Monday, December 26, 2011

Beda kok jadi masalah?

Agak heran sama orang2 yang memandang sinis sama perayaan hari besar agama lain. Emang kenapa sih?

Adik bokap alias bu lik gw ada yg non muslim. Jadi sejak kecil sudah terbiasa kalau natal, ya datang kerumahnya. Begitu juga sebaliknya, kalau lebaran, keluarga mereka pasti akan datang, malah kalo bisa dibilang keluarganya paling rajin datang lengkap.

Pas SD, selain sekolah negeri gue juga sekolah madrasah. Nah disitu sempat diterangin mengenai perbedaan keyakinan. Bapak dan ibu guru di madrasah bilang bahwa kita yang muslim ga boleh merayakan perayaan agama lain. Gue pun sempat tanya ke bokap/ nyokap mengenai hal ini, dan dijawab nyokap, dengan datang bukan berarti keislaman kita dipertanyakan, ya semacam itu deh.
Gue atau bokap nyokap mungkin bukan yang pandai beragama. Tapi alhamdulillah, kami nggak pernah lepas beribadah. Dan sepanjang hidup gue sih, dengan datang ke rumah saudara saat perayaan agamanya, ga menyebabkan keislaman gue terganggu, ya..
Ga bisa sholat dirumahnya? Kebetulan rumah sepupu gue dekat masjid. Ya kami sholat di masjid, deh! So simple. Dan karena mereka kebaktiannya di gereja, jadi dirumahnya ya memang hanya kunjungan persaudaraan saja.
Nggak heran kalau pas hari natal, rumah (almh) bu lik gue ini malah dipenuhi sama yang pake jilbab. Secara keluarga yang lain kebanyakan pada jilbaban. Hal yang aneh? Ah, nggak juga. Kami hanya menghormati kok, seperti juga menghormati pas bokap nyokap mau berangkat haji, ya pada dateng tuh pas ratiban. Atau akad nikah gue, yg notabene ada pembacaan al quran-nya ya pada dateng juga.
Mungkin karena terbiasa dengan kehidupan ini dan kami nggak saling ganggu satu sama lain, gue heran sama orang2 yang membenci agama lain.
Gue mungkin orang yang memeluk agama bawaan maksudnya, gue muslim ya karena orangtua gue muslim. Coba kalau ortu gue non muslim, apakah gue akan menjadi muslim juga? Belum cencu kan?
Jadi yah, kalo kalian tidak memilih agama yang kalian peluk (kalian ini ditujukan buat orang2 yang mengusik ibadah agama lain) coba deh bertanya pada diri sendiri, apa benar tindakan kalian itu berdasarkan kecintaan terhadap agama yg kalian peluk? Menghina agama lain ga masuk surga. Menghina manusia (yang kebetulan memeluk agama lain) juga bukan hal yang mulia. Nggak ada agama yang mengajarkan kebencian, kan..
Dengan tindakan kalian seperti itu, malah agama yg kalian peluk yg kelihatan negatif kan? Mana bawa dan memakai simbol keagamaan pula, meneriakkan asma Allah pula, sedih lihatnya. Apa sih, yang dicari?
Cinta terhadap sesuatu menurut gue nih, bukan ditunjukkan dengan menghina hal lain yang nggak sejalan lho. Contoh bego nih, lo cinta berat sama produk apple, bukan berarti lo hina dina blackberry kan? Masing2 punya nilai positif kok, cuma cara kerja dan penggunaannya aja yang beda2.
Yah, itu mah bego2annya gue aja. Maap ga kepikiran hal lain :D

All I want to say is, peace, love and gaul aja lah!
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, December 22, 2011

Hari Ibu 2011

"Mother= 24 hours job, no pay, no day off, seldom appreciated, n impossible to resign. But we are still doing it with love."

Indeed. Paling ngena adalah, ketika jadi ibu, kita (eh gue kale, pake ngajak-ngajak) nggak bisa mengajukan resign dari profesi ini. Mo pake one month notice kek, atau bahkan 1 year notice. Satu2nya yang menghentikan kerjaan kita jadi ibu, mungkin hanya maut.
Itulah makanya gue belum berani punya anak lagi.
Itulah makanya gue ga mau macam-macam karena satu kesalahan konyol akibatnya bisa panjang
Itulah makanya gue berusaha ikhlas menjalani apa yang harus gue jalani
Mungkin ga seberat apa yang telah dialami perempuan lain, tapi alibi gue adalah, setiap orang punya batas kemampuan, toleransi dan kekuatan masing-masing. Nggak bisa dipukul rata.

