Thursday, June 30, 2011

Mabuk Cinta

Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri

Aku bahagia
Sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa
Karena kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia kau kembali
Hari ini aku bahagia jatuh cinta lagi

Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi


http://musiklib.org/Iwan_Fals-Mabuk_Cinta-Lirik_Lagu.htm

Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri

Aku bahagia
Sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa
Karena kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia kau kembali
Hari ini aku bahagia jatuh cinta lagi

Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi


http://musiklib.org/Iwan_Fals-Mabuk_Cinta-Lirik_Lagu.htm

Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang s’lama ini mati suri

Aku bahagia, sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia, Kau kembali
Hari ini aku bahagia, Jatuh cinta lagi

Wangi bunga, hangat mentari
Semua jelas kurasakan asyik sekali
Rasa benci, sakit hati
Terbang menghilang, jauh pergi

Aku bahagia…
Denganmu lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa, kar’na kau kembali percaya padaku

Jika aku tahu dari dulu saja
Aku tak mau khianati kamu
Jika aku tahu begini rasanya
Aku mau bahagia sampai mati

- Iwan Fals-
Pagi ini ayamku berkokok keras sekali
Seperti memaki bangunkan aku dari mimpi
Hari ini pacarku yang cantik telah kembali
Melelehkan hatiku yang selama ini mati suri

Aku bahagia
Sekali lagi ku jatuh cinta
Hari istimewa
Karena kau kembali percaya padaku

Hari ini aku bahagia kau kembali
Hari ini aku bahagia jatuh cinta lagi

Wangi bunga hangat mentari
Semua jelas kurasakan asik sekali
Rasa benci sakit hati
Terbang menghilang jauh pergi


http://musiklib.org/Iwan_Fals-Mabuk_Cinta-Lirik_Lagu.htm


Iya, gue mabuk cinta sama orang ini:
Love you sooooo much, kiddo!

Wednesday, June 29, 2011

Angels around me

Nggak ada yang spesial dalam hidup gue.
But I have a lot of guardian angel yang selalu siap menjaga kemanapun gue pergi.

Malaikat gue yang pertama adalah nyokap. She always be there for me, tapi sialnya gue nggak selalu ada buat dia. Kemana gue, saat nyokap mengalami satu musibah cukup besar buat keluarga kami beberapa waktu lalu? Kemana gue saat nyokap harus bolak balik ke dokter (yg untungnya deket rumah)? Tapi nyokap selalu datang ke rumah gue, mengunjungi cucunya, bawain makanan2 favorit gue atau Langit, selalu nanya apa gue udah sampe rumah kalo waktu udah menunjukkan pukul 8 malam.

Malaikat gue yang kedua adalah kakak gue. Orang yang selalu memberikan pandangan2 logis dalam setiap masalah yang gue hadapi, yang selalu merelakan bahunya untuk gue tangisi karena gue nggak bisa nangis depan nyokap, yang selalu bisa dipinjemin duit *eyalo, ga enak belakangnya*.

Berikutnya adalah bokap. Guardian angel dengan caranya sendiri. Dalam diam, beliau mengamati untuk kemudian melindungi. Bokap bukan orang yang bisa memeluk dan menanyakan perasaan gue, tapi dari tatap matanya gue tau kalau dia kecewa, sedih atau bahagia.

Lalu ada malaikat kecil yang muncul dari dalam rahim gue bernama, Langit. Kehadirannya (mungkin lebay) tapi bener2 membuat dunia gue yang tadinya flat jadi lebih berwarna. Mungkin itu sebabnya gue menambahkan nama Pelangi dalam namanya. Bahkan disaat paling terpuruk pun, she has ability to make me smile. Langit menjaga gue dengan cara yang tak bisa diduga. Dengan tawa, manja dan peluknya, Langit menjaga gue agar tetap tegar berdiri, melupakan tangis dan kecewa. Bersamanya, dunia gue akan selalu ceria, dia menjaga agar sisi keceriaan gue tetap hidup. Love u, kiddo!

