Wednesday, September 28, 2011

Menduakan, Diduakan, Menjadi yang Kedua

Rame2 soal poligami, apalagi ada salah 1 pejabat yang keparat itu mengeluarkan statement menyetujui hal ini bikin gue gemes gila.

Menduakan
Jaman pacaran sih boleh2 aja ya, walaupun gue tidak melakukannya. Setia? Nggak juga sih, menurut gue, menduakan itu perilaku nggak adil.
Pernah sih nakal2 sedikit, itu pun gue anggap sebagai jalan terakhir karena pacar (waktu itu) nggak mau putus2 juga. Aneh ya, alasannya? But yes, that's me.
Gue sangat2 tidak suka dengan menduakan ini. Sahabat2 gue (yang kebetulan jaman single) banyakan laki tau itu. Sekali ketauan mereka menduakan pacarnya, bisa kena sentil sama gue. Gue akan selalu bilang, "gue ini sahabat lo, cewe, nyokap lo cewe, (dan kebanyakan dari sahabat gue ini) punya saudara cewe. Kalau gue atau mereka yang diduakan, lo senang?".
Alhamdulillah sih, pada lempeng2 aja. Yah nakal2 sedikit, gpp juga. Namapun anak muda. Dan skg sahabat2 gue menikah dengan perempuan2 yang benar2 mereka cintai (yes, I know them so well so I can see from their eyes/ what they said).

Lesson learned.
Pria menduakan cinta is a lame! Kalau mau tegas. Selesaikan dulu yang 1 lalu pindah ke yang lain. Nyesel? Ya itu risiko yang harus lo tanggung. Kan elo yang mau?

Diduakan.
Pernah diduakan? Umm, waktu jaman pacaran nggak pernah. Gue galak bok! Ketauan mereka flirting dikit aja, abis sama gue. Mengutip kakak gue ngomong sih, "pacarannya sama bekas satpam ya begitu deh".
Nggak sih, gue ga galak. Cuma ya itu, gue tegas. Once gue tau ada yang salah atau sedikit mencurigakan, lo harus pilih. Gue atau dia? Atau mau pernah lebih jahat lagi, I did the same thing. Jalan sama pria lain. 1 sama tho?!
Gue sangat tidak menolerir masalah pendua2an ini. Call me conservative, but all I know is in a relationship there's only 2 persons allowed. Bukan 3, atau lebih. Jika lebih dari 2, PASTI salah satu hanya birahi atau bego2annya aja.

Lesson learned.
Perempuan jangan mau dibodohi. Gue ga tau bagaimana suami gue saat ini. But all I know is, I trust him the way he trusts me.
Yang perlu diingat, relationship itu seperti melihat bayangan lo dalam kaca. Saat elo berpaling, maka bayangan dalam kaca juga akan berpaling. Tapi selama elo menatap ke dalam kaca dan tersenyum, maka bayangan dalam kaca akan melakukan hal yang sama.

Menjadi yang Kedua.
OMG, this is sooooooo stupid! Extremely moron, I can say. Jaman single pernah dong ada pria yang udh mo kawin deket2in gue. Layanin aja dulu, pas dia bilang, "nanti kalo aku nikah, aku ga mau hubungan kita berubah". Preeettt! Enak aja, lo pikir lo segitu hebatnya sampe bisa punya 2 perempuan dalam hidup lo? Nope honey, you're not that special.
Pernah sih jalan sama pacar orang, tapi itu juga status gue masih pacar orang :))
Lagian apa enaknya jadi yang kedua, ketiga, dan seterusnya *idih amit-amit*. Selama hidup lo, lo cuma jadi yang kedua, nggak diprioritasin. Gue rasa semua manusia di muka bumi ini selalu pengen jadi yang pertama deh, terutama dalam urusan cinta2an.
Apalagi yang istri kedua, hiiih, gue sih kebayangnya seumur hidup bakal dihantui perasaan bersalah dan khawatir kalau2 si laki2 ternyata punya yang ketiga atau seterusnya.
Dan perempuan2 (atau ada juga laki2?) yang menjadi kedua, please get a life! Dunia ga selebar daun kelor, masih banyak ikan di laut, kenapa lo harus ngambil ikan yang udh nyangkut di mata kail? Pernah nggak kalian mencoba berada di posisi orang yang diduakan? You just don't know how much it hurts, berapa besar kerusakan yang telah lo lakuin dan berapa banyak anak kehilangan figur ayah (terkadang juga ibu, karena si perempuan yang diduakan keburu stres misalnya) karena kelakuan kalian.

