of sharing. Solitude gives us a chance to regain perspective. It renews us for the challenges of life. It allows us to get (back) into the position of driving our own lives, rather than having them run by schedules and demands from without.

Solitude restores body and mind. Lonelinesss depletes them.

Taken from: http://m.psychologytoday.com/articles/200308/what-is-solitude

May the solitude find me a better way to catch up my life.
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Sunday, July 3, 2011

Sebatang Pohon di Kala Senja

Beberapa waktu lalu kita bersama-sama menanam harapan di bawah pohon itu.

Awalnya, kita sama-sama rajin memupuk pohon itu agar tumbuh sempurna, berdaun rindang dan berbuah lebat.
Begitu sering kita menatapnya bersama, bercerita tentang harapan yang pernah kita tanam dibawahnya.
Menghabiskan hari, dari pagi hingga malam menjelang saling bercerita berapa daun yang jatuh atau bagaimana bakal buahnya muncul.
Menjaganya agar tak sebuah tangan yang nakal menghampirinya. Agar angin pun tak meruntuhkan daunnya.

Seiring berjalannya waktu, mungkin kita merasa pohon itu akan tetap tumbuh tanpa perlu kita tengok. Tanpa perlu kita pupuk.
Mungkin kita percaya bahwa pohon itu telah menjadi ikatan.

Tapi ternyata perkiraan itu salah!
Kita tak lagi menjadi kita. Kita dengan egoisnya hanyalah menjadi aku dan kamu. Yang tak lagi satu.
Pohon itu lama kelamaan tak melindungi aku dan kamu untuk menjadi kita.
Pohon itu tak lagi sedap dipandang mata. Angin telah meruntuhkan sebagian daunnya. Bakal buahnya pun tak lagi ada. Batangnya hanya menjadi onggokan kayu cokelat tua yang tak berguna. Tangan2 nakal mulai menorehkan coretan iseng di batang pohon yang tadinya begitu kita puja.

Di sudut hati, ingin aku memandangnya lagi bersamamu di kala senja berkilau keemasan.
Di sudut hati, ingin aku memupuknya kembali agar harapan kita yang tertanam dibawahnya ikut subur.
Aku tau, butuh kita untuk menghijaukannya kembali.
Bukan hanya aku, atau hanya kamu.

Atau,
Haruskah aku mengikuti maumu untuk menebang pohon itu dan membiarkan harapan kita terkubur selamanya?

Yang aku tau, pohon itu dikala senja tak lagi indah jika kuhanya memandangnya seorang diri..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, June 30, 2011

Mabuk Cinta

Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri

Aku bahagia
Sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa
Karena kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia kau kembali
Hari ini aku bahagia jatuh cinta lagi

Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi


http://musiklib.org/Iwan_Fals-Mabuk_Cinta-Lirik_Lagu.htm

Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri

Aku bahagia
Sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa
Karena kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia kau kembali
Hari ini aku bahagia jatuh cinta lagi

Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi


http://musiklib.org/Iwan_Fals-Mabuk_Cinta-Lirik_Lagu.htm

Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang s’lama ini mati suri

Aku bahagia, sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia, Kau kembali
Hari ini aku bahagia, Jatuh cinta lagi

Wangi bunga, hangat mentari
Semua jelas kurasakan asyik sekali
Rasa benci, sakit hati
Terbang menghilang, jauh pergi

Aku bahagia…
Denganmu lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku

Jika aku tahu dari dulu saja
Aku tak mau khianati kamu
Jika aku tahu begini rasanya
Aku mau bahagia sampai mati

- Iwan Fals-
Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri

Aku bahagia
Sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa
Karena kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia kau kembali
Hari ini aku bahagia jatuh cinta lagi

Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi


http://musiklib.org/Iwan_Fals-Mabuk_Cinta-Lirik_Lagu.htm


Iya, gue mabuk cinta sama orang ini:
Love you sooooo much, kiddo!

Wednesday, June 29, 2011

Angels around me

Nggak ada yang spesial dalam hidup gue.
But I have a lot of guardian angel yang selalu siap menjaga kemanapun gue pergi.

Malaikat gue yang pertama adalah nyokap. She always be there for me, tapi sialnya gue nggak selalu ada buat dia. Kemana gue, saat nyokap mengalami satu musibah cukup besar buat keluarga kami beberapa waktu lalu? Kemana gue saat nyokap harus bolak balik ke dokter (yg untungnya deket rumah)? Tapi nyokap selalu datang ke rumah gue, mengunjungi cucunya, bawain makanan2 favorit gue atau Langit, selalu nanya apa gue udah sampe rumah kalo waktu udah menunjukkan pukul 8 malam.

Malaikat gue yang kedua adalah kakak gue. Orang yang selalu memberikan pandangan2 logis dalam setiap masalah yang gue hadapi, yang selalu merelakan bahunya untuk gue tangisi karena gue nggak bisa nangis depan nyokap, yang selalu bisa dipinjemin duit *eyalo, ga enak belakangnya*.

Berikutnya adalah bokap. Guardian angel dengan caranya sendiri. Dalam diam, beliau mengamati untuk kemudian melindungi. Bokap bukan orang yang bisa memeluk dan menanyakan perasaan gue, tapi dari tatap matanya gue tau kalau dia kecewa, sedih atau bahagia.

Lalu ada malaikat kecil yang muncul dari dalam rahim gue bernama, Langit. Kehadirannya (mungkin lebay) tapi bener2 membuat dunia gue yang tadinya flat jadi lebih berwarna. Mungkin itu sebabnya gue menambahkan nama Pelangi dalam namanya. Bahkan disaat paling terpuruk pun, she has ability to make me smile. Langit menjaga gue dengan cara yang tak bisa diduga. Dengan tawa, manja dan peluknya, Langit menjaga gue agar tetap tegar berdiri, melupakan tangis dan kecewa. Bersamanya, dunia gue akan selalu ceria, dia menjaga agar sisi keceriaan gue tetap hidup. Love u, kiddo!