Dan ada sahabat, teman atau bahkan kenalan yang bahkan bertemu saja belum pernah, hadir untuk menjaga gue tetap waras. Para sahabat yang luar biasa sabar mau mendengar, teman yang memberikan support dan kenalan yang memberikan hiburan lewat cerita2 mereka entah lewat twitter, blog, forum atau jejaring sosial lainnya. Membuat kepala gue tetap ditempatnya, dan hati gue bekerja seharusnya. Nggak hanya sendiri, merenungi nasib yang sebenernya ngapain juga direnungi.

Mungkin hidup gue biasa banget, mungkin kisah gue standar abis. Tapi dengan mereka di sekitar gue, maka gue bisa merasakan hidup ini luar biasa.

Now, do u have one?
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Friday, June 24, 2011

Aku dan Pendayung Sampan

Sang pendayung sampan tak melakukan apapun saat sampan yang kami tumpangi goyah tertiup badai
Aku berusaha mengambil dayung cadangan, agar bisa mengarahkan sampan itu kembali kejalurnya

---

Tak ada yang istimewa saat aku memutuskan untuk memilih sampan yang ini.
Dikala sampan lainnya menawarkan kenyamanan, kemewahan atau bahkan hadiah-hadiah menarik, aku malah tertarik pada yang satu ini.
Pendayung sampan yang kupilih ini hanyalah seorang pria sederhana. Tapi sinar matanya menyorotkan kekuatan dan kejujuran. Dua hal yang kupercaya bisa mengantarku ke pulau kebahagiaan.
Diawal perjalanan, aku dan pendayung sampan kerap bertukar cerita. Tentang kehidupan kami di daratan, cita-cita dan harapan. Badai-badai kecil selama perjalanan, bisa dilalui berkat kekuatan dan kejujuran sang pendayung sampan.
Lautan yang tenang menghampar di sepanjang jalan kami. Lama kelamaan, aku pun terkadang bosan dengan perjalanan diatas sampan ini. Aku tau, si pendayung sampan juga mengalami kebosanan serupa. Kami pun kehabisan kata. Pendayung sampan berkata aku terlalu penuntut, ingin perjalanan ini serba enak. Aku mengatakan, pendayung sampan tidak memerhatikan kesejahteraan penumpangnya. Sampan kami mulai sering bergoyang, bahkan jika hanya tertiup angin sepoi sekalipun.
Hingga suatu malam, sampan kami bocor! Air mulai masuk sedikit demi sedikit. Aku berusaha sekuat tenaga menutupi kebocoran itu dan mengeluarkan air dari dalam sampan kami. Terus, terus, dan terus..
Tapi sang pendayung sampan hanya berdiam diri.
Menyaksikan usahaku dengan sorot mata yang kutau bukan miliknya. "Aku menyerah. Aku tak bisa membawamu menuju pulau kebahagiaan. Jika kau mau meneruskan jalanmu, teruskanlah. Tanpa aku.."

Aku mencoba bertahan. Malam berganti pagi, pagi berselang senja, kuterus mendayung sampan yang sudah tak bertuan ini. Siapa tau si pendayung sampan ini berubah pikiran melihat semangatku. Siapa tau dengan mengingat segala impian yang pernah kami saling ceritakan, ia mau kembali beriringan bersamaku menuju pulau kebahagiaan.
Ternyata tidak.
Ia hanya bergeming di tempatnya diujung sampan ini.

Dan aku menyadari, semuanya sia-sia.
Perlahan, sampan berhenti. Aku pun harus menyudahi ceritaku dengan pendayung sampan ini.
Sambil menutup mata, kupeluk erat dayung darinya, sebagai tanda mata.

#edisiomprengan :)
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, June 22, 2011

Hilang

Kalau bicara tentang kehilangan, gue masih cetek banget kali ya.