Eniwei,
Tempo hari gw baca TL @nopai saat fathers day di sekolah Maika dan ada 1 anak yg orangtuanya ga dateng samsek. Si anak super kecewa.
Hari ini hari ibu, akibat Selasa kemaren Langit ga masuk
sekolah, gw ga tau bahwa hari ini ada perayaan kecil2an hari ibu di sekolahnya. Pas sampe sekolah, semua temannya pake baju bebas, sementara Langit pake seragam. Gue sediih banget, bukan perkara anak gue jadi ga 'tampil' karena pake seragam ya. Cuma gue ngerasa bodoh, udah tau kemaren nggak masuk, kenapa semalam nggak bbm orangtua murid yang lain atau gurunya?
Udah gitu, gue telanjur juga mau berangkat ke kantor jadi gue ga bisa lihat kegiatan hari ibu apa di sekolah. Selama perjalanan (yang hari ini macetnya ajegile itu) pikiran gue sibuk bertanya-tanya. Langit iri nggak ya, sama teman2nya yang mamanya ada? Kalau dia disuruh kasi kartu, terus ibunya ga ada, gimana? Tega banget sih gue ga dateng? Haduuuh, mellow!
Lebay sih emang, karena menurut salah 1 ortu murid acara tadi emang nggak besar2an, makanya nggak dikasih edaran supaya ortu murid hadir secara besok juga bagi raport.
Tapi gue (yang lagi PMS ini) ngerasa sedih dan marah :( mudah2an Langit nggak ngerasain hal yang sama ke gue ya :'(

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, December 19, 2011

Berdamai dengan kemacetan

Sudah rahasia umum lah ya, belah mana pun di Jakarta pasti macet. Coba sebutin, jalan mana yang nggak macet?
Setahun yang lalu, ketika baru berkantor di Kemang, gue masih mau sesekali bawa mobil karena jalur nyebrang ke duren tiga, lalu kalibata dan masuk tol cawang arah Bekasi nggak macet. 3 bulan kemudian? Hadeeeeeh, fly over kalibata itu sedap banget!
Lewat tol JORR? Dari kantor ke arah tol-nya aja bisa 1 jam sendiri. Lewat bangka-tendean? Hidih, mohon maaf lahir batin, NEVER! Akhirnya sekarang2 ini kalo (terpaksa) bawa mobil, gw lewat Bangka 11 yang nembus-nembus ke Mampang. Ga macet? Ya teteub lah macet, menurut looooo? Itu ngantri masuk tol di depan Trans TV menggila banget!

Mengenai kemacetan ini sih, utamanya sejak 1 tahun terakhir semakin sadis. Bahkan hari Sabtu pun macetnya melebihi hari kerja.
Sebenarnya sejak tahun 2008, pas pindah rumah Bekasi, gue udah lebih memilih naik angkutan umum. Tapi saat itu sih emang karena belum punya mobil sendiri aje, hehhee..
Kalau lihat di socmed tiap mau berangkat atau pulang kerja, itu bener2 mulai berasa Jakarta di kepung macet. Prediksi tahun 2015 Jakarta lumpuh total akibat perkembangan mobil yang lebih tinggi daripada jalan raya sedikit demi sedikit mulai berasa.
Banyak banget orang yang mengeluh akan kemacetan. Tapi ya sayangnya nggak melakukan apapun, selain 'nrimo'. Mungkin mengatasi kemacetan itu adalah tugas pemerintah, tapi kalo warganya juga ga melakukan sesuatu sama aja kan?
Tugas pemerintah yang pertama nih, menurut gue bukan memperbanyak jumlah jalanan (pelebaran jalan, dsb) tapi harusnya memperbaiki sistem mass transportation deh. Pelebaran jalan mah, ya emang kudunya sesuai dengan jumlah mobil yang ada, kan? Lagian, pertumbuhan jalan yang cuma 0,1% ga akan bisa mengimbangi pertumbuhan angka di dunia otomotif deh. Coba kontak2an sama Bandung Bondowoso untuk bikin jalanan dalam 1 malam.
Bus Trans Jakarta yang nyaman, orang-orang udah banyak yang mau beralih naik itu, tapi pada praktiknya di jam-jam dan jalur tertentu luar biasa penuhnya. Kali nih, bisa disiasati dengan memperbanyak armada yang populer, misalnya di koridor Cililitan- Grogol (itu yg lewatin gatsu) atau Harmoni- Blok M.
KRL, gue bukan penunggang KRL sih. Tapi sering baca twit teman2 pengguna dan pernah dengar cerita, bahwa sekarang sistemnya jadi ribet gitu ya? Yang dari Bekasi itu kudu berhenti di Manggarai untuk kemudian nyambung ke Dukuh (?) Sementara di Manggarai itu KRL-nya adalah yang dari Bogor. Penuhnya? Wassalam.
Gue pernah nonton sebuah dokumenter tentang public transportation, kereta adalah salah satu angkutan umum yang ideal untuk negara berkembang. Udah lah ya, merem dulu sama orang2 yang mampu beli tas diatas 30 juta setiap bulan. Harus diakui, Indonesia sebenarnya masih negara berkembang. Kereta ini selain (harusnya) cepat, mampu mengangkut dalam jumlah yang banyak, juga terjangkau. Kalo gue lihat di pelem2 sih, di Umrika atau Jepun aja orang2 berjas+dasi naik kereta kooook (etapi gue liatnya di pelem yak, pan belum pernah kesono). Kalo Jepun sih, kata laki gue emang demikian, sistem Kereta disana (apa itu istilahnya disono ya, eike lupa) sudah diatur sedemikian rupa sehingga nggak mungkin telat. Kebetulan dia ke Jepun bikin dokumenter pun, menurut orang yang ngatur2 sistemnya itu, keterlambatan sebuah kereta hanya ditoleransi beberapa detik saja, kalo nggak sistemnya akan berantakan.
Mungkin sudah seharusnya pemerintah (nggak cuma Jakarta doang, tapi menurut gue macet Jakarta yang semakin menggelikan ini udah bisa jadi isu nasional sih) memikirkan jalan keluar dari segala kemacetan yang ada. Udah banyak kan, riset2an yang bilang bahwa macetnya Jakarta merugikan sekian triliun. Ga usahlah berandai2 ada orang mau tender miliaran rupiah, dilihat secara praktikal aja kita sudah cukup tau berapa banyak bensin, solar, yang dihabiskan saat macet berangkat kerja yang bisa memakan waktu hampir 2 jam-an.
Bukannya sombong ya, gue sih sudah melakukan sesuatu untuk mengatasi kemacetan. Yaitu nggak bawa mobil. Walau kalo lagi kesel kadang2 ada setan berbisik, "gila apa, gue udah panas2an susah2 naik angkutan umum tapi masih kena macet juga!" Tapi ya sudahlah, itu kan yang gue pilih.
Saat ini sih, gue merasa cukup berdamai dengan kemacetan ya, kebantu banget sama yang namanya omprengan *hail omprengan!*. Perjalanan Bekasi- Kemang yang memakan waktu 2 jam bisa gue manfaatkan untuk bales2 email, nge-twit dan nulis blog (HAH!)
How about you?
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Monday, December 12, 2011