Dan ada sahabat, teman atau bahkan kenalan yang bahkan bertemu saja belum pernah, hadir untuk menjaga gue tetap waras. Para sahabat yang luar biasa sabar mau mendengar, teman yang memberikan support dan kenalan yang memberikan hiburan lewat cerita2 mereka entah lewat twitter, blog, forum atau jejaring sosial lainnya. Membuat kepala gue tetap ditempatnya, dan hati gue bekerja seharusnya. Nggak hanya sendiri, merenungi nasib yang sebenernya ngapain juga direnungi.

Mungkin hidup gue biasa banget, mungkin kisah gue standar abis. Tapi dengan mereka di sekitar gue, maka gue bisa merasakan hidup ini luar biasa.

Now, do u have one?
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, June 24, 2011

Aku dan Pendayung Sampan

Sang pendayung sampan tak melakukan apapun saat sampan yang kami tumpangi goyah tertiup badai
Aku berusaha mengambil dayung cadangan, agar bisa mengarahkan sampan itu kembali kejalurnya

---

Tak ada yang istimewa saat aku memutuskan untuk memilih sampan yang ini.
Dikala sampan lainnya menawarkan kenyamanan, kemewahan atau bahkan hadiah-hadiah menarik, aku malah tertarik pada yang satu ini.
Pendayung sampan yang kupilih ini hanyalah seorang pria sederhana. Tapi sinar matanya menyorotkan kekuatan dan kejujuran. Dua hal yang kupercaya bisa mengantarku ke pulau kebahagiaan.
Diawal perjalanan, aku dan pendayung sampan kerap bertukar cerita. Tentang kehidupan kami di daratan, cita-cita dan harapan. Badai-badai kecil selama perjalanan, bisa dilalui berkat kekuatan dan kejujuran sang pendayung sampan.
Lautan yang tenang menghampar di sepanjang jalan kami. Lama kelamaan, aku pun terkadang bosan dengan perjalanan diatas sampan ini. Aku tau, si pendayung sampan juga mengalami kebosanan serupa. Kami pun kehabisan kata. Pendayung sampan berkata aku terlalu penuntut, ingin perjalanan ini serba enak. Aku mengatakan, pendayung sampan tidak memerhatikan kesejahteraan penumpangnya. Sampan kami mulai sering bergoyang, bahkan jika hanya tertiup angin sepoi sekalipun.
Hingga suatu malam, sampan kami bocor! Air mulai masuk sedikit demi sedikit. Aku berusaha sekuat tenaga menutupi kebocoran itu dan mengeluarkan air dari dalam sampan kami. Terus, terus, dan terus..
Tapi sang pendayung sampan hanya berdiam diri.
Menyaksikan usahaku dengan sorot mata yang kutau bukan miliknya. "Aku menyerah. Aku tak bisa membawamu menuju pulau kebahagiaan. Jika kau mau meneruskan jalanmu, teruskanlah. Tanpa aku.."

Aku mencoba bertahan. Malam berganti pagi, pagi berselang senja, kuterus mendayung sampan yang sudah tak bertuan ini. Siapa tau si pendayung sampan ini berubah pikiran melihat semangatku. Siapa tau dengan mengingat segala impian yang pernah kami saling ceritakan, ia mau kembali beriringan bersamaku menuju pulau kebahagiaan.
Ternyata tidak.
Ia hanya bergeming di tempatnya diujung sampan ini.

Dan aku menyadari, semuanya sia-sia.
Perlahan, sampan berhenti. Aku pun harus menyudahi ceritaku dengan pendayung sampan ini.
Sambil menutup mata, kupeluk erat dayung darinya, sebagai tanda mata.

#edisiomprengan :)
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, June 22, 2011

Hilang

Kalau bicara tentang kehilangan, gue masih cetek banget kali ya.

Kisah gue tentang kehilangan hanya berkisar pada kecopetan waktu naik KRL, kehilangan buku favorit yang dipinjem teman dan ga dibalikin (alchemist, bertanya atau mati, seven magic, perahu kertas, dan banyak lagi).
Apakah gue harus bersyukur karena gue belum mengalami kehilangan yang begitu dahsyat efeknya buat hidup gue? Seperti layaknya Ron Weasley yang bersyukur nggak bisa lihat thestral?
Bersyukur karena Langit masih ada di dekapan gue, bokap nyokap masih ada kapanpun gue butuh, kakak gue yang selalu ada saat gue mengadu serta sahabat2 yang sabar mendengar keluh kesah gue, dan teman2 yang bisa bikin ketawa.

Sering gue nangis saat mendengar seseorang kehilangan orangtua, pasangan atau bahkan anaknya. Gue bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan gue jika harus kehilangan mereka. Cengeng? Yup, that's my middle name.
Tapi apa berarti bayangan gue akan kehilangan itu sebanding dengan yang mereka sungguh alami? Nope, I don't think so.
Apakah dengan membayangkan membuat gue lebih siap menghadapi kehilangan? Nggak juga.

Ada sebuah lagu jadul yang judulnya, you don't know what you've got until its gone.
Apa berarti kita harus kehilangan dulu, supaya kita bisa merasakan apa yang pernah kita miliki?
Don't ask me..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Sunday, June 19, 2011

Puisi Basi

Dulu gue kayanya gampang banget bikin puisi, kenapa sekarang susah ya?

Kalimat-kalimat indah bisa dengan mudah mengalir dari otak ke tangan. Ho oh, jangan suruh ngomong deh gue, mendingan nulis/ ngetik aje. Puisi tentang cinta, patah hati, persahabatan, kelahiran, sampai tahun baru. Membuka kembali puisi yang gue tulis tangan beberapa tahun yang lalu saat ini, kadang suka takjub, "apa bener ini gue yang nulis ya?"
Apa mungkin saat itu gue masih memandang dunia secara naif ya? Sehingga hati gue, perasaan gue saat itu masih begitu sensitifnya menangkap keindahan sebuah rasa (bahkan patah hati sekalipun?)
Kehidupan pernikahan, berkeluarga, gue diartikan sebagai kehidupan paling kompleks sepanjang umur gue. Masalah tak lagi hanya berkutat tentang perasaan gue sendiri tapi juga anak, pasangan, keluarga, kerabat, dst dsb. Analisa amatir sih, dengan segala kerumitan ini membuat hati gue makin lama semakin menebal sehingga sudah nggak bisa lagi menangkap keindahan rasa untuk kemudian dirangkai melalui kata-kata.
Kalo lihat anak-anak sekolah, kuliah atau fresh grad, suka iri sih. Permasalahan hidup mereka masih berkisar seputar ujian, lulus, pacaran, putus, cari kerja. Semuanya berdasarkan keputusan diri sendiri kan tuh..
Rindu sih untuk merangkai kata-kata indah, tapi kalau dicoba, kenapa malah berkesan cheesy ya? Mungkin gue udah terlalu pesimis memandang hidup ini kali ya, tentang cinta misalnya, kalimat "malam ini tak lagi sama tanpa kehadiran bulan diatas sana", kalau dulu terdengar "weh, bole juga", sekarang jadi "cih, menye2 banget sih lo".