Kisah gue tentang kehilangan hanya berkisar pada kecopetan waktu naik KRL, kehilangan buku favorit yang dipinjem teman dan ga dibalikin (alchemist, bertanya atau mati, seven magic, perahu kertas, dan banyak lagi).
Apakah gue harus bersyukur karena gue belum mengalami kehilangan yang begitu dahsyat efeknya buat hidup gue? Seperti layaknya Ron Weasley yang bersyukur nggak bisa lihat thestral?
Bersyukur karena Langit masih ada di dekapan gue, bokap nyokap masih ada kapanpun gue butuh, kakak gue yang selalu ada saat gue mengadu serta sahabat2 yang sabar mendengar keluh kesah gue, dan teman2 yang bisa bikin ketawa.

Sering gue nangis saat mendengar seseorang kehilangan orangtua, pasangan atau bahkan anaknya. Gue bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan gue jika harus kehilangan mereka. Cengeng? Yup, that's my middle name.
Tapi apa berarti bayangan gue akan kehilangan itu sebanding dengan yang mereka sungguh alami? Nope, I don't think so.
Apakah dengan membayangkan membuat gue lebih siap menghadapi kehilangan? Nggak juga.

Ada sebuah lagu jadul yang judulnya, you don't know what you've got until its gone.
Apa berarti kita harus kehilangan dulu, supaya kita bisa merasakan apa yang pernah kita miliki?
Don't ask me..


sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Sunday, June 19, 2011

Puisi Basi

Dulu gue kayanya gampang banget bikin puisi, kenapa sekarang susah ya?

Kalimat-kalimat indah bisa dengan mudah mengalir dari otak ke tangan. Ho oh, jangan suruh ngomong deh gue, mendingan nulis/ ngetik aje. Puisi tentang cinta, patah hati, persahabatan, kelahiran, sampai tahun baru. Membuka kembali puisi yang gue tulis tangan beberapa tahun yang lalu saat ini, kadang suka takjub, "apa bener ini gue yang nulis ya?"
Apa mungkin saat itu gue masih memandang dunia secara naif ya? Sehingga hati gue, perasaan gue saat itu masih begitu sensitifnya menangkap keindahan sebuah rasa (bahkan patah hati sekalipun?)
Kehidupan pernikahan, berkeluarga, gue diartikan sebagai kehidupan paling kompleks sepanjang umur gue. Masalah tak lagi hanya berkutat tentang perasaan gue sendiri tapi juga anak, pasangan, keluarga, kerabat, dst dsb. Analisa amatir sih, dengan segala kerumitan ini membuat hati gue makin lama semakin menebal sehingga sudah nggak bisa lagi menangkap keindahan rasa untuk kemudian dirangkai melalui kata-kata.
Kalo lihat anak-anak sekolah, kuliah atau fresh grad, suka iri sih. Permasalahan hidup mereka masih berkisar seputar ujian, lulus, pacaran, putus, cari kerja. Semuanya berdasarkan keputusan diri sendiri kan tuh..
Rindu sih untuk merangkai kata-kata indah, tapi kalau dicoba, kenapa malah berkesan cheesy ya? Mungkin gue udah terlalu pesimis memandang hidup ini kali ya, tentang cinta misalnya, kalimat "malam ini tak lagi sama tanpa kehadiran bulan diatas sana", kalau dulu terdengar "weh, bole juga", sekarang jadi "cih, menye2 banget sih lo".

Seorang teman yang pernah membaca puisi2 saya baru2 ini bertanya, "saya rindu baca puisi kamu".
Gue bingung jawabnya, ga sempat? Nggak juga, buktinya sempat ngetwit, ngeblog, dst. Dan dulu juga bukan yang santai2 banget hidupnya.
Jadi palingan gue kasih jawaban konyol, "kemampuan gue menulis puisi kayanya sudah hilang kebawa sama air ketuban pas melahirkan".

Atau mungkin benar ya? Karena sekarang gue udah punya puisi paling indah yang pernah tercipta, berjudul: Langit Kilau Pelangi..