tentang perceraian

Beberapa waktu lalu ada seorang orangtua murid yang bercerita tentang sahabatnya yang sedang proses perceraian. Minta tolong cariin pengacara sama gue.
Beberapa hari kemudian, sahabat gue cerita ada temannya dia mau cerai juga. Sekali lagi, karena kebetulan sahabat gue ini tau salah satu sahabat gue ada yang pengacara, maka dia minta tolong dikoneksikan ke dia.
Jeda dua hari setelahnya, kakak gue menceritakan tentang temannya yang juga sedang proses perceraian. Pake KDRT segala :(
Lalu tadi pagi, gue dapat kabar tentang salah satu teman yang ternyata sudah memasuki sidang kesekian untuk perceraiannya.

Apa segitu mudahnya untuk bercerai?











Speechless.
Yang kepikiran di gue adalah:
- anak, bukti nyata pernah bersama
- pengeluaran yang harusnya berdua, jadi satu
- tidur biasa sama suami, sekarang nggak
- keputusan biasanya berdua
- kalau suami (yang kemudian jadi mantan) sakit, siapa yang ngurusin?
- foto-foto/ dokumentasi pernikahan, siapa yang mau simpen?
- rumah, di setiap sudut rumah itu pasti ada ceritanya. Pagar yang dibangun, pintu kamar mandi yang rusak, kasur, lemari, dapur, siapa yang sanggup tinggal dirumah yang penuh dengan kenangan bahagia?
- dan banyak lagi

Call me mellow, tapi gue bener2 sedih dengar berita itu secara berturutan. Pasti nggak enak banget dengan kondisi seperti itu. Harus tetap tersenyum padahal dalam hati nangis (pasti ada nangisnya kan, sebenci apapun?)
Kalo kata sahabat gue, "sekarang ini lebih susah nikah daripada cerai".
Yah bisa dilihat dari tabel dibawah ini sih ya, tingkat perceraian makin kesini makin tinggi. Disaat semua orang sudah bisa menentukan jodoh sendiri, nggak harus kaya Siti Nurbaya. Lalu, apa berarti hati kita salah? Apa berarti banyak diantara kita yang jatuh cinta pada orang yang salah? :(*tabel dari situs ini


Setiap orang, setiap keluarga pasti punya cerita dan alasan sendiri dalam mengambil keputusan. Ada yang nggak bisa ditolerir dan berpisah baik-baik, tapi pasti ada juga yang menyisakan kebencian atau dendam. Gue hanya bisa berdoa, semoga langkah itu adalah yang terbaik. Untuk masing-masing individu yang terlibat.

Tapi percaya deh, perasaan saat mempersiapkan semua itu pasti nggak enak banget. Been there.