Lesson learned.
All I can say, if a man can't be with u all the way, it means that he doesn't love u that much.
Dan menurut gue, semua perempuan berhak mendapatkan yang terbaik untuk hidupnya.
Kepikir ga, dengan segampang itu dia ngomong maka suatu hari nanti dia bisa ngomong hal yang sama dengan perempuan lain? Don't be a fool.

"Bila tak lagi kau resapi, cinta hanya 'tuk dua hati.."
-Sudah Berlalu, Iwan Fals
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, September 13, 2011

Don't be a Fool, Coz You're not Fool

Menurut gue nih, walaupun perempuan hidup di dunia yang serba patriarki, tapi sebenarnya perempuan memiliki kekuatan untuk menggerakkan dunia.
Di buku Pope Joan yang gw baca tempo hari, emang sih fiksi sejarah. Tapi bahkan sebuah fiksi (apalagi tema sejarah) pasti ditulis berdasarkan riset kan? Disana jelas tertera bahwa kaum perempuan sangat dilarang untuk pintar. Ga usahlah pintar, bisa baca aja bagaikan kiamat dalam sebuah keluarga.
Terus, belum lagi emansipasi perempuan yang begitu digembar-gemborkan. Emang kenapa harus sih? Segitu lemahnya-kah perempuan? Jadi berlawanan sih ya, perempuan dianggap lemah hingga harus dibela (sampai2 ada menteri peranan wanita, kenapa peranan pria nggak ada? Dunia ini kan ada 2 jenis kelamin. Helloooo... )
Kalo dipikir-pikir, kenapa sih segitu nggak bolehnya perempuan jadi pintar?
Mungkin, mungkin niiiih, sejak awal terbentuknya dunia ini (gue ga mau merujuk ke agama apapun ya, di luar kekuasaan), kawula pria sudah menyadari bahwa perempuan memiliki 'kekuatan' lebih jika dibiarkan mereguk *ceile bahasa gue* kebebasan yang sama dengan mereka. Pria menyadari bahwa perempuan memiliki kekuatan yang mereka nggak miliki. Apa sih? Gue ga tau sih, bisa jadi hati, perasaan, sentuhan, atau bahkan lirikan.
Seperti kita semua sudah tau ya, pria biasanya akan lemah kalau sudah berurusan dengan air mata apalagi jika birahi sudah bicara.
Nah, dari sini gw baru ngomongin masalah selingkuh, poligami, dan lain sebagainya (terinspirasi dari ramenya sebuah pengakuan reader di blog kakak gue sih, hihihi)
Gw pernah dengar dari para generasi tua, bahwa selingkuh, cinta2an, dsb itu nggak mungkin terjadi kalau perempuannya ga kasih kesempatan.
Ilustrasi yang paling mudah ya dari pengakuan si mbak itu di blog kakak gw. Setelah sekian lama menghilang, si mbaknya lalu kembali mencari si lakor alias laki orang itu. Sesimpel itu langsung gw nuduh bahwa perempuan memberi kesempatan? Inget postingan gw tentang perempuan itu kuat? Yak, disana gw bilang bahwa seorang lelaki bisa move on dengan mudahnya. Sejauh ini pria2 yg gue kenal juga gitu ya, secinta2nya sama seorang perempuan, they will move to another woman. Belum pernah ketemu sih, yang nungguin cintanya sampe mati. Kalo perempuan, banyak. Bukan karena perempuan bodoh ya, tapi karena perempuan will do anything for love, even if it hurts. (Hayo ngaku deh, iya kaaaaaan? *ngaca* )
Seperti juga si oknum mbak itu, dia melakukan karena katanya cinta. Cinta siapa? Dia kan. Emang lakor itu cinta? Kalo cinta juga, ya tinggalin 1st wife dan hidup bahagia sejahtera aman sentosa dong, sama si mbak ini. Dalam pandangan konservatif gue nih, cinta atau jodoh itu hanya untuk 2 manusia, bukan 3 apalagi lebih. Kalo cinta sudah melibatkan lebih dari 2 orang, namanya bukan cinta lagi, tapi salah satunya pasti birahi. Dan si lakor ini, sayangnya telah kalah dengan 'kekuatan' si mbak ini mengejarnya.
Ini baru 1 contoh kasus, pasti ada belasan, puluhan, bahkan ribuan kasus serupa seperti mbak dan lakor ini.
Mudah2an ilustrasi gue yang serba lompat2an ini bisa menggambarkan ya, betapa 'kekuatan' perempuan itu luar biasa. Dan mudah2an sih, kita (kita? Elo aja kali, Lit!) Nggak menyalahgunakan kekuatan yang kita miliki ini. Amin!

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®