*lagingacoberat
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Saturday, June 18, 2011

Pelita hati*?

Gue dibesarkan bukan di keluarga yang konsumtif. Eh konsumtif ga ya? Tepatnya, senang belanja tapi yang mure2 :))

Jaman belum nikah, gue udah kerja dengan gaji yang cukup untuk diri gue sendiri dan bantu2 bayar biaya kuliah. Selepas kuliah, duit bener2 utuh buat gue ditambah kenaikan posisi yang memungkinkan gue dapet bonus per 3-6 bulan sekali. Jumlahnya? Mungkin ga terlalu besar, eh tapi lumayan lah, bisa 2-3x gaji juga sih!
Duitnya diapain? Gue jaraaaaang banget beli benda bermerk (kalau mereka nggak sale). Seringnya itu duit gue bagi2in atau traktir ke tim gw dikantor yg ga dapet bonus dan nyokap. Sisanya, buat pergaulan. ngopi2, karaoke, billiard (oh iyes, bisa main billiard setiap hari loh, mamah ini). Paling beli laptop atau handphone terbaru dijamannya (teringat nokia 6630 waktu pertama keluar dan gue beli harganya diatas 5 jt sajah)
Pas pindah kantor, lagi2 gw dapet gaji yang lumayan untuk status single. Daaaaan, lagi2 juga duitnya abis untuk atas nama pergaulan :)) *toyor kepala sendiri*

Tahun 2009 kantor gue lay off seluruh pegawainya. Ga usah diceritain detail ye, panjang bener ceritanya. Ada waktu seminggu buat dengerin? :p
Seluruh pegawai dapet pesangon (ada yang) hingga 24x gaji. Can u imagine? Kalo gaji gue 2 juta aja udh 48 juta cuy! Jadi jutawan dweh yang ada :D
Tapi karena ga biasa beli benda2 bermerk, teteub aja dikala itu duit nggak gue beliin benda2 dahyat misalnya tas berlogo desainer, gitu. Yang ada duitnya gue beliin meja makan dan kursi tamu yang kebetulan emang belum punya. Padahal kalau mau diikutin, masih cukup bener mau beli sebangsa LV apalagi LC/ KS.
Eh bukannya sombong deh, beneran. Mungkin karena ga biasa aja ya, jadi gue prefer nyimpen uangnya, ikuti pepatah "safe it for a rainy day".
Bukannya nggak kepengen, udah sempet eyeing beberapa tas di FD loh, hehehe.. Namapun perempuan, nanti-nanti dan nanti, akhirnya malah nggak kebeli satupun tas desainer yang dipengenin :)) *kebanyakan mikir sih* mikir juga soalnya, gue lebih suka kemana2 naik angkutan umum/ ojeg/ sesekali taksi, nanti kalo nenteng2 tas desainer terus disilet orang gimane? Bisa nangis darah bok!

Sampe sekarang juga gitu, kalau ada uang lebih gue milih untuk nraktir/ beliin nyokap/ Langit sesuatu drpada beli benda mahal buat gue. Kadang ada bisikan di telinga "elo berhak lah bersenang2, memanjakan diri dengan tas atau sepatu cantik". Tapi lebih berat bisikan, "elo senang kan kalo nyokap senang?" Atau "elo seneng kan kalo Langit diajak ke taman mini sesuai yang elo janjiin?", dan hal2 spt itu.

Yah kesimpulan gue sih, gue terlalu pelit untuk memanjakan diri gue sendiri dengan benda2 cantik, modern dan keren aja kali ya..
Eh ada 1 deh yang gue bisa gile kalo belanja, buku! :))

*pelita hati= pelit

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Thursday, June 16, 2011

Time after time

Sadar ga sih kalau kita seringkali melakukan sesuatu dengan terburu-buru?