Seorang teman yang pernah membaca puisi2 saya baru2 ini bertanya, "saya rindu baca puisi kamu".
Gue bingung jawabnya, ga sempat? Nggak juga, buktinya sempat ngetwit, ngeblog, dst. Dan dulu juga bukan yang santai2 banget hidupnya.
Jadi palingan gue kasih jawaban konyol, "kemampuan gue menulis puisi kayanya sudah hilang kebawa sama air ketuban pas melahirkan".

Atau mungkin benar ya? Karena sekarang gue udah punya puisi paling indah yang pernah tercipta, berjudul: Langit Kilau Pelangi..

*lagingacoberat
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Saturday, June 18, 2011

Pelita hati*?

Gue dibesarkan bukan di keluarga yang konsumtif. Eh konsumtif ga ya? Tepatnya, senang belanja tapi yang mure2 :))

Jaman belum nikah, gue udah kerja dengan gaji yang cukup untuk diri gue sendiri dan bantu2 bayar biaya kuliah. Selepas kuliah, duit bener2 utuh buat gue ditambah kenaikan posisi yang memungkinkan gue dapet bonus per 3-6 bulan sekali. Jumlahnya? Mungkin ga terlalu besar, eh tapi lumayan lah, bisa 2-3x gaji juga sih!
Duitnya diapain? Gue jaraaaaang banget beli benda bermerk (kalau mereka nggak sale). Seringnya itu duit gue bagi2in atau traktir ke tim gw dikantor yg ga dapet bonus dan nyokap. Sisanya, buat pergaulan. ngopi2, karaoke, billiard (oh iyes, bisa main billiard setiap hari loh, mamah ini). Paling beli laptop atau handphone terbaru dijamannya (teringat nokia 6630 waktu pertama keluar dan gue beli harganya diatas 5 jt sajah)
Pas pindah kantor, lagi2 gw dapet gaji yang lumayan untuk status single. Daaaaan, lagi2 juga duitnya abis untuk atas nama pergaulan :)) *toyor kepala sendiri*

Tahun 2009 kantor gue lay off seluruh pegawainya. Ga usah diceritain detail ye, panjang bener ceritanya. Ada waktu seminggu buat dengerin? :p
Seluruh pegawai dapet pesangon (ada yang) hingga 24x gaji. Can u imagine? Kalo gaji gue 2 juta aja udh 48 juta cuy! Jadi jutawan dweh yang ada :D
Tapi karena ga biasa beli benda2 bermerk, teteub aja dikala itu duit nggak gue beliin benda2 dahyat misalnya tas berlogo desainer, gitu. Yang ada duitnya gue beliin meja makan dan kursi tamu yang kebetulan emang belum punya. Padahal kalau mau diikutin, masih cukup bener mau beli sebangsa LV apalagi LC/ KS.
Eh bukannya sombong deh, beneran. Mungkin karena ga biasa aja ya, jadi gue prefer nyimpen uangnya, ikuti pepatah "safe it for a rainy day".
Bukannya nggak kepengen, udah sempet eyeing beberapa tas di FD loh, hehehe.. Namapun perempuan, nanti-nanti dan nanti, akhirnya malah nggak kebeli satupun tas desainer yang dipengenin :)) *kebanyakan mikir sih* mikir juga soalnya, gue lebih suka kemana2 naik angkutan umum/ ojeg/ sesekali taksi, nanti kalo nenteng2 tas desainer terus disilet orang gimane? Bisa nangis darah bok!

Sampe sekarang juga gitu, kalau ada uang lebih gue milih untuk nraktir/ beliin nyokap/ Langit sesuatu drpada beli benda mahal buat gue. Kadang ada bisikan di telinga "elo berhak lah bersenang2, memanjakan diri dengan tas atau sepatu cantik". Tapi lebih berat bisikan, "elo senang kan kalo nyokap senang?" Atau "elo seneng kan kalo Langit diajak ke taman mini sesuai yang elo janjiin?", dan hal2 spt itu.

Yah kesimpulan gue sih, gue terlalu pelit untuk memanjakan diri gue sendiri dengan benda2 cantik, modern dan keren aja kali ya..
Eh ada 1 deh yang gue bisa gile kalo belanja, buku! :))

*pelita hati= pelit

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, June 16, 2011

Time after time

Sadar ga sih kalau kita seringkali melakukan sesuatu dengan terburu-buru?

Makan siang terburu2 karena jatah break dikantor hanya 30-60 menit
Mandi terburu-buru karena takut kena macet
Nidurin anak terburu-buru karena khawatir ketinggalan drama series di tv/ ketinggalan pembicaraan seru di TL twitter, mungkin? :)
Bekerja terburu-buru karena dikejar2 deadline
Dijalan marah2 kena macet karena terburu-buru ke tempat meeting
Dan banyak lagi.
Lalu, kapan ya kita nggak terburu-buru?

Kalau sudah begini, rasanya 24 jam nggak cukup untuk melakukan semua aktifitas. Rasanya waktu cepat banget berlalu sehingga to-do-list nggak semuanya terpenuhi.

