Tuesday, February 28, 2017

Menikmati Manisnya Kehidupan



Tenang, ini bukan postingan berisi curcol, melainkan tentang kesehatan :D

Masalah gula dan kesehatan itu ada beberapa kali gue sebut di blog gue. Bukannya apa-apa ya, gue pribadi merasa kalo gula itu emang kerap jadi sumber penyakit. Nggak usah jauh-jauh ke diabetes, atau kegemukan, yang gampil mah bikin anak jadi sugar rush aja!

Nah, gue ini sebenarnya doyaaan banget sama makanan manis. Tapi beberapa tahun belakangan, gue memang sengaja nge-cut sugar intake demi kesehatan. Serius ini mah.

Kenapa untuk kesehatan harus cut sugar intake, bukannya rajin olahraga, ikut diet kekinian atau makan sehat yang mengganti makan?

Pertama, gue tipe doyan makan. Gue makan apaan aja. Apalagi nyokap gue kalo masak enak banget :p Walaupun Alhamdulillah, gue berusaha makan makanan yang benar. Maksudnya ya makanan yang pengolahannya gue tau, bukan makanan pabrikan deh istilahnya. Untuk karbohidrat juga sebisa mungkin gue nggak nasi putih.

Kedua, nge-cut sugar intake adalah hal yang paling sederhana. Sesederhana nggak pesan es teh manis kalau lagi makan siang di kantin kantor, nggak beli minuman soda dingin kalau lagi nonton di bioskop, nggak menambahkan gula ke dalam kopi [oh kalau ini memang sebaiknya jangan, karena gula bisa mengubah cita rasa kopi :D ], dan seterusnya.

Tapi ya, gue paham sih bahwasanya kita semua ini pada dasarnya doyan manis. Nah, gimana caranya supaya masih bisa menikmati rasa manis tapi nggak takut sama penyakit?

Mengurangi sugar intake seperti yang gue lakukan.

Tahu kan bahwa dalam 1 hari, seseorang itu maksimal boleh mengonsumsi gula hanya 4 sendok makan alias 50 gram?

Nah lho. bangun pagi ngeteh gulanya berapa sendok? Sarapan roti dengan selai cokelat, gulanya kalau ditakar ke dalam sendok, sudah berapa banyak? Makan siang di kantin kantor, minumnya es teh manis. Sore-sore ngopi di kedai kopi kekinian, nggak enak kalau nggak ditambah gula. Dan seterusnya. Sudah lebih dari jumlah maksimal yang boleh diminum oleh kita lho!

Belum lagi dengan minuman manis dalam kemasan yang dijual bebas, hadeh! Pernah ngecek label kandungannya? Berapa banyak gula yang terkandung dalam 1 botol minuman tersebut? Beberapa minuman manis yang gue tau sih, bisa mengandung hingga 18gram per serving-nya. Bisa dibayangkan, ‘jatah’ kita menikmati gula hanya 50gr, kalau 18gr sudah diambil oleh sebotol minuman manis dalam kemasan yang kita tenggak siang-siang dengan alasan butuh kesegaran, lalu berapa banyak gula yang kita konsumsi seharian?

Asal tau aja nih, berdasarkan Journal of the American College of Cardiology tahun 2015, mengonsumsi 1-2 sajian minuman bergula per hari itu ternyata berasosiasi dengan:

-          Diabetes tipe 2 sebesar 26%
-          Serangan jantung sebesar 35%
-          Stroke sebesar 16%

Mbak Susana, Head of Nutrifood Research Center, bilang saat ini, angka penderita penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan stroke, makin meningkat. Jadi kalau dulu, banyak kematian terjadi akibat penyakit menular, seperti TBC, pneumonia, malaria. Tapi berdasarkan data WHO, saat ini banyak kematian yang justru diakibatkan oleh penyakit tidak menular, di Indonesia saja penyebab kematian karena penyakit tidak menular ini mencapai 71%.  

Nah, khusus penyakit diabetes, setiap tahunnya selalu ada peningkatan angka penderita di Indonesia. Malah diperkirakan tahun 2030 nanti, akan ada 1 penderita diabetes dari 7 orang penduduk Indonesia!

Seram kaaaan? Ayolah, minimal hilangkan kebiasaan minuman manis dalam kemasan dulu!

Kemudian, kalau nggak bisa mengurangi minuman manis, gimana?

Ganti dengan pemanis rendah kalori

Sumber pemanis rendah kalori ini ada acesulfame-K, sucralose, stevia dan aspartame. Dari 4 sumber pemanis itu, ada 1 yang gue baru tau, yaitu stevia.

Beberapa minggu lalu, gue diundang ke acara yang digagas oleh Nutrifood untuk mengenalkan si Tropicana Slim Stevia. Awalnya gue mengira embel-embel Stevia di belakang Tropicana Slim adalah merek semata, hehe. Ternyata eh, ternyata, stevia adalah tumbuhan yang menjadi sumber pemanis makanan/ minuman.

The sugar substitute is extracted from the stevia plant. A species called Stevia rebaudiana is naturally grown in Brazil and Paraguay, where it has been used for hundreds of years to sweeten foods and treat burns and stomach discomfortbaca selengkapnya di sini

Setelah cobain Tropicana Slim Stevia, gue baru nyadar bahwa manisnya nggak kalah sama gula yang biasa kita konsumsi. Kalau ada yang bilang pemanis rendah kalori itu rasanya nggak enak, nah, harus coba Tropicana Slim Stevia, deh.

Berdasarkan link yang gue kasih di atas itu, kemanisan tumbuhan stevia bisa 200 kali lebih manis daripada gula biasa. Nah, Tropicana Slim Stevia ini dalam 1 sachet setara dengan 2 sendok teh gula. Jadi kalau lo nggak biasa minum teh atau kopi tanpa gula, masih bisa menikmati manisnya [kehidupan #ehsalah] dengan menggunakan Tropicana Slim Stevia tanpa rasa bersalah.

Selain itu, buat yang doyan masak atau baking, nggak usah khawatir. Tropicana Slim Stevia ini terbukti bisa digunakan untuk masak juga. Dikira-kira aja sendiri takarannya gimana kalau dalam 1 sachet setara dengan 2 sendok teh gula. Nah, kalau dalam resep harus pakai 100gr gula pasir, berarti harus pakai Tropicana Slim Stevia berapa sachet [jangan tanya gue, baca resep aja nggak bisa, hehe]

Carrot cake pake Tropicana Slim Stevia bikinan gue

Boleh diminum sama anak-anak?

Boleh banget. Justru menurut gue, sejak kecil anak-anak harus dijaga asupan gulanya. Selain sugar rush yang bikin ibu-ibu sakit kepala, inget… diabetes zaman sekarang itu banyak terjadi karena gaya hidup yang tak terkontrol. Namanya anak-anak kan doyan banget tuh, sama yang manis-manis. Kalau nggak kita jagain sejak dini, nanti gedenya gimana x_x

Berapa banyak Tropicana Slim Stevia boleh dikonsumsi dalam sehari?
Hingga 10 sachet per hari, masih aman, menurut Mbak Susan.

Jujur, semakin bertambah usia berarti kan jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang, ya. Kalau gue sih nggak mau jatuh sakit hanya karena kebodohan kita nggak menjaga pola makan/ gaya hidup. Memang, namanya penyakit itu datangnya dari Yang Maha Kuasa, tapi kalau bisa dihindari dan dijaga sebelumnya, kenapa nggak?

Cita-cita gue cuma satu kok, melihat anak gue tumbuh besar dan dewasa, melihat dia naik ke pelaminan [ini kejauhan, nampaknya] DALAM KONDISI SEHAT. Bukannya cita-cita kita semua begitu?

Jadi, yuk, hidup sehat!

Thursday, February 23, 2017

Di Mana Belanja Skincare?



Semakin usia bertambah, yang namanya perawatan kulit sudah nggak bisa main-main lagi. Ini masalah yang serius!

*levvay*

Gue udah ada beberapa kali membahas tentang skincare, mulai dari double cleansing, produk yang menjadi wishlist serta bagaimana mengakali gairahmembeli skincare tapi budget terbatas. Hehe. 

Katanya sih, kulit gue makin ke sini malah makin bagus *toyor*
Nah di sini, gue mau kasih 2 tempat favorit dalam belanja skincare [percayalah, harga bersaing]:

Monday, February 20, 2017

Music Monday: Songs That Will Turn You On ;)



Nggak pernah kepikiran bakal nulis tentang ini, haha!

Gue selalu suka musik. Kayanya kalo nggak ada musik, hidup gue hampa. Tsahelah. 


Kalau hasil penerawangan zaman sekarang alias Googling, music memang memiliki pengaruh terhadap syaraf dan ujungnya ke emosi/ rasa:

More than any other stimulus, music has the ability to conjure up images and feelings that need not necessarily be directly reflected in memory. The overall phenomenon still retains a certain level of mystery; the reasons behind the ‘thrill’ of listening to music is strongly tied in with various theories based on synesthesia. – baca selanjutnya di sini

Nah, buat gue sendiri yang suka menghubung-hubungkan hidup dengan lagu [haha], gue selalu punya lagu untuk setiap momen yang gue jalani. Lagu jatuh cinta, putus cinta, lagu naksir si A, lagu pas ketemu si B, dsb dst dkk. Lebay? Iya emang. Tapi kayanya gue nggak sendiri deh, pasti lo juga. Ya kan? *ngajak-ngajak*

Sekarang gue mau share 2 lagu that will turn you on. Haha, bahasa gue dah.

Yang pertama adalah Marvin Gaye yang dinyanyikan sama Charlie Puth dan Meghan Tranor. Iiih, menurut gue, tanpa melihat video clip-nya pun lagu ini seksi banget. Check this out:

Itu lagu seksi gue tahun lalu. Haha.

Sementara tahun ini, lagu seksi jatuh pada… Bruno Mars yang Versace on the Floor! Mari disimak :D



Lagu ini sering gue sebut sebagai lagu mesum :p Ya abis emang liriknya kalo divisualkan itu bak buku-buku roman Harlequin :D

Coba, kasih ide lagu apa yang seksi lagi menurut lo?



Wednesday, February 15, 2017

Pacaran Atau Komitmen?



Beberapa waktu lalu di kantor yang kebetulan isinya anak-anak mudo itu pada sibuk berdebat mengenai:

Pacaran atau Komitmen?

Nah, seru nih. Mumpung juga masih hangat sama situasi hari kasih sayang :D

Gue pribadi, adalah penganut hubungan tanpa status. Yahelah apose, maksudnya dulu. Haha.
Makanya jumlah mantan gue sedikit #ehgimana


Gue inget dulu beberapa pria yang pernah dekat sama gue *sok laku* ngajakin pacaran, kan, terus gue nggak mau. Jawaban gue selalu sama, “Macam anak SMP aja lau pake nembak-nembakan”. Ciyan ya. Kebanyakan dari pria-pria ini heran. Biasanya cewek yang suka ribet sama status.

Buat gue, status hanyalah sebuah status. Nggak ada hubungannya sama komitmen seseorang untuk setia or whatsoever.

Tapi, pacaran itu harus komitmen! Iyes, betul. Apakah komitmen harus pacaran?

Ini perbedaannya versi gue:

Status adalah, lo-jadi-pacar-gue-gue-jadi-pacar-lo.  Syarat dan ketentuannya missal harus setia, harus mau antar jemput [emang bus sekolah?], saling mengabari setiap hari, dan seterusnya menyusul. Yang penting adalah momen. Yang penting di Facebook statusnya nggak ‘single’ lagi.

Komitmen adalah keterikatan antara kita dan orang lain berdasarkan keinginan dalam diri sendiri. Istilahnya nih, entah kapan dimulainya tau-tau lo dan si dia [bahasa gue kaya majalah Gadis ya?] mulai saling mengabari setiap hari, tau-tau dia adalah orang yang hubungi kalau lo lagi resah dan gelisah, tau-tau dari elo gue berubah menjadi aku-kamu. AISH!

Tentunya ada untung rugi dari masing-masing, ya. Ada yang bilang, kalau nggak pake status pacaran yang rugi pasti yang cewek. Eh, nggak juga, sis. Memang yang selingkuh hanya laki-laki doang? Lagian, memang lo ngapain sih sampe ada yang dirugikan saat berpacaran atau berkomitmen ini?

Menurut gue lagi nih, ya, saat berhubungan dengan lawan jenis harusnya saling menguntungkan atau saling membahagiakan lah. Gue yakin kalian mau berhubungan dengan lawan jenis karena konsepnya mau bahagia kan? Konsepnya pengin happy gitu, bukan mau menderita. Jadi, kalau memang menderita dalam suatu hubungan atau salah satu merasa berkorban lebih banyak dari yang lain, ya nggak jalan sih, namanya. Konsep berhubungan kalian mau itu pake status atau nggak, ya nggak jalan aja.

Nah, satu lagi nih, kadang kita merasa berlebihan dengan adanya status tersebut. Gini deh, contoh karyawan tetap versus karyawan kontrak/ freelance. Ketika memiliki status karyawan tetap, maka akan ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan/ didapat. Karyawan bisa menuntut lebih dari perusahaan, dan perusahaan karena merasa ‘memiliki’ si karyawan, maka akan membatasi hal-hal tertentu dari si karyawan. Masalah gajian, mau kerja atau nggak/ performa baik atau buruk, karyawan tetap gajian.

Sementara kalau karyawan freelance/ kontrak, karena ketidakterikatannya tapi dia merasa harus terus  berkomitmen meningkatkan performa dalam bekerja, menepati deadline, dan seterusnya. Supaya apa? Ya supaya jasanya dipakai. Kalau jasanya terus dipakai, maka bayaran lancar dan pihak pemberi kerja juga merasa puas karena adanya komitmen dari si freelancer.

Kok bisa sih, gue membandingkan hubungan dengan kerja?

Mungkin karena gue senang kerja. Haha.

Dan ini gue terapkan zaman gue belum punya anak, ya. Bukan sekarang :D

Jadi kalian pilih yang mana?



*Lengkapnya tentang pandangan gue tentang dunia perpacaran ada di buku Survival Guide for Girl: Love and Dating #promodong

Monday, February 13, 2017

Menjadi Tiga Puluh Enam



I'm 36 today! 
Gile, bahkan udah melebihi 35 ya bok. Syittt usia emang nggak bisa kita kendalikan. Pasti nambah. Ya iya lah ya, haha! 

Dalam setahun belakangan ini, BANYAK banget yang terjadi dalam hidup gue. Nggak akan semuanya gue ungkapkan, karena nggak semua hal harus dibagi di media sosial. Setuju? 

Menjadi 36 buat gue adalah hal yang mengejutkan. Kenapa? Ya sejujurnya, gue selalu merasa walaupun udah kepala 3, tapi gue kerap merasa bahwa kategori gue adalah 30-an awal. Lah kalo 36 kan, berdasarkan sistem pembulatan matematika itu dibulatkan ke atas ya. Jadi.. Akoh masuk ke kategori 40 dong? Aaaack! 

Tapi walaupun mengejutkan, bukan berarti ditolak. Ya harus diterima lah. 

Seperti yang pernah gue cerita di sini, usia 35 adalah usia di mana seorang perempuan menjadi pribadi yang lebih kuat, berada dalam fase karir yang gemilang dan kebisaan yang mumpuni. 

Punya semua itu, Lit? 

At this moment, gue sok PD [tapi lebih ke arah bersyukur] bilang, iya. 
Mungkin banyak hal terutama karir yang tertinggal. Karena dari dulu bukan penggemar strata jabatan, jadi gue nggak ambisius mengejar level C atau titel 'dir' dalam pekerjaan. Kendati demikian, gue alhamdulillah selalu merasa happy dengan pilihan kerja gue. Dibilang kutu loncat? Ah nggak juga. Hanya suka tantangan :D

Highlight of the year, tentu saja akhirnya buku gue terbit. Akhirnya punya buku beneran atas nama sendiri. Ahey banget nggak sih? 


Secara mengenai buku ini memang sering gue sebut contohnya di blogpost ini dan ini 

Pribadi yang lebih kuat? 
Insyaallah sih, ini, ya. Setidaknya gue lebih berani menentukan sikap dan apa yang gue mau atau tidak mau, nggak selalu jadi orang yang nggak enakan atau senang membuat orang lain senang. Walaupun, nggak dipungkiri gue mengalami kegagalan juga. Di antara banyak kegagalan, ada satu yang SANGAT BESAR dampaknya dalam hidup.

Menjadi 36 nggak akan pernah jadi mudah. Gue yakin banyak aral melintang di depan sana. Nggak usah jauh-jauh deh, tapi nanti malam atau besok pasti udah ada masalah yang akan gue hadapi. 

Bismillah aja, setiap masalah akan selalu berpasangan dengan solusi, bukan? 


“Halo, nama saya Lita. Usia saya 36 tahun.”


Oiya, ada 1 hal yang rutin terjadi waktu ultah atau menjelang ultah: gue sakit. Penyakit gue alhamdulillah sih hanya seputar flu batuk dkk. Tapi biasanya lumayan payah. Nggak tau kenapa, mungkin mau pintar aja ya *dikata orok*