Makan siang terburu2 karena jatah break dikantor hanya 30-60 menit
Mandi terburu-buru karena takut kena macet
Nidurin anak terburu-buru karena khawatir ketinggalan drama series di tv/ ketinggalan pembicaraan seru di TL twitter, mungkin? :)
Bekerja terburu-buru karena dikejar2 deadline
Dijalan marah2 kena macet karena terburu-buru ke tempat meeting
Dan banyak lagi.
Lalu, kapan ya kita nggak terburu-buru?

Kalau sudah begini, rasanya 24 jam nggak cukup untuk melakukan semua aktifitas. Rasanya waktu cepat banget berlalu sehingga to-do-list nggak semuanya terpenuhi.

Kalau gue boleh memilih, satu2nya waktu yang pengen gue bisa lambatin adalah menyaksikan pertumbuhan Langit. Baru kemaren rasanya gue ke laktasi untuk konsultasi gimana caranya biar ASI gue cukup, baru kemaren rasanya gue hamil dan merasakan gerakan-gerakan halus di perut gue. Tau-tau sekarang Langit udah 3 tahun. Ngomongnya udah banyak banget, menyerap dengan cepat segala hal.
Baru kemaren rasanya bertanya-tanya, "duh kapan ya anak gue jalan, pasti lucu". Tau2 sekarang dia udah bisa lompat2an, dan lagi belajar lompat kaki satu. Cepet banget semuanya berlalu, hampir ga gue sadari.
Kalau waktu gue bisa dilambatin saat sama Langit, mungkin gue bisa mencatat dengan pasti tahap2 perkembangan dia for my own record. Kalau waktu bisa diputar kembali, gue pengen bisa menarik semua marah yang pernah gue berikan ke dia.

Ada sebuah buku karya Carl Honore yang judulnya In Praise of Slowness (gue belum baca bukunya sih) yg memberikan ide jika dunia ini berjalan dgn tidak terburu2. Kalau gue ngelihatnya mungkin lebih ke bagaimana kita menghargai waktu ya, bagaimana kita menikmati setiap langkah saat kita berjalan, menikmati setiap suapan saat makan, menikmati setiap tawa yang hadir di wajah anak kita.

Sebuah quote yang gw contek dari blog kakak gue: "One day your life will flash before your eyes. Make sure its worth watching." [Unknown]

Percaya deh, waktu nggak akan bisa diulang. Nikmati dan bersyukur, karena akan menjadi sebuah cerita kita dimasa depan..
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Wednesday, June 15, 2011

If life is so short

Baca blog post kakak gw yang terakhir bikin gw mikir lebih jauh tentang sebuah perpisahan.

Di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan ya? Entah itu pulang ke rumah masing2 karena waktu ngobrol2 udah selesai, perpisahan sama teman kantLinkor karena jam kerja usai/ resign, perpisahan sama orangtua karena pindah rumah, pisah sama pasangan karena perceraian, dan lain sebagainya.
Gw sering banget ngalamin yang setelah berpisah, nanti ada hal-hal yang belum diungkapkan atau diomongin sama mereka. Misalnya nih, tadi baru aja balik dari rumah kakak gue, eh lupa tadi gue harusnya mau ngomongin si A (halah ini mah gosip) atau pisah sama rekan kerja karena udah kelar jam kerja, eh kudu kirim email karena tadi pas jam kerja ada yg lupa dikirim, dan lain sebagainya.
Itu masalah duniawi/ fisik, kalo perasaan gimana?
Minggu lalu salah 1 teman SMA gue ada yang meninggal. Seusia gue, anaknya seusia anak gue juga. I feel sorry for the family he left. Pasti berat banget.
Kepikiran lah, nanti kalo gue nggak ada sempet nggak ya gue mengungkapkan semua yang gue rasain ke orang2 terdekat gue?
Perasaan sayang gue ke bokap, nyokap, kakak gue..
Cinta yang tak berkesudahan ke Langit..
Respect ke kakak ipar gue..
Kebanggaan sama teman-teman gue..
Ke si A bahwa elo suka gue mimpiin
Ke si B bahwa twit elo suka gengges
Ke si C bahwa suka pamer itu menyedihkan
(Eyalo ngaco, hihihi)

Kalo perpisahan terjadi sama suami gue misalnya, sempet nggak ya gue bilang bahwa selama ini gue bisa kok hidup tanpa elo tapi gue nggak mau, bahwa gue bangga dengan rumah+mobil (walaupun second asal nggak KW) yang udah lo sediain buat gw dan Langit, bahwa mungkin kebahagiaan ini sementara tapi gue nggak menyesal karena atas 'kerjasama' yang baik telah menghasilkan anak cantik bernama Langit Kilau Pelangi, bahwa gue nggak keberatan sering ditinggal kerja kemana2 dan dikabarin cuma seperlunya but I knew he's ok,bahwa kalau gue nggak ada tolong koleksi buku gue jangan dibuang/ dipinjemin ke orang, bahwa.... Ah banyak banget ternyata. Sempet nggak ya, gw mengungkapkan itu semua?

Perpisahan kadang bisa direncanakan, tapi seringkali diluar perhitungan. Perpisahan yang direncanakan dgn matang sekalipun seringkali masih menyisakan sesal diantara pihak2 yang berpisah, apalagi yang pisah karena kemauan-Nya?

Maap ye, gue sangat belum mau ngebayangin berpisah sama Langit. Bisa sembab berat mata gue besok, secara cengeng berat when it comes to her :'(

Memang sih, kalimat turun temurun jodoh, rejeki dan maut itu ada di tangan Tuhan dan manusia bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan.
Jadi, kalau hidup begitu singkat dan nantinya akan ada perpisahan, kenapa harus kita rencanakan?

sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

Tuesday, June 14, 2011

Everyone have their own drama

Terinspirasi dari obrol2 kemaren sore di Otaru (lirik hanzky, vanya, mandey)

Gw sering banget ngomongin betapa kita sering berpendapat kehidupan orang lain lebih baik daripada kita sendiri.
Tapi bahkan, dalam kehidupan yang (terlihat) paling sempurna pun, drama pasti ada. Bukan masalah ya, tapi drama. Iyak, drama yang semacam di film-film atau sinetron begituh :)

Salah 1 sahabat gw, misalnya. Dia punya kehidupan paling sempurna yang pernah gw liat. Perfect job, perfect family, wife, he's got the look, brain etc etc. Sampai kemudian dia cerita sm gue bahwa dia baru menemukan sebuah fakta mengejutkan ttg ayahnya (maaf ya gw ga cerita detail, its so personal). Ini bikin dia sempet hancur, tapi alhamdulillah dia sekarang udah baik-baik aja. Tapi ujungnya jadi berkurang respect aja terhadap sang ayah.

Sahabat gw yang lain, punya drama tertentu dengan ibu tirinya yang notabene beda usianya hanya 10-15thnan. Atau ada juga yang dalam keluarganya ga ada drama, tp keluarga besarnya yg penuh drama :)

Ga jauh2, hidup gw juga penuh drama kok. Kalo gw ceritain detail, nanti kalah bok Cinta Fitri :))
Gw sebisa mungkin meminimalisir cerita2 ttg drama hidup gw sih, karena entah kenapa kadang2 dengan menyadari bahwa hidup orang lain banyak yg lebih drama daripada gw malah bisa bikin gw bersyukur. "Ternyata drama gue belum ada apa2nya", hehehe.. (Mengambil keuntungan diatas duka orang lain, maaf ya)

Tapi kadang2 yang ga bisa di setop itu adalah paduan jempol dan kesendirian. Kalau udh ketemu 2 hal itu, langsung deh otak gw mengirim sinyal ke jempol untuk mengetikkan sesuatu di keypad blackberry entah utk twitter/ facebook -__- payah emang.. Jadi lah, kegalauan gara2 drama itu terpublikasi, walaupun gw jarang detail ya, tp cukup lah membuat orang bertanya-tanya (atau mungkin mengambil kesimpulan sendiri) --> GR banget, semacam dibaca sm banyak orang aje :))

Eh soalnya gw sering juga sih, membaca status org2 di jejaring sosial dan menyimpulkan bahwa si A lagi drama sama ibunya, si B sama suaminya, si C sama kakaknya, dst dsb. Padahal kan, belum tentu ya? Yah, namapun kesimpulan pribadi, dan itu sah2 aja.

Enihei, kita emang ga selalu bisa bilang bahwa kita adalah manusia termalang didunia. Mengutip kata temen nyokapnya Affi abs nonton Ayat2 Cinta yg konon fenomenal, sedih dkk itu, "ah, lebih sedih hidup gue dibanding film itu". Nah kan, bahkan film yang didramatisasi aja masih ada yang ngalahin kesedihannya :D

Resep mau merasakan drama:
Sepi+sendiri+khayalan apapun= drama tingkat tinggi

Selamat mencoba :D

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, June 10, 2011

small world phenomenon

Ini adalah salah satu teori dari seorang peneliti muda, Roby Muhamad.
Intinya sih, penyempitan dunia bukan secara fisik tapi secara sosial. Pertama kali baca ini ada di koran Kompas, lupa pastinya tahun berapa, kemudian di chicklit Cintapuccino juga Icha (si penulis), menyentil tentang small world phenomenon atau fenomena dunia menyempit ini.

Dulu sih pasti kita sering ya, kalo ketemu orang baru yang ternyata sahabatnya sepupu atau kenalannya ibu, akan ngomong "ya ampun, dunia sempit banget ya"

Ternyata bener aja gitu, sudah dunia makin sempit dengan jumlah penduduk yang terus bertambah (hidup KB), American pop Culture juga bilang bahwa kita bisa kenal dengan satu orang maksimal 6 rantai pertemanan. Kalau istilah di jejaring sosial, 2nd degree, 3rd degree, hingga 6th degree :)

Misalnya dengan presiden Amerika, Obama. Bisa loh kurang dari 6 degree. Gue nih contohnya, gue pernah kenal sama Anisa Pohan (tau deh dia masih inget apa kagak, hihihi), Anisa Pohan menikah dengan Agus Yudhoyono yang mana adalah anak dari presiden SBY (hey, ke SBY aja gue bisa 3 degree kan?) dan SBY tentunya kenal sama Obama (ihiy, cuma 4th degree loh)

Dengan makin berkibarnya jejaring sosial, maka rantai-rantai hubungan yang tadinya panjang malah bisa semakin pendek. Nggak pernah ketemu muka, tapi tau2 saling follow di twitter karena kesamaan minat. Temen jaman SD, ternyata aktif di forum yang sama. Mantan gebetan waktu kuliah ternyata menikah sama salah satu follower di twitter. Dan banyak contoh lainnya.

Contoh lagi beberapa hari lalu, bos gw waktu di Oasis mention gw, di RT oleh salah satu followernya yang ternyata kenal (saling follow) sama salah satu editor gue di Komando. Heyak, ketemu dia lagi di dunia maya, setelah beberapa tahun nggak ketemu :D

Walaupun banyak untungnya dengan perpendekan rantai hubungan ini, tapi juga harus lebih hati2 sih. Kenapa? Dengan semakin sempitnya ruang gerak sosial, berarti setiap di jalan atau tempat umum, bisa 4-5 orang yang terkait rantai hubungannya dengan kita. Hayo loh, yang suka macam2 kudu tiati nih *nyengir*. Kalau dulu kudu sewa detektip untuk tau posisi pasangan, sekarang mah ada GPS. Eh kalo nggak ada GPS juga bisa aja kan ketauan dari jejaring sosial ini?
Hihihi...
Meri ah :)

Oh iya, gw pernah nulis tentang ini juga di multiply, 4 tahun yang lalu: dunia menyempit #1