Beberapa hari belakangan, rasanya belum kekinian kalau belum
nonton Dilan. Nggak tahu? Astaga! Nggak gawl ah! Haha.
Gue kasih trailernya nih ya:
Di awal kemunculan berita novel Dilan 1990 akan difilmkan,
gue nggak terlalu ngikutin. Cuma sekadar tahu, bahwa novel karya Surayah Pidi
Baiq akam difilmkan. Thats it. Beberapa hari jelang rilis, baru deh terpapar di
explore-nya Instagram tentang film ini. Kemudian nonton trailernya, lihat
pemain-pemainnya, eh kok daku penasaran. Apalagi Dilan diperankan Iqbaal
yang ex Coboy Junior. For real?!
Gue sih nggak termasuk yang ikutan mencela, ya. Wong gue
baru ngikutin sungguh-sungguh filmnya pas udah ada trailer. Jadi udah
lihat sekilas aktingnya. Dan, not that bad. Bahkan kata gue Iqbaal ganteng dan
keren amat, terutama di scene ini:
yawla.. tante dredeg lho, lihat foto ini 💖💖 |
Sebagai penggemar bad boy dari dulu sampai sekarang, menurut
gue usaha Iqbaal menginterpretasikan Dilan dapet banget kok. Scene naik motor di atas dan fighting, keren banget dah. Oh ya, di novel,
Dilan memang nggak diceritakan secara fisik bertampang bad boy, kasar, dan
sebagainya. Dilan di novel hanya diceritakan sebagai anak yang cerdas,
pemberani, kocak, dan panglima tempur gemg motor. Setahu gue lagi, anak
geng motor nggak semuanya berwajah kasar. Kalo tengil, sih, mungkin.
Gue nonton filmnya di hari ke-2 tayang. Sestudio isinya
bocah seragaman semua. Bukti akting Iqbaal dan Vanesha oke, ya, selama film
banyak yang pada jejeritan "Aaaw" atau ketawa sama jokesnya sementara gue
yang sudah makan asam garam kehidupan [tua, dewasa, maksudnya], senyam senyum inget masa muda. Hahaha.
Buat yang baca bukunya, menurut gue film ini nggak
mengecewakan baik dari sisi akting tokoh utama dan jalan cerita. Semua adegan
penting dalam buku tertuang dengan manis. Mungkin karena Si Penulis terjun
langsung dalam pembuatan dan juga pemilihan pemeran, ya. Dan gue juga baru
tahu pemeran-pemeran pendukung lainnya juga ternyata oke-oke lho. Ada Debo yang
dulu Idola Cilik, suaranya bagus amat dia jadi Nandan dan oke lah aktingnya. Plus
Gusti siapa itu jadi Anhar, keren abis! Doi juga ternyata pernah masuk nominasi
IMA. Walau di film Dilan 1990 ini memang belum terlalu kelihatan peran mereka, karena
memang fokus di usaha Dilan ke Milea, tapi di 2 buku selanjutnya [kalau bakal
dijadiin film juga] bakal banyak harusnya, peran mereka di dalam cerita.
Dari sisi teknis, ada beberapa hal yang dijadikan catatan,
sih. Model kaya green screen yang kurang halus, pengambilan gambar yang berasa
kaya tvc, logat pemeran yang kurang Sunda, makeup yang terlalu tebal dan kurang
terasa era 90-annya.
Buat yang nggak baca novelnya, memang film ini ya just
another teen love story. Pasti nggak kerasa sisi emosionalnya. Banyak
yang komen gaya bahasa dan jokes yang krik-krik. Tapi sekali lagi, karena
nggak baca novel, jadi memang pasti nggak dapet bapernya.
Atau buat yang baca novelnya, tapi nggak suka. Ya mendingan nggak usah nonton. Haha.
Atau buat yang baca novelnya, tapi nggak suka. Ya mendingan nggak usah nonton. Haha.
Gue baca novel ini 2015, pinjem bukunya @qhisanak yang
memang ngefans berat sama Pidi Baiq. Menurut dia buku ini keren banget. Karena
nggak tahu kalo segitu banyaknya orang yang doyan buku ini, ya, gue baca biasa
aja. Eh kok, i feel related. Karena, gue pernah merasakan apa yang Milea
rasain. Dideketin sama cowok yang ke-absurd-annya mirip Dilan. Haha. Subyektif,
ya?
Novel Dilan yang ke-2 gue bete. Karena Milea nggak banget.
Terlalu ngatur. But then again, bukankah zaman kita SMA dulu, pas pacaran
penginnya ngatur pacar kita? Pengin cowoknya jadi anak baik, padahal kita
naksirnya karena mereka bad boy. Kita mau sama para bad boy ini karena sudah merasa 'menaklukkan'. Kemudian ketika mereka sudah jadi pacar, maka kita berusaha mengendalikan. Teori gue sih, begitu. Ya nggak, sih?
Kalau di 2 novel pertama ditulis dari sudut pandang Milea,
maka di novel ke-3, dibuat dari sudut pandang Dilan. Sebagai perempuan yang
terlalu banyak bergaul sama laki-laki, gue lebih suka versi Dilan. Versi Dilan
dengan logikanya. Terus jadi tambah bete sama Milea. Walaupun versi Milea lebih
detail keanehan-keanehan Dilan, jadi suka ikut baper sendiri.
Beberapa anak-anak di kantor lama gue dan yang gue baca di sosmed pada bete gegara ending hubungan Dilan dan Milea yang nggak kaya cerita cinta Disney, 'happily ever after'. Lha, ya kan pacarannya masih SMA. Kalo pun udah kepikiran serius, tapi kan perjalanan masih puanjaaaaang... Walaupun ada banyak sih, di sekitar gue yang akhirnya menikah dan bahagia dengan kisah cinta sekolahnya. Tapi ya, intinya mah, apa sih yang lo harapkan dari kisah cinta zaman sekolah?
Beberapa anak-anak di kantor lama gue dan yang gue baca di sosmed pada bete gegara ending hubungan Dilan dan Milea yang nggak kaya cerita cinta Disney, 'happily ever after'. Lha, ya kan pacarannya masih SMA. Kalo pun udah kepikiran serius, tapi kan perjalanan masih puanjaaaaang... Walaupun ada banyak sih, di sekitar gue yang akhirnya menikah dan bahagia dengan kisah cinta sekolahnya. Tapi ya, intinya mah, apa sih yang lo harapkan dari kisah cinta zaman sekolah?
Secara ya, di zaman SMA dulu kita sering
melakukan keajaiban-keajaiban perihal cinta. Makanya masa SMA
kan didapuk sebagai masa yang paling indah karena di sana kita belajar kenal sama cinta.
Terus biasanya juga kita mengalami yang namanya cinta pertama, patah hati pertama,
dan sebagainya. Nggak salah sih, kalau kebanyakan bocah-bocah SMA masih bingung
gimana menghadapi patah hati, cemburu, atau rindu.
Buat gue yang menjalani masa SMA di era 90-an (90 AKHIR LHO
YA ~dipertegas), menikmati film ini cukup membawa gue ke masa
sekolah. Jadi teringat zaman-zamannya nunggu telepon rumah dari
gebetan yang nelepon pake telepon umum, inget ngelarang-larang pacar untuk
merokok, kesal karena dia nggak masuk sekolah karena bolos, dan
seterusnya.
Alhamdulillah hanya sebatas terkenang.Gue percaya, setiap
dari kita pasti pernah punya kisah cinta zaman sekolah dulu yang paling
berkesan. Jangan sampe aja, setelah film ini ada yang kontakan via
sosmed lalu keterusan baper, ya.
Karena gue suka baca dan nonton, selain Harry Potter,
film ini merupakan salah satu film adaptasi novel yang cukup berhasil. Gue,
puas dengan visualisasi novel ini. Nggak sabar menantikan yang ke-2 dan 3
serta kelanjutan kisah cinta Iqbaal dan Vanesha, bukan Dilan dan Milea, lho
ya. Biar kata gimmick, tapi gimmick-nya berhasil bikin ikutan baper dan senyam senyum.
- Kalo nggak sadar usia, gue bakal bilang Iqbaal ini future husband material banget. Rajin salat, pinter, cakep, manis sikapnya, duh! Jadi karena udah nggak bisa bilang husband material, maka Iqbaal kunobatkan sebagai 'Mantu material'. LOL.
- Kalo nggak sadar usia, gue bakal bilang Iqbaal ini future husband material banget. Rajin salat, pinter, cakep, manis sikapnya, duh! Jadi karena udah nggak bisa bilang husband material, maka Iqbaal kunobatkan sebagai 'Mantu material'. LOL.