Kalau gue boleh memilih, satu2nya waktu yang pengen gue bisa lambatin adalah menyaksikan pertumbuhan Langit. Baru kemaren rasanya gue ke laktasi untuk konsultasi gimana caranya biar ASI gue cukup, baru kemaren rasanya gue hamil dan merasakan gerakan-gerakan halus di perut gue. Tau-tau sekarang Langit udah 3 tahun. Ngomongnya udah banyak banget, menyerap dengan cepat segala hal.
Baru kemaren rasanya bertanya-tanya, "duh kapan ya anak gue jalan, pasti lucu". Tau2 sekarang dia udah bisa lompat2an, dan lagi belajar lompat kaki satu. Cepet banget semuanya berlalu, hampir ga gue sadari.
Kalau waktu gue bisa dilambatin saat sama Langit, mungkin gue bisa mencatat dengan pasti tahap2 perkembangan dia for my own record. Kalau waktu bisa diputar kembali, gue pengen bisa menarik semua marah yang pernah gue berikan ke dia.

Ada sebuah buku karya Carl Honore yang judulnya In Praise of Slowness (gue belum baca bukunya sih) yg memberikan ide jika dunia ini berjalan dgn tidak terburu2. Kalau gue ngelihatnya mungkin lebih ke bagaimana kita menghargai waktu ya, bagaimana kita menikmati setiap langkah saat kita berjalan, menikmati setiap suapan saat makan, menikmati setiap tawa yang hadir di wajah anak kita.

Sebuah quote yang gw contek dari blog kakak gue: "One day your life will flash before your eyes. Make sure its worth watching." [Unknown]

Percaya deh, waktu nggak akan bisa diulang. Nikmati dan bersyukur, karena akan menjadi sebuah cerita kita dimasa depan..
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, June 15, 2011

If life is so short

Baca blog post kakak gw yang terakhir bikin gw mikir lebih jauh tentang sebuah perpisahan.

Di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan ya? Entah itu pulang ke rumah masing2 karena waktu ngobrol2 udah selesai, perpisahan sama teman kantLinkor karena jam kerja usai/ resign, perpisahan sama orangtua karena pindah rumah, pisah sama pasangan karena perceraian, dan lain sebagainya.
Gw sering banget ngalamin yang setelah berpisah, nanti ada hal-hal yang belum diungkapkan atau diomongin sama mereka. Misalnya nih, tadi baru aja balik dari rumah kakak gue, eh lupa tadi gue harusnya mau ngomongin si A (halah ini mah gosip) atau pisah sama rekan kerja karena udah kelar jam kerja, eh kudu kirim email karena tadi pas jam kerja ada yg lupa dikirim, dan lain sebagainya.
Itu masalah duniawi/ fisik, kalo perasaan gimana?
Minggu lalu salah 1 teman SMA gue ada yang meninggal. Seusia gue, anaknya seusia anak gue juga. I feel sorry for the family he left. Pasti berat banget.
Kepikiran lah, nanti kalo gue nggak ada sempet nggak ya gue mengungkapkan semua yang gue rasain ke orang2 terdekat gue?
Perasaan sayang gue ke bokap, nyokap, kakak gue..
Cinta yang tak berkesudahan ke Langit..
Respect ke kakak ipar gue..
Kebanggaan sama teman-teman gue..
Ke si A bahwa elo suka gue mimpiin
Ke si B bahwa twit elo suka gengges
Ke si C bahwa suka pamer itu menyedihkan
(Eyalo ngaco, hihihi)

Kalo perpisahan terjadi sama suami gue misalnya, sempet nggak ya gue bilang bahwa selama ini gue bisa kok hidup tanpa elo tapi gue nggak mau, bahwa gue bangga dengan rumah+mobil (walaupun second asal nggak KW) yang udah lo sediain buat gw dan Langit, bahwa mungkin kebahagiaan ini sementara tapi gue nggak menyesal karena atas 'kerjasama' yang baik telah menghasilkan anak cantik bernama Langit Kilau Pelangi, bahwa gue nggak keberatan sering ditinggal kerja kemana2 dan dikabarin cuma seperlunya but I knew he's ok,bahwa kalau gue nggak ada tolong koleksi buku gue jangan dibuang/ dipinjemin ke orang, bahwa.... Ah banyak banget ternyata. Sempet nggak ya, gw mengungkapkan itu semua?

Perpisahan kadang bisa direncanakan, tapi seringkali diluar perhitungan. Perpisahan yang direncanakan dgn matang sekalipun seringkali masih menyisakan sesal diantara pihak2 yang berpisah, apalagi yang pisah karena kemauan-Nya?

Maap ye, gue sangat belum mau ngebayangin berpisah sama Langit. Bisa sembab berat mata gue besok, secara cengeng berat when it comes to her :'(

Memang sih, kalimat turun temurun jodoh, rejeki dan maut itu ada di tangan Tuhan dan manusia bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan.
Jadi, kalau hidup begitu singkat dan nantinya akan ada perpisahan, kenapa harus kita rencanakan?

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, June 14, 2011

Everyone have their own drama

Terinspirasi dari obrol2 kemaren sore di Otaru (lirik hanzky, vanya, mandey)

Gw sering banget ngomongin betapa kita sering berpendapat kehidupan orang lain lebih baik daripada kita sendiri.
Tapi bahkan, dalam kehidupan yang (terlihat) paling sempurna pun, drama pasti ada. Bukan masalah ya, tapi drama. Iyak, drama yang semacam di film-film atau sinetron begituh :)

Salah 1 sahabat gw, misalnya. Dia punya kehidupan paling sempurna yang pernah gw liat. Perfect job, perfect family, wife, he's got the look, brain etc etc. Sampai kemudian dia cerita sm gue bahwa dia baru menemukan sebuah fakta mengejutkan ttg ayahnya (maaf ya gw ga cerita detail, its so personal). Ini bikin dia sempet hancur, tapi alhamdulillah dia sekarang udah baik-baik aja. Tapi ujungnya jadi berkurang respect aja terhadap sang ayah.

Sahabat gw yang lain, punya drama tertentu dengan ibu tirinya yang notabene beda usianya hanya 10-15thnan. Atau ada juga yang dalam keluarganya ga ada drama, tp keluarga besarnya yg penuh drama :)

Ga jauh2, hidup gw juga penuh drama kok. Kalo gw ceritain detail, nanti kalah bok Cinta Fitri :))
Gw sebisa mungkin meminimalisir cerita2 ttg drama hidup gw sih, karena entah kenapa kadang2 dengan menyadari bahwa hidup orang lain banyak yg lebih drama daripada gw malah bisa bikin gw bersyukur. "Ternyata drama gue belum ada apa2nya", hehehe.. (Mengambil keuntungan diatas duka orang lain, maaf ya)

Tapi kadang2 yang ga bisa di setop itu adalah paduan jempol dan kesendirian. Kalau udh ketemu 2 hal itu, langsung deh otak gw mengirim sinyal ke jempol untuk mengetikkan sesuatu di keypad blackberry entah utk twitter/ facebook -__- payah emang.. Jadi lah, kegalauan gara2 drama itu terpublikasi, walaupun gw jarang detail ya, tp cukup lah membuat orang bertanya-tanya (atau mungkin mengambil kesimpulan sendiri) --> GR banget, semacam dibaca sm banyak orang aje :))

Eh soalnya gw sering juga sih, membaca status org2 di jejaring sosial dan menyimpulkan bahwa si A lagi drama sama ibunya, si B sama suaminya, si C sama kakaknya, dst dsb. Padahal kan, belum tentu ya? Yah, namapun kesimpulan pribadi, dan itu sah2 aja.

Enihei, kita emang ga selalu bisa bilang bahwa kita adalah manusia termalang didunia. Mengutip kata temen nyokapnya Affi abs nonton Ayat2 Cinta yg konon fenomenal, sedih dkk itu, "ah, lebih sedih hidup gue dibanding film itu". Nah kan, bahkan film yang didramatisasi aja masih ada yang ngalahin kesedihannya :D

Resep mau merasakan drama:
Sepi+sendiri+khayalan apapun= drama tingkat tinggi

Selamat mencoba :D

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, June 10, 2011

small world phenomenon

Ini adalah salah satu teori dari seorang peneliti muda, Roby Muhamad.
Intinya sih, penyempitan dunia bukan secara fisik tapi secara sosial. Pertama kali baca ini ada di koran Kompas, lupa pastinya tahun berapa, kemudian di chicklit Cintapuccino juga Icha (si penulis), menyentil tentang small world phenomenon atau fenomena dunia menyempit ini.

Dulu sih pasti kita sering ya, kalo ketemu orang baru yang ternyata sahabatnya sepupu atau kenalannya ibu, akan ngomong "ya ampun, dunia sempit banget ya"

Ternyata bener aja gitu, sudah dunia makin sempit dengan jumlah penduduk yang terus bertambah (hidup KB), American pop Culture juga bilang bahwa kita bisa kenal dengan satu orang maksimal 6 rantai pertemanan. Kalau istilah di jejaring sosial, 2nd degree, 3rd degree, hingga 6th degree :)

Misalnya dengan presiden Amerika, Obama. Bisa loh kurang dari 6 degree. Gue nih contohnya, gue pernah kenal sama Anisa Pohan (tau deh dia masih inget apa kagak, hihihi), Anisa Pohan menikah dengan Agus Yudhoyono yang mana adalah anak dari presiden SBY (hey, ke SBY aja gue bisa 3 degree kan?) dan SBY tentunya kenal sama Obama (ihiy, cuma 4th degree loh)

Dengan makin berkibarnya jejaring sosial, maka rantai-rantai hubungan yang tadinya panjang malah bisa semakin pendek. Nggak pernah ketemu muka, tapi tau2 saling follow di twitter karena kesamaan minat. Temen jaman SD, ternyata aktif di forum yang sama. Mantan gebetan waktu kuliah ternyata menikah sama salah satu follower di twitter. Dan banyak contoh lainnya.

Contoh lagi beberapa hari lalu, bos gw waktu di Oasis mention gw, di RT oleh salah satu followernya yang ternyata kenal (saling follow) sama salah satu editor gue di Komando. Heyak, ketemu dia lagi di dunia maya, setelah beberapa tahun nggak ketemu :D

Walaupun banyak untungnya dengan perpendekan rantai hubungan ini, tapi juga harus lebih hati2 sih. Kenapa? Dengan semakin sempitnya ruang gerak sosial, berarti setiap di jalan atau tempat umum, bisa 4-5 orang yang terkait rantai hubungannya dengan kita. Hayo loh, yang suka macam2 kudu tiati nih *nyengir*. Kalau dulu kudu sewa detektip untuk tau posisi pasangan, sekarang mah ada GPS. Eh kalo nggak ada GPS juga bisa aja kan ketauan dari jejaring sosial ini?
Hihihi...
Meri ah :)

Oh iya, gw pernah nulis tentang ini juga di multiply, 4 tahun yang lalu: dunia menyempit #1

Wednesday, May 25, 2011

Menyesali masa lalu

Pernah ada rasa sesal saat menjalani saat ini

Yang paling mudah, tadi siang gw lihat sepatu lagi sale. Pengen sih, tapi kenapa gw nggak beli ya? Alhasil sekarang kepikiran.

Demikian juga dalam hidup.
Kenapa gw nggak kuliah di kampus B aja ya?
Kenapa gw nggak melahirkan di RS C aja ya?
Kenapa gw memilih kerja disini daripada disana ya?
Kenapa gw beli rumah yang ini ya?
Kenapa pas nikah gw pake baju yang itu ya?
Kenapa gw memilih dia jadi suami gw ya?
Kenapa gw harus beli kamera ini ya?
Kenapa ini ya?
Kenapa itu ya?
Kenapa dan kenapa..

Apa harus menyesal dan sibuk merenungi semua pilihan yang telah kita ambil? Gw rasa enggak ya. Jujur, pasti kadang pertanyaan2 itu muncul di benak gw.
Kalo gw pake bajunya yang merah itu pasti bakal lebih bagus.
Kalo gw melahirkan di RS itu, pasti bs normal.
Kalo gw menikah sama si anu, pasti sekarang hidupnya bahagia.
Kalo gw dulu kuliah di sekolah onoh pasti sekarang kerjanya di anu.

Wajarlah, manusia punya andai2. Tapi juga harus disadari ya, bahwa semua pilihan, semua keputusan, pasti akan ada risikonya.

Nggak ada gunanya menyesali masa lalu, lebih baik pikirin aja apa yang ada saat ini dan esok, dan esoknya lagi.

#galau


Sent from my Rockin'Berry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, May 18, 2011

My mom is a superhero

Eh tapi, semua orang pasti menganggap ibu mereka adalah yang ter- segalanya dalam konteks positif ya..

Let me tell u something about my mom. Dia ga sekeren ibu2 pd umumnya, gadget jg baru punya blekberi lungsuran kakak gw yg jadul berat (secara kakak gw punya bebe sejak bebe blm hits, utk membantu kerjanya), terus pas gw ganti bebe, 8310 gw lungsurin ke nyokap. Yap, nyokap nggak pernah menuntut dibelikan apapun sama anak2nya, bahkan waktu kami masih single dan pendapatan kami cukup besar saat itu. Cukup kami, anak2nya ya tau diri lah, bantu2in bayar listrik rumah, belanja bulanan, sesekali ajak nyalon, makan diluar, dan lain sebagainya.
Di masa tuanya skg, percaya deh, she doesn't look like her real age. Sering digeret sama temen2nya tante gw untuk jadi responden ibu2 usia 40-an :D

Pas gw pertama kali pisah rumah, nyokap setiap hari bolak balik kerumah gw. Dari jam 12 siang, sampe jam 4 sore, terus pulang. Begitu terus setiap hari. Mungkin pd mikir, "yah emang kalo nenek2 pasti gitu ke cucunya"..
Jangan salah, saat ini nyokap juga ngurus nenek gw loh. Gw saluuuuut banget sama nyokap (dan udah pasti bokap) untuk hal ini. Nenek gw udh pikun, stroke dan sangat bergantung sama nyokap saat ini. Udah bukan hal baru nyokap gw ga tidur semalaman karena nenek gw ga tidur dan bolak balik keluar masuk kamar. Tapi besoknya nyokap bs teteub beredar kerumah gw (yg sesungguhnya cuma 2 jam maksimal dirumah) plus sekarang nambah rute ke rumah kakak gw. She's amazing! Belum lagi kadang malam hari nyokap harus ke pasar demi belanja keperluan tempat makan kepunyaan adiknya.

Masalah keuangan? Sbg istri dari pensiunan PNS, brapa sih ya :) tapi beliau nggak pernah sekalipun minta duit ke anak2nya (don't get us wrong, bulanan insyaallah walaupun ga gede kami kasih). Kalo udah kepepet banget, kalimatnya "mama pinjem uang dong, nanti dibalikin".
Kalimat beliau ini sering membuat gw terpukul. Masa gw segitu ga pedulinya sama nyokap, sampe beliau ga ada uang sama sekali?

Siang tadi, nyokap bbm, "mama nanti kerumah kamu ya, tapi abis ashar di rumah mbak ira. Gpp ya, sebentar2 aja yang penting semuanya kebagian" :')

Kalo ngomongin ibu, emang nggak akan ada habisnya. Gw pengen banget Langit bisa mencintai gw, ibunya, seperti gw mencintai dan menghormati si mama saat ini. Amien.


Sent from my Rockin'Berry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, May 12, 2011

The life that we choose

Rumput tetangga emang selalu lebih hijau daripada rumput dirumah kita.

Eh tapi rumah gw ga ada rumputnya, dan gw ga mau ngomongin rumput sih :p

Dunia maya bikin gw punya banyak teman. Forum, milis, twitter, blog, dst dsb. Bikin banyak tau tentang kehidupan orang lain. Banyak positifnya, tapi tentu negatifnya juga ada.
Tau si A punya sepatu baru. Mikir, "wah lucu ya, beli dimana tuh, harganya berapa"
Si B yang single dan asik travelling sana sini, "tuh kalo gw single pasti bisa gitu juga"
Lalu si C yang anaknya udah bisa ini itu, "anak gw kok belum ya"
Eh si D, yang kemana2 dianter suaminya dan kehidupannya fully supported by her husband. "Kok suami gw ga gitu ya?"

Kalau gw sendiri, apa kira2 yg bisa dibanggain sehingga orang2 bisa iri ya *lah, apa yang mau diiriin? Baju, tas, sepatu seadanya, kemana2 lebih milih naik angkot*.

Hamil, gw sempet ada masalah buesaaaaaar. Melahirkan, operasi. Asi? Seadanya, alhamdulillah aja cukup. Makanan anak? Ga bisa masak, jadi yah kalo pun bikin yang semampunya aja :D keuangan? Biasa banget, alhamdulillah mengutip @ariendasapari, "kalo masih bisa mikir besok makan apa berarti lo udah kaya".

Kerja?
Nah mungkin ini yang bisa gw banggain. Alhamdulillah, dari dulu selalu kerja di bidang yang gw suka. Jadi gw bisa sangat menikmati tiap deadline, tiap lembur hingga pressure2 yang ada di kerjaan. Bohong loooo? Nggak, beneran! Ngeluh ya pasti pernah, tapi seinget gw nggak yang sampe uring2an, cerca kerjaan/ tugas yang harus dijalani. Atau mungkin gw terlalu beruntung ya, udah dapet kerja yang sesuai minat plus teman/ atasan yang menyenangkan?

Sesuai judul, mungkin kita memang harus menjalani kehidupan yang udah kita pilih. Gw ingeeeeeet banget, saat gw mau resign dari Komando dan menerima tawaran kerja di Astro, salah satu teman yang gw ambil banget nasehatnya ngomong, "apapun yang elo pilih, pasti ada risikonya".
True! Betul banget, setiap kehidupan pasti ada pilihan, dan setiap pilihan ada risikonya. Tinggal lo mau ga jalanin itu? Terima ga keadaan itu?

This is the life that I choose. Being a mother (and a wife from cuek-banget husband), a writer (can I call myself with that?) and try to be happy with this choice.

*ditulis diatas tempat tidur dalam keadaan setengah sadar
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Monday, May 9, 2011

ASI vs Sufor: Never ending stories :)

Di twitter lagi rame2 ngomongin asi vs sufor.
Eh bentar, sebelumnya dijelasin dulu deh duduk permasalahannya. Jd ada artis, sebut saja dia mawar *ceile, Lampu Merah bener*. Sang artis ini kemudian menjadi bintang iklan sebuah produk susu lanjutan, bukan formula ya. Catet nih, susu formula itu buat anak dibawah 6 bulan, sementara lanjutan buat selebihnya. In this case, 1 th ke atas.

Lah, gara2 ini rame dah.
Di satu sisi, gw mah udah paling setuju bahwa ASI adalah yang terbaik. Ga perlu bayar, ringkes, dst dsb bahkan sampe 2 th juga lebih ringkes.
Note, disini gw ga bicarain buat anak 6 bulan pertama ya, ibu2 yg asinya ga keluar gimana, yg udh nangis darah gimana, perjuangan nyetok asi gimana, itu lain cerita. konteksnya kan iklan susu lanjutan, bukan formula.

Yang gw tau ya si artis cukup cerdas kok, dia ga mungkin ngambil sebuah tawaran tanpa melihat efeknya apa. Pasti ada pertimbangannya. Dia pasti sudah tau bahwa sufor dilarang beriklan, nah karena produk yg dia iklankan susu lanjutan makanya dia mau ngambil (kali ye, sotoy aje gue) walaupun efeknya panjang jg, krn si produsen ini pny produk sufor juga jd seolah2 si artis mengiklankan semua rangkaian produk susunya.

Menurut hemat gw, ditengah2 kesensitifan masalah sufor vs asi terutama bagi kalangan ibu, emang harus hati2 sih ngambil promo/ pemasang iklan tertentu (terutama buat media parenting, artis yang dikenal sbg ibu2 cerdas, dst).
Contoh kecil di Mommies Daily, kita nggak terima pemasang iklan produk susu. Kenapa? Walaupun para editornya nggak mengharamkan susu formula ( kita para ibu, tau banget perjuangan ngasih ASI seperti apa. Editor kita ada yg eping krn ga bs nyusuin langsung, ada yg selama 7 thn menyusui ga brenti2 dr anak pertama berentet ke anak ketiga, ada yg akhirnya campur, dst) jd kita dari berbagai latar belakang ga mewakili 1 kalangan tertentu aja. Nah, duo owner-nya, Hani dan Affi memutuskan untuk tidak menerima produk susu. Bahkan yg cuma kampanye sayembaranya doang pun, tidak *wink*
Berat? Iyalaaah, apalagi sudah rahasia umum ya bahwa produsen susu duitnya banyak :D nah buat media tentu ini makanan empuk dong. Tapi alhamdulillah, kami komit dengan apa yg diputuskan. Buat apa? Trust dari pembaca.

Kalo ngomongin asi vs sufor, sampe 365 hari ke depan ga bakal ada abisnya. Percaya deh!
ASI itu pasti yang terbaik. Tapi kalo si orangtua terpaksa memberikan penggantinya, pasti ada alasan dibalik semua itu :)

*ditulis di tengah2 kemacetan sambil duduk manis di omprengan
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, May 5, 2011

Hidup angkutan umum :D

Bertahun2 gw naik angkutan umum. Mulai dari bemo, koasi, patas, metromini, kopaja, KRL, trans jakarta, mikrolet, dst dsb.
Tahun 2002, pas gw mulai kerja di daerah tebet, gw sering naik KRL dari kampus. Eh, kecopetan. Dompet dan handphone kesayangan yang gw beli dari kerjaan sebelumnya sebagai freelancer.
Abis itu gw parno naik KRL kalo sendirian. Gw pun ngecer naik bus. Eh 5 bulan kemudian, kecopetan lagi :(( kali ini dompet doang, teteub aje bikin males.
Akhirnya gw pun beralih ke... Ojek! Dan tentunya menanti antar jemput pacar atau gebetan di jamannya :p
2004 gw mulai dibolehin bawa mobil nyokap, krn waktu itu lg nyusun skripsi yg bikin gw kudu bolak balik kampus dgn ribetnya. Bawa mobil sendiri ini gw lakoni sampe sekitar 2006, krn sejak itu gw sekantor sm Igun dan lebih milih diboncengin motor :D
Setelah nikah, sempet pake mobil nyokap krn hamil yg mana cucu pertama jd pada risau kalo gw naik motor. Trail pulak motornya!
Setelah punya anak+pindah rumah, masih belum punya uang untuk beli mobil dan ga enak make mobil nyokap. Jadi kemana2 kita pake motor (plus bawa Langit), kecuali kalo jauh2 bgt baru deh minjem mobil.
Alhamdulillah sekarang udah kebeli mobil, walaupun second tapi hasil keringat sendiri. Apa jadi rajin bawa mobil? Tentu tidak!
Macetnya Jakarta udah bukan kepalang, cuy! Sampe Igun aja capek bawa motor trail, akhirnya awal tahun kemaren beli motor matic supaya lebih enak ngadepin macet.
Alhasil mobil emang lebih banyak nganggur dirumah. Gw kekantor prefer pake angkutan umum atau bareng Igun naik motor. Beberapa kali Igun nawarin untuk beliin gw mobil yang lebih ramah perempuan :D (iye, secara mobil kita sekarang ini segede gerobak, ban-nya aje 2x lipat ukuran avanza). Dan selalu dengan tegas gw menolak. Kenapa? Pertama, biaya pajak, maintenance, bensin, dst dsb bakal dobel. Kedua, gw capek bawa mobil, kalo naik angkutan umum bisa baca, mengkhayal, mikirin kerjaan, twitteran, ngeblog, dst dsb (plus bisa nebeng dong, hihihi). Ketiga, rumah gw kecil bok! Mobil 1 masuk aja udah Alhamdulillah, lah ntar 1 lagi mau taro dimana? Kan ga bisa ditumpuk :D
Lagian, jalanan Jakarta udah nggak cukup nampung 1-2 mobil lagi kayanya. Gw ga mau berpartisipasi menambah ruwetnya jalanan Jakarta dan nambahin polusi udara Jakarta.
Jadi, untuk sementara gw tetap bilang: hidup angkutan umum! (Walo suka ngetem, nungguin lama, penuh, dioper tengah jalan, dst dsb, I still love you!)

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, April 26, 2011

People change

Waktu SMP gw ada temen kalem, baik, agamis. Waktu berlalu, tiba2 gw dengar dia sekarang akrab sama dunia malam, alkohol dan free sex. I'm not judging this is bad. This is her choice.
Kagetnya mungkin karena tau dulunya dia gimana dan sekarang jadi gimana.

People change.
Iyalah, pasti semua orang berubah.

Beberapa hari ini gw shock (sampe sekarang masih) akibat pemberitaan tentang terorisme itu. Bukan karena apa2, tapi yang menjadi headline ndilalah kami pernah kenal. Bukan hanya kenal dia-tau-nama-gw-gw-tau-nama-dia ya, tapi teman.
Oknum yg gw kenal ini baik dan sopan. Manggil gw selalu dengan panggilan 'teh', membahasakan dirinya sendiri pun dengan nama. Ga pernah saya/ aku atau bahkan gue. Kalo ngomong khas anak2 sunda yg sopan gitu.
Agak ga percaya kalo baca/ lihat berita, dia jadi pimpinannya serta kelihaiannya bikin benda2 mematikan. Apa bahasa yg dia gunakan saat diperiksa polisi? Tetap menggunakan namanya utk kata ganti dirinya-kah? Atau apa ya? Baca komentar orang2 yg menghujat, mencerca dia, langsung terngiang di kepala gw saat dia cerita mengenai Aceh atau niat dia mau nikah sama pacarnya. "ga disetujui orangtua D, teh.. Gimana atuh ya?"

4 tahun berlalu, tiba2 sekarang lihat/ dengar/ baca dia jadi headline di semua media sebagai otak teror bom.
Perubahan yang terlalu dahsyat, menurut gw.

Dear friend, I don't know what to say. Changing is good, but if only u choose the better way..
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Monday, April 25, 2011

Happy birthday my lil girl..

Semoga kamu jadi anak yang bahagia, pandai bersyukur dan bisa bangga serta dibanggakan sama ibu+bapak ya :)

Ga kerasa sudah 3 tahun aja, 3 tahun lagi udah masuk SD, 6 tahun lagi SMP, terus SMA, terus kuliah, teruss.. But still, you're my baby.

I won't change you in to someone else. Don't be a perfect a child, cause you are amazing just the way you are..
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, April 22, 2011

Between me and the lil girl

"elo-nya aja kali kak yang terlalu sabar", ini ucapan @missyita waktu gw cerita bahwa terakhir gw marah sama Langit (dalam arti bicara dengan menggunakan nada suara tinggi) itu sekitar sebulanan yang lalu.
Gw? Sabar?
Engg, kayanya sih nggak ya. Gw bisa marah kalo macet dan mobil depan gw jalan dengan santainya seakan lagi di pantai. Gw bisa marah saat nungguin tulisan reporter yang belum masuk-masuk juga padahal itu untuk dipublish. Gw bisa marah kalau program tv yang gw supervise nggak juga bener padahal sudah bolak balik revisi.
Langit diawal-awal kehidupannya bisa dibilang anak 'high maintenance'. Gimana nggak? Sudah susah tidurnya, rewel, nangis melulu, pokoknya lumayan merepotkan khususnya buat gw si newmom yang minim pengetahuan. Ditambah lagi pressure kanan kiri (kebetulan saat itu melalui forum @fashionesedaily gw ketemu banyak teman yang punya anak seumuran), keluarga endesbre endesbre :D
Biasa lah drama ibu baru dimana naluri kompetitif masih tinggi. Anaknya si A diginiin kok bisa anteng ya? Si B melakukan ini ke anaknya kok berhasil ya? Dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Si ibu baru *tunjuk dada sendiri, maksudnya gue* ini pun ga mau ketinggalan. Yang ujung-ujungnya, beli ini itu nggak kepake, beli baju merk ini itu bikin bokek *padahal anak ngerti juga nggak itu baju merk Gap, mothercare atau beli lusinan ITC*. Mereview diri gw kembali ke beberapa tahun lalu kok rasanya, so stupid!
Yang parah menurut gw sih saat gw ikut-ikutan menerapkan metode parenting terhadap anak gw. Misalnya waktu menerapkan naughty corner. Oh my, Langit bukannya terdiam tapi malah tambah kenceng dan manggil-manggil, "ibuu…jangan tinggalin.." semacam demikian. Huhuhu, katanya harus tega kan ya? Sekali, dua kali mungkin tega, seterusnya? No, I think this is not suites on me.
Terus gw sadar. Parenting adalah hal yang personal. Ga bisa keberhasilan orang lain jadi patokan untuk kita. Belajar/ mencari informasi dari orang lain ya tentu harus, sembari mencari apa yang pas buat kita sbg orangtua dan anak. Karena ingat, parenting is not about the parents.
Dalam hati muncul berbagai pertanyaan deh. Apa bener gw pengen anak gw disiplin? Bangun pagi jam sekian, tidur jam sekian, makan harus dimana, sementara gw juga bangun tidur ga tentu, malam bisa begadang dan makan ya selain di meja makan gw kadang juga sambil nonton tv. Apa gw harus marah saat anak gw coret2 tembok/ sprei kesayangan? Sementara dulu nyokap gw nyediain 1 dinding tembok khusus untuk gw coret2 pake kapur.
Yak! Disiplin yang sesuai dengan pemahaman orang lain mungkin nggak kena di gw. gw mulai mencari-cari, apa sih yang pengenin dari anak gw? ternyata Cuma 1 kok, gw pengen anak gw bahagia. Anak gw ketawa. Kalo kata ibu Elly Risman, "kalau hati senang, otak akan menyerap lebih banyak".
That's it. Sejak itu gw memberlakukan parenting rock n roll :p yang hanya dibutuhkan hanya, pelukan, tersenyum dan tertawa bersama. selebihnya, banyak-banyak bersyukur dan let it flow :)
Mungkin anak gw bukan anak yang sempurna, mungkin gw bukan ibu yang sempurna. tapi gw tau, insyaallah kami jadi ibu dan anak yang bahagia